༄ Третья страница ༄

Kamu berjalan dengan lunglai di  antara kerumunan manusia. Malam ini entah kenapa semua orang keluar dari rumah mereka, mengerumuni jalan kota Petersburg yang sebenarnya sudah ramai. Mereka seperti tidak peduli dengan udara dingin atau pun salju seperti meskipun sudah diramalkan oleh Weather forecast. Kamu bisa mendengar anak-anak kecil berteriak kegirangan saat melihat salju mulai turun dari langit. 

Apa yang membuat mereka girang? Salju turun hampir setiap harinya pada musim dingin di Russia. Apakah mereka lupa kalau Russia identik dengan dua kata? Salju dan Dingin.
Tapi apa yang kamu harapkan? Anak kecil tetaplah Anak kecil. Mau dimarahi seberapa sering atau di beritahu berkali-kali pun mereka pasti melakukan hal yang sama dalam jangka waktu pendek. Meskipun orang dewasa juga sering melakukan kesalahan yang sama—mungkin pada akhirnya semua orang tetaplah anak kecil mau seberapa tua kulit serta umur mereka.

Kamu menghela nafas. Sedikit menyesali telah menghiraukan peringatan Bibimu untuk membawa Payung. Kamu pikir shift tempat kerjamu akan selesai sebelum salju turun. Tidak tahunya ada satu anjing tidak tahu diri yang pulang duluan karena mau kencan dengan pacarnya. Peduli Setan dengan amarah Pacarnya  jika menunggu terlalu lama—semua orang pun akan marah jika disuruh menunggu bukan?—tapi dia dengan menyebalkannya malah menyuruhmu menggantikan shiftnya.

"Kamu tidak akan pulang cepat kan? Orangtuamu sudah meninggal, kamu pun tidak punya Pacar! Tidak ada orang yang menunggumu kan? Ayolah [Name], gantikan aku ya? Ya? Ya? Ya?"

Ah—kamu ingin menceburkan rekan kerjamu ke Sungai Neva yang membeku jika mengingat ucapannya. Seenak jidat berkata seperti itu. Bahkan Babi pun sepertinya lebih pintar bertata krama daripada dirinya. Inilah mengapa kamu lebih sering menangis untuk hewan daripada manusia yang mati mengenaskan di suatu film. Jujur saja, kadang tingkah laku manusia membuatmu tidak memiliki rasa empati terhadap mereka. Manusia tahu mana yang salah dan mana yang benar, tapi mereka masih saja melakukan kesalahan, melakukan hal menyebalkan

Kamu menggigil. Salju turun makin banyak. Hot pack yang kamu letakan dibalik sarung tangan sudah habis. Padahal tanpa hot pack pun sarung tangan setebal kamus sudah kamu pakai. Namun dinginnya salju di Russia pada malam hari tidak terkalahkan. Kamu bersusah payah membuka dompet untuk mengecek uang. Sepuluh lembar dua ribu ruble terlihat. Kamu menimbang-nimbang. Sepertinya memang lebih baik jika menghangatkan diri di salah satu Café sambil menunggu Salju sedikit berkurang.

Kamu pun kembali memasukan dompet ke dalam tas. Menghangatkan diri sekali lagi sebelum kembali berjalan di atas salju setebal kertas di percetakan.

"Orang bodoh mana yang diam di jalan saat sedang turun Salju?"

Kamu mengadah. Fyodor dengan wajah kesal dan payungnya berdiri di hadapanmu. Warna merah terlihat jelas di kulit wajahnya akibat suhu dingin. Alisnya berkerut ke bawah, mata dengan iris violetnya menyipit. Dia sedang kesal. Ini pertama kalinya kamu melihat Fyodor dengan ekspresi kesalnya. Pria ini biasanya selalu memasang wajah datar atau wajah sarkastik menyebalkan, kadang membuatmu ingin melempar bola salju ke wajahnya.  Tapi kali ini dia memperlihatkan ekspresi lain, ekspresi yang membuatmu merasa spesial.

"Apa Bibi memintamu untuk mencariku?" Tanyamu

Fyodor menghela nafas pendek.
"Kamu tau jawabannya [Name]. Aku juga ada urusan disini.

"Apa aku boleh ikut?"

"Tidak. Pulang sana, Bibimu menunggu. Ini payung cadangan."

Fyodor menyodorkan satu payung yang masih terlipat. Kamu menerimanya dengan sukarela, dengan cekatan membuka payung berukuran kecil tersebut sambil menggumamkan terima kasih kepada si pria bersurai hitam karena telah datang untuk sekedar mengantarkannya kepadamu.

"Terjadi sesuatu?"

Lagi-lagi dia bisa menebak apa yang terjadi. Kamu menutup mata, menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan cepat. Sedang tidak ingin membahas masalah apa-apa. Kamu hanya ingin cepat-cepat pulang dan tidur. Tidur sampai matahari kembali terbit di langit Russia yang dingin.

"Bukan apa-apa. Terima kasih payungnya, aku pergi dulu." Jawabmu, melambaikan tangan secara cepat kepadanya.

"Kita sudah kenal satu sama lain selama 8 tahun [Name]. Aku tahu semuanya tentangmu." Fyodor menyanggah, menahanmu dengan menarik ujung mantel milikmu.

Kamu berdecak, membalikan badan dengan sekali putaran. Kamu menatapnya dengan mata  menyipit karena kesal.

"You sound like a stalker." Sarkasmu

Fyodor menaikan alisnya. Dia menantangmu. Permainan kecil di antara kalian berdua untuk melihat siapa yang bisa menahan emosinya lebih lama. Biasanya Fyodor selalu menang, sayangnya hari ini kamu sedang tidak ingin diganggu. Kamu balas menatapnya dengan pandangan yang sama menantangnya. Fyodor mengerti maksud tatapanmu, dia mengalah, memutuskan untuk  menyudahi permainan dengan melambaikan tangannya dan meninggalkanmu sendiri di tengah jalanan penuh salju dan manusia St. Petersburg.

✧˖*°࿐

Kamu memutuskan untuk mampir di Perpustakaan dekat flat bibimu. Perpustakaan kecil yang menyediakan jasa Telepon Umum dan Komputer. Buku-buku di Perpustakaan ini tidak sebanyak Perpustakaan pusat kota, namun cukup bagimu untuk meminjam setidaknya tiga buku yang menarik perhatian. Rak-rak tinggi berjejer menyambutmu sesaat pintu kayu berbau cat dibuka. Kamu meletakan tas dan payungmu di loker dekat pintu masuk sebelum mulai menjelajahi rak berisi buku-buku.

Perpustakaan tidak diisi banyak orang. Mungkin karena orang-orang lebih memilih untuk keluar dan bermain salju. Atau karena malam ini adalah malam natal. Tapi kamu mensyukuri hal ini, setidaknya tidak ada suara bising yang membuat kepalamu pening.
Kamu menyapa pria tua di balik meja administrasi. Dia membalas sapaanmu dengan menaikkan dagunya beberapa centi. Pria tua yang tidak banyak bicara, dia bahkan tidak menegur pembuat onar di Perpustakaan. Hanya berdeham dengan keras, atau mendatangi orang itu dan berdiri di belakangnya selama bermenit-menit. Orang-orang mengatakan dia bisu, tapi menurut bibimu dia hanya tidak suka menghabiskan waktu dengan berbicara hal tidak penting.

Kamu berjalan sambil bersenadung dalam hati. Jemarimu memilah-milah buku yang berjejer dengan rapih sesuai abjad. Semua buku terlihat sama menariknya di matamu. Kamu pun menarik dua buku dengan judul berbeda, membawa mereka menuju meja administrasi untuk dipinjam. Pria tua yang menyambutmu tadi menyingkirkan korannya ke tempat kosong di meja administrasi. Dia mengetik beberapa saat di depan komputernya tentang data peminjaman buku. Kamu pun mengalihkan pandanganmu ke sekitar perpustakaan, namun berhenti di artikel koran dengan tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini. 

Seorang perempuan ditemukan meninggal di jalan-penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan.

Kamu menyipitkan mata. Wajah wanita yang terpampang di koran memang sudah sulit untuk dikenali karena sebagian wajahnya rusak tapi kamu masih mengenalinya. Kamu masih sangat mengenalinya. Bulu kudukmu meriding, seketika Perpustakaan besar terasa menyempit, mencekikmu dengan udara menyesakkan. Kepalamu seperti berputar-putar, warna-warna bercampur di pengelihatanmu menjadi sat bentuk abstrak. Tanganmu meremas ujung kemeja yang kamu pakai hingga buku-buku dari kukumu memutih. Kamu seperti lupa cara bernafas. 

Pria tua di depanmu mengetukkan jarinya ke meja beberapa kali. Kamu pun tersadar, mengambil nafas banyak-banyak dan tersenyum kikuk ketika pria tua itu menaikan alisnya. Setelah menerima buku serta kartu anggota perpustakaanmu kembali, kamu buru-buru pulang ke flat bibimu. Berlari di tengah salju tebal. Jatuh beberapa kali namun kamu tidak ambil banyak waktu untuk kembali bangun dan berlari menuju flat. Kamu menutup pintu flat, menguncinya, bahkan menarik meja ke depan pintu. 

Nafas kamu tarik dalam-dalam, berusaha mengembalikan ritme Jantungmu seperti semula.  Tanganmu bergetar hebat. Kamu pun memeluk diri sendiri dan mulai menangis.  Entah tangisan ketakutan, atau karena kamu kebingungan. Kamu ingin tahu apa yang terjadi. Kamu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perempuan itu, perempuan yang sama dengan Perempuan satu malam Fyodor beberapa hari lalu. Kamu tahu ada yang salah. Kebetulan ini terlalu aneh. Kamu ingat, kamu selalu ingat semua perempuan satu malamnya selalu menghilang tanpa jejak, tanpa kabar. Apa jangan-jangan mereka bernasib sama dengan perempuan itu?

Ada apa dengan temanmu? Apa yang dia sembunyikan darimu? Kamu ketakutan, kamu kebingungan, kamu ingin tahu. Tapi kamu takut itu akan menghancurkan persahabatanmu yang semakin hari semakin rapuh.

Yang paling membuatmu takut adalah fakta bahwa kamu masih saja mempercayainya. Kamu masih menyukainya. Emosimu seperti dibelah menjadi dua. Kamu memekik dalam diam agar Bibimu tidak bangun dari tidur lelapnya. Kamu harap kamu juga bisa tidur karena lelah, sayangnya rasa kantuk tidak juga datang sampai jam di ruang tengah berbunyi dua belas kali. Menandakan hari baru telah datang menanti.

✧˖*°࿐


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top