༄ Первая страница ༄

"Sometimes the Bible in the hand of one man is worse than a whiskey bottle in the hand of another"

Iris berwarna violet di ujung ruangan melirikmu. Meskipun hanya terhitung dua detik, tapi kamu tahu kalau perhatiannya berhasil teralihkan. Kamu pun menarik kursi dan duduk menghadap ke arahnya. Buku di tanganmu kamu kibas beberapa kali. Buku yang sudah usang dengan beberapa tekukan di halaman-halaman tertentu.

"I've been reading Harper Lee's for thousands of times. Apa cuma buku ini yang kau punya? Fyodor?" Lanjutmu

Fyodor tidak menjawab, hanya mengeluarkan suara gumaman tidak jelas. Sejenak mengingatkanmu akan film Kaiju di Teater setempat. Setelahnya dia kembali menatap layar terang komputer dengan jemarinya di atas keyboard. Perhatiannya lagi-lagi berpusat kepada benda berbentuk kotak yang di dapatkannya setelah lulus dari Universitas ternama di St.Petersburg. Itu pun ia dapatkan sebagai hadiah kelulusan dari Pamannya yang hanya setor surat setiap sebulan sekali. Namun Fyodor sepertinya sangat menyukai Komputer itu.

Kamu menghela nafas. Lagi-lagi harus membaca buku yang sama untuk kesekian kalinya saat mampir ke tempatnya. Sebenarnya tempat tinggal seorang Fyodor Dostoevsky dipenuhi oleh buku. Dari pintu masuk sampai ruang tengah isinya dipenuhi oleh rak buku di setiap sudutnya. Sayangnya, bagimu, buku-buku yang dimiliki oleh Fyodor sangat tidak menggunggah selera. Kebanyakan dari buku-buku itu adalah buku Psikologi atau non fiksi. Saat kamu mengeluarkan keberatan karena selalu bosan saat datang ke tempatnya, akhirnya Fyodor memutuskan untuk membeli satu buku Novel. Namun saat kamu sudah menyelesaikannya, dia malah menyuruhmu untuk membaca ulang terus-menerus sampai kamu pun hafal keseluruhan dari Novelnya.

"Kalau kau merasa bosan kenapa terus datang?" Ujarnya secara tiba-tiba

"Karena aku mau." Jawabmu

Fyodor mengangkat sudut bibirnya. Kini perhatiannya sudah beralih penuh kepada sosokmu yang tengah membolak-balik halaman buku. Kamu yang menyadari tatapannya pun mengangkat kepala. Kalian berdua saling menatap satu sama lain. Muncul perasaan tidak nyaman saat iris berwarna Violet menatapmu.

Mungkin perasaan tidak nyaman itu muncul karena Jantungmu yang tidak bisa diajak kompromi. Seenak jidat mereka berdegup kencang karena tahu kalau kau suka dengan Fyodor. Di tatap saja sudah bisa membuatmu salah tingkah. Kamu berharap dalam hati semoga saja di ruangan gelap nan dingin ini Fyodor tidak melihat wajahmu yang memerah.

"A-apa....?" Tanyamu pada akhirnya

"Kita sudah mengenal satu sama lain saat umur kita 8 tahun, [Name]" Jawabnya

"Ah iya, aku ingat. Waktu itu kita dipilih untuk menyanyikan Misa di Gereja. Ya. Bahkan Kucingku pun ingat itu Fedya." Sarkasmu

"Apa kamu bertengkar dengan Bibimu lagi?"

Kamu terdiam dan senyum Fyodor pun melebar. Kamu membuang muka, kesal dengan tebakannya yang selalu tepat sasaran. Rasa kesalmu makin bertambah ketika menyadari kalau teman masa kecilmu kini terkekeh pelan di depan komputernya. Meskipun pelan, kekehannya terdengar sangat jelas di dalam ruangan yang sepi. Terlebih lagi ini ruangan kerjanya, tidak ada jendela atau apa pun yang bisa membawa suara dari luar ke dalam ruangan.

"Jangan tertawa!" Kamu berseru

"Aku tidak tertawa, aku terkekeh."

Pembelaan diri yang bodoh.

Fyodor mengangkat kepalamya. Kembali menatapmu yang sekarang mondar-mandir di dalam ruangan. Menarik beberapa buku namun mengembalikannya lagi setelah tahu kalau judulnya saja tidak menarik perhatianmu. Iris violetnya mengawasimu dalam diam.

"Aku hampir selesai dengan pekerjaanku. Setelah ini ayo kita pergi ke Troitskiy." Ucapnya

Kamu mengalihkan perhatianmu dari tumpukan file yang tergeletak di sekitar ruangan. Kini menatap punggung teman masa kecilmu dengan pandangan berbinar. Kamu pun menganggukkan kepalamu secara mantap, tapi karena kamu tahu Fyodor tidak bisa melihatnya kamu menjawabnya dengan seruan antusias. Mirip seperti anak kecil yang kegirangan setelah Orangtuanya mengatakan kalau dia akan diberi hadiah oleh Santa karena telah menjadi anak baik.

Fyodor yang mendengar seruanmu tersenyum kecil. Ritme ketikannya kini menjadi lebih cepat. Sedikit heran dengan dirimu yang begitu antusias untuk pergi ke Jembatan tempat kalian mengadakan Pesta kelulusan dulu. Padahal jembatan itu hal yang sehari-hari kalian lewati jika ingin mondar-mandir di sekitar kota St. Petersburg. Tentu saja dia tidak tahu kalau sebenarnya bukan Troitskiy yang membuatmu sangat antusias, melainkan berjalan bersama dengannya yang membuatmu antusias. Meskipun begitu kamu tahu kalau tidak mungkin Fyodor peka akan hal itu.

Ritme ketikan Fyodor terhenti. Tiba-tiba saja pria berbadan tinggi itu sudah berdiri di depanmu. Kamu tersenyum lebar, meletakan file yang sedang kamu baca dan menyusulnya menuju pintu depan.

✧˖*°࿐

Musim dingin di kota St. Petersburg tidak pernah luput dari kata dingin. Sebenarnya bukan hanya di St. Petersburg, seluruh Russia akan berubah menjadi kota salju ketika Musim Dingin tiba. Jangankan musim dingin, jika belum memasuki akhir dari bulan Mei, orang-orang akan tetap keluar rumah menggenakan baju hangat mereka. Begitu pun denganmu dan Fyodor.

Kalian berdua berjalan beriringan dan menjaga jarak. Meskipun kamu sudah bilang kalau berjalan berdua dengan jarak dekat akan lebih hangat ketimbang berjalan berdua dengan jarak yang begitu jauhnya. Sayangnya Fyodor menolak, dia memilih untuk menjaga jarak setidaknya beberapa centimeter darimu. Gagal sudah upaya modus dekat-dekatan yang ada di benakmu.

Angin dingin menampar wajah kalian berdua. Kamu secara refleks menutup mata dan bersin beberapa kali. Fyodor yang mihatmu bersin seperti anak kucing lantas berhenti lalu menertawakanmu. Ketika kamu sudah membuka mata untuk memelototinya yang kamu lihat malah Fyodor yang melepas ikatan syal miliknya.

"Pakai ini."

Fyodor menyodorkan syal kelabu miliknya. Karena kamu diam, akhirnya dia maju beberapa langkah mendekat ke arahmu. Jarinya yang dibalut sarung tangan berwarna hitam dengan lihai memakaikan benda berbahan rajutan itu ke lehermu. Kamu menahan nafas. Berusaha mengontrol detak jantungmu yang lagi-lagi tidak bisa di ajak kompromi. Fyodor menatapmu sebentar. Iris violetnya kemudian menyipit seraya bibirnya membentuk lekuk senyuman.

"Selesai. Ayo jalan lagi."

Kamu mengangguk patah-patah. Menyusul Fyodor yang berdiri menunggumu di dekat persimpangan toko Biola.
Kamu tidak tanggung-tanggung tersenyum lebar untuk memperlihatkan kesenanganmu akan perhatiannya. Syal yang membalut lehermu terasa hangat.

Begitu pun dadamu, yang kini tidak kau pedulikan lagi seberapa liarnya dia berdegup.

✧˖*°࿐

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top