[8]:Terima Kasih:
NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH
Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad
***
Kamarnya hening. Tidak ada suara apa pun. Tetapi pikirannya sangat ramai. Berlalu-lalang berbagai hipotesa kejadian yang akan muncul jika ia pergi dari Konoha. Tas ranselnya sudah ia kemas semenjak seminggu yang lalu. Tapi Sasuke belum juga menemukan waktu yang pas untuk pergi.
Hatinya gundah. Namun, di sisi lain ia begitu bergelora. Uchiha Itachi adalah fokusnya saat ini. Dan selama berada di akademi ninja sampai menjadi ninja genin, Sasuke diberi pendidikan menjadi seorang ninja yang baik. Sayangnya, misi Sasuke yaitu membunuh Itachi. Berlama-lama bernaung di Konoha akan membuat dendam Sasuke mengikis. Naruto, Sakura... teman-temannya akan membuat hari-harinya berwarna lalu melupakan rasa dendamnya.
Untuk terakhir kalinya, Sasuke melihat foto bersama ketiga rekan satu timnya. Naruto, Sakura dan Kakashi. Cahaya rembulan menjadi satu-satunya penerang di ruangan ini. Pada foto itu, dirinya begitu terlihat menyebalkan, terlebih Naruto. Tetapi Kakashi dan Sakura sangat ceria. Ia mengelus ujung figura foto tersebut sebelum akhirnya menenggelamkan figura itu ke dalam meja.
Semakin lama berpikir, semakin membuat Sasuke ragu. Ia pun segera mengambil tas ranselnya dan melangkah pergi. Dalam perjalanannya meninggalkan markas Uchiha, ia berdoa kepada seluruh manusia bermarga Uchiha yang telah dibantai habis oleh Itachi.
"Oh, tasmu sangat penuh. Kurasa jika tidak terlalu penting, kau bisa mengeluarkan beberapa barang dari sana."
Sasuke membuka matanya perlahan setelah acara berdoanya selesai. Di depannya Pakkun--anjing Kakashi yang paling cerewet, tengah memandangnya dengan muka malas.
"Perlu lima kilo perjalanan kembali ke rumahmu. Jadi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke. Tapi seakan ia tak membutuhkan jawaban Pakkun, Sasuke pun beranjak melanjutkan perjalanannya.
Jarang yang mengetahui hal ini, tapi Pakkun dan Sasuke cukup dekat. Mereka kerap berjalan-jalan santai di waktu senggang sembari mendebatkan hal tidak perlu. Bahkan Sasuke lebih dekat dengan Pakkun dibandingkan dengan Kakashi.
"Aku tidak mungkin tersesat Sasuke, jangan samakan aku dengan anjing liar yang suka kau beri makan itu." Pakkun mengikuti langkah Sasuke dari belakang. "Setidaknya, izinkan aku menemanimu berjalan santai malam ini. Untuk yang terakhir kali."
Sasuke menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap Pakkun yang masih memandangnya dengan datar. "Kau...." Baru saja Sasuke akan mengeluarkan makian pada Pakkun, tapi ia segera mengurungkan niatnya. Bertengkar dengan Pakkun bukan agenda yang bagus saat ini. Itu hanya akan mengulur-ulur waktunya untuk pergi. Atau memang kedatangan Pakkun adalah untuk membuatnya lebih lama pergi?
"Tidak adakah cara lain?" tanya Pakkun. "Cara lain yang membuatmu bertahan." Tanpa basa-basi, Pakkun langsung saja menyerang Sasuke dengan pertanyaan sensitif.
Suhu di sekeliling mereka semakin dingin. Langit mulai gelap dan sinar rembulan tertutup oleh awan yang bergerak pelan. Keduanya berjalan dengan santai. Sebenarnya Sasuke tidak ingin menjawab pertanyaan Pakkun, tapi pada akhirnya dia pun berkata. "Bertahun-tahun lamanya, seluruh klan Uchiha menantikan hari di mana aku bisa membalaskan dendam mereka kepada penghianat bernama Uchiha Itachi. Aku tidak mungkin mundur, Pakkun. Tugasku sudah ada di depan mata."
"Kau membunuh seorang penghianat dengan menjadi penghianat desa?" ucap Pakkun.
Sasuke tertawa tipis. "Aku suka cara bercandamu."
"Sasuke... aku tidak peduli dengan jalan hidupmu, dendamu terhadap Itachi, tapi aku lebih lama hidup darimu jadi aku tahu siapa Orochimaru sebenarnya. Dia gila. Suka bereksperimen dan terobsesi dengan keabadian."
"Kau kira aku percaya dengan dia seratus persen?"
Pakkun terdiam, mencoba menganalisa apa maksud Sasuke. "Kau sama gilanya seperti Orochimaru," balas Pakkun. "Hei, aku tahu ini pertanyaan menggelikan, tapi apakah kau akan kembali? Kau tahu, ada hukuman berat bagi penghianat desa tapi mungkin ada pengecualian untukmu."
"Kurasa tidak," jawab Sasuke lugas. "Tidak ada alasan aku untuk kembali."
"Pejamkan matamu, Sasuke," pinta Pakkun. Anjing itu mengambil posisi duduk. Ekor kecilnya bergoyang dengan riang. "Pejamkan matamu dan katakan apa yang kau ingat tentang desa ini."
Mau tidak mau, Sasuke menuruti permintaan Pakkun. Sejujurnya dia sangat malas tapi jika memang ini bisa membuat Pakkun cepat pergi, Sasuke akan menuruti. Pemuda itu menghentikan langkah dan menutup matanya. Ia mengadah ke atas, merasakan semilir angin malam menyapu rahang serta lehernya.
"Pertumpahan darah," ujar Sasuke yang berusaha mengingat sesuatu ketika kata Konoha terlintas di benaknya. "Darah... merah." Sasuke menarik napasnya dalam, begitu takut akan bayangannya sendiri. "Merah...."
"Merah adalah warna yang kental akan Uchiha," ucap Pakkun menanggapi perkataan Sasuke.
"Merah... merah muda," lanjut Sasuke yang kemudian segera membuka matanya. Sasuke tampak kaget dengan apa yang baru saja ia katakan. Seperti tidak percaya bayangan itu akan muncul ketika ia mengingat Konoha, selain bayangan seluruh klan Uchiha yang dibantai habis oleh Itachi. "Aku pergi."
Dalam satu kedipan mata, Sasuke melesat. Pakkun mengembuskan napas, seharusnya ia mengatakan selamat tinggal atau hati-hati. Atau mungkin cepat kembali. "Hah, gadis itu ya," gumam Pakkun. "Aku harus memberi tahunya."
Gadis itu. Pakkun tidak mungkin salah menganalisa. Hidup bertahun-tahun dengan Kakashi, membuat otaknya terasah. Hanya gadis itu yang paling dekat dengan Sasuke. Dan hanya gadis itu yang memiliki warna merah muda yang paling mendominasi. Secepat mungkin Pakkun berlari sembari mencium aroma Haruno Sakura.
Malam ini adalah malam yang panjang. Diam-diam, seluruh orang tahu bahwa Sasuke akan pergi. Mereka semua bekerja sama membawa Sasuke kembali. Kawan mereka yang harus dilindungi dari tipu daya Orochimaru. Tapi satu fakta yang Pakkun ketahui, bahwa ternyata Sasuke tidak akan terpengaruh tipu daya Orochimaru. Sasuke akan berencana untuk menghianati Orochimaru.
"PAKKUN!!" teriakan Naruto membuat Pakkun terpaksa berhenti di persimpangan jalan. "Kau sudah menemukan tanda-tanda aroma Sasuke?"
Anjing itu berpura-pura mengendus-endus. "Tidak, aku tidak menciumnya di daerah sini." Pakkun berbohong. Bagaimana bisa ia berkonsentrasi mencari aroma Sasuke sedangkan ia kini tengah berusaha mencari aroma Sakura. "Biar aku cari ke Utara. Kau carilah ke Selatan."
"Aku sudah mencari ke Selatan desa, tapi tidak kutemukan!"
Pakkun mendesis. "Kalau begitu carilah ke Barat atau Timur, jangan ikuti aku!" Setelah itu Pakkun pun kembali berlari pergi dan tak memperdulikan umpatan Naruto yang ditujukan untuknya.
Ia mencium aroma Sakura dari arah Utara desa. Sungguh, Pakkun membenci Icha-Icha Paradise dan romansa tapi meski begitu, Pakkun hanya ingin Sasuke menyadari suatu hal yang mungkin akan terlewatkan dihidupnya.
Akhirnya yang ia cari pun dapat. Sakura tengah berlari sambil menengok ke sana dan kemari. Rambut merah muda pendeknya tampak basah dan lepek karena keringat. Tapi sama sekali tidak mengurangi pesonanya. Jelas saja Sasuke begitu mengingat warna merah muda itu. Begitu bersinar dan menenangkan.
"Hei, Sakura!" panggil Pakkun. "Sudah menemukan Sasuke?"
Sakura dengan napas tersengal pun membalas. "Astaga, apakah kau bisa membaca raut wajahku ini?"
"Aku sudah coba ke semua penjuru. Hanya Utara yang belum aku jelajahi. Bantu aku ke arah Utara, aku akan memanggil teman-teman anjingku yang lain."
Sakura mengangguk semangat. "Baik! Aku akan melanjutkan perjalananku ke Utara."
Pakkun mengembuskan napas panjang. Ia tidak bisa menahan Sasuke untuk pergi. Setidaknya ia bisa berharap Sasuke akan kembali. "Semoga berhasil, Sakura."
***
Napas Sakura terengah-engah. Dadanya sesak. Tapi ia tak ingin berhenti, ia akan terus mengejar Sasuke sampai dapat. Uchiha Sasuke--pemuda yang menyimpan masa lalu kelam. Selama ini, Sakura kira ia sudah cukup dekat dengan Sasuke tetapi ternyata ia bahkan tak mengetahui siapa Sasuke sebenarnya.
"Uchiha Sasuke. Satu-satunya klan Uchiha yang tersisa karena seluruh keluarga dan klannya, dibantai oleh Uchiha Itachi. Kakak kandung Sasuke." Penjelasan singkat dari Sarutobi tadi siang setelah pertengkaran hebat timnya di kantor Hokage membuat Sakura tercengang. "Dia... akan berencana untuk membalaskan dendam keluarganya pada Itachi. Tapi Orochimaru bukan orang yang tepat mendampinginya. Jadi, kembalikan Sasuke pada Konoha. Di dalam sini, dia akan menjadi penerus Uchiha yang bijak."
Setelah perintah dari Hokage Ketiga, seluruh ninja mulai menyebar ke seluruh desa. Mencari Uchiha Sasuke. Itulah misi mereka semua hari ini.
Gedung demi gedung, atap demi atap, Sakura lewati dengan cepat. Inikah yang dinamakan semangat cinta masa muda? Menyakitkan sekaligus mendebarkan di dalam hati.
Jantung Sakura terasa seperti tersiram air es ketika melihat Sasuke berjalan santai. Pemuda yang ia cintai itu tengah berjalan santai menuju hutan desa. Tidak seperti dirinya sedang dicari oleh seluruh penduduk, Sasuke tidak menunjukan gelagat orang yang tengah bersembunyi. Atau bahkan gelagat orang yang terburu-buru kabur.
Sasuke berjalan ke arah Sakura. Begitu pemuda itu melewati Sakura, ia tidak menyapa, tidak pula menghentikan langkahnya. Sasuke hanya melihat Sakura sekilas tanpa kata.
"Kenapa...." lirih Sakura. Gadis itu menarik napas dalam. "Kenapa kau tidak memberi tahuku semuanya, Sasuke?"
Sasuke tidak membalas. Ia masih tetap berjalan dan mengabaikan Sakura yang sudah terisak. Biasanya, Sakura tidak akan ragu meraih tangan Sasuke atau menghalaunya dari depan jika Sasuke mengabaikannya. Tapi sekarang, Sakura merasa begitu jauh, walau jarak keduanya hanya beberapa meter saja.
"Aku kira aku sudah paling mengenalmu, Sasuke-kun! Tapi ternyata sama sekali tidak!" teriak Sakura yang membuat Sasuke menghentikan langkahnya. "Aku pikir, kehadiranku, Naruto, dan guru Kakashi adalah sebuah kebahagiaan untukmu. Kami bisa membantumu! Kami akan selalu ada untukmu, dan itu adalah gunanya seorang tim! Kenapa kau tidak ingin berbagi kepada kami?"
Tangis Sakura pecah. Dadanya terasa sesak. Rasa sakit di dadanya lebih terasa dibandingkan ketika napasnya sesak karena berlari berkeliling desa mencari Sasuke.
"Memangnya apa yang kau bisa lakukan?" balas Sasuke sinis. Ia tidak sedikit pun menoleh kepada Sakura yang sedari tadi menatap punggungnya. "Itu bukan urusanmu. Kalian hanya penghalangku."
Baru selangkah Sasuke berjalan, Sakura menghentikannya dengan teriakan. "Aku mencintaimu, Sasuke!"
Cinta. Sasuke memang membutuhkan itu, terutama dari kedua orangtuanya dan kakaknya. Tapi jalan hidupnya sebagai generasi terakhir Uchiha, tak membiarkan ia menerima cinta. Dendam-lah yang harus ia bayar.
"Aku akan membantumu membalaskan dendam kepada Uchiha Itachi. Apa pun itu! Aku yakin aku bisa melakukannya!" lanjut Sakura. "Namun, jika memang kau harus pergi, ajaklah aku bersamamu," ucap Sakura pasrah.
Sasuke mendengus mendengar pernyataan Sakura. Akhirnya pemuda itu membalikan tubuhnya dan menatap Sakura. "Kau ternyata... masih sangat menyebalkan."
Lalu dalam sekejap, Sasuke menghilang. Sakura yang terkejut pun refleks berlari ke arah terakhir kali Sasuke berdiri. Tidak. Sakura tidak boleh kehilangan Sasuke.
"Sakura....." Leher Sakura bersentuhan dengan suara pelan Sasuke. Entah mengapa, tiba-tiba Sasuke sudah berada di belakangnya. "Terima kasih."
Setelah itu, pandangan Sakura gelap. Sasuke menggunakan teknik taijutsu yang ia pelajari dari Rock Lee untuk membuat seseorang pingsan dalam sejekap. Cepat-cepat, Sasuke menangkap tubuh Sakura sebelum terjatuh. Ia menidurkan Sakura di bangku taman yang cukup panjang.
"Maafkan aku," gumam Sasuke. "Aku tidak bisa menghadapimu jika kau tersadar. Karena... aku yakin hatiku akan kalah mendengar nasihatmu."
Dan Sasuke pun benar-benar pergi. Meninggalkan Sakura yang tergeletak lemas tak sadarkan diri. Sasuke menembus hutan, melompati dahan demi dahan pohon yang besar. Meninggalkan Konoha. Meninggalkan teman-temannya.
***
[B/N]
Brain Note
Terima kasih sudah membaca sampai di BAB emosional ini. Uhuhuhu. TESTING OMBAK! Siapa yang suka main twitter? Apa kalian berminat jika aku membuat AU (alternative universe) tentang SasuSaku di twitter?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top