[6]:Sedikit Harapan:
Sudah lama tidak mengeluarkan jurus ini:
NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH
Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad
***
Perlahan Sakura membuka matanya. Rasa pening langsung menyerang kepalanya yang baru saja terbentur tanah dari ketinggian tiga meter. Betapa cerobohnya dia, seorang Genin sepertinya yang sudah melalui lebih dari sepuluh misi kelas D, dua misi kelas C, bahkan satu misi kelas B—yang hampir saja menewaskan timnya—bisa tergelincir dari pohon saat melakukan pengintaian. Cakranya tidak berfokus pada kedua kakinya, lalu ia hilang keseimbangan. Padahal, diantara Sasuke atau Naruto, Sakuralah yang pertama kali bisa melakukan fokus titik ke telapak kaki untuk dapat memanjat pohon atau tebing.
"Sakura-chan, kau tidak apa-apa?" Naruto yang panik segera membantu Sakura berdiri dan membopongnya.
"Ah, kurasa kepalaku pusing," balas Sakura yang masih belum bisa membuka matanya.
"Oh, kau butuh minum? Ini biar minum punyaku, masih utuh." Naruto mengarahkan tangan Sakura untuk dapat menggenggam botol minumnya. Dalam beberapa detik tangan mereka bersentuhan dan membuat Naruto bersemu.
"Terima kasih," ucap Sakura setelah meneguk beberapa kali minuman yang Naruto berikan. "Dimana Sasuke-kun?"
Naruto mengembuskan napas kesal. Padahal dia ada di depan mata, tetapi Sakura masih saja mencari orang yang tidak ada di depannya. "Ah, dia masih berada di depan. Mengikuti bandit-bandit itu!" ujar Naruto kesal sembari memasukan kembali botol minumnya ke dalam tas kecilnya.
"Aku harus segera menyusul Sasuke-kun," ucap Sakura yang langsung berdiri meskipun sempat terhuyung beberapa kali. Saat Sakura berjalan terseok-seok dan tersandung kakinya sendiri, Naruto dengan sigap menangkap Sakura, membuat gadis itu otomatis memeluk Naruto.
"Sakura, kau lebih baik istirahat dahulu—"
"Jangan pedulikan aku!" Sakura memotong. "Cepat susul Sasuke! Aku bisa mengatasi diriku sendiri." Dengan sisa kesadaran serta tenaganya, Sakura mendorong tubuh Naruto menjauh. "Ayo, Naruto! Cepat!" titah Sakura kembali.
Naruto mengembuskan napasnya, sedikit terkekeh, menutupi rasa kesalnya. "Baik, aku akan segera kembali."
Dalam sekejap, Naruto sudah menghilang dari pandangan Sakura. Gadis itu memijit pelipisnya dan bersandar pada batang pohon terdekat. Ia mengatur napasnya sambil terus tetap siaga. Telinganya menangkap suara kunai yang beradu, itu pasti suara Naruto dan Sasuke yang sedang bertarung dengan para bandit.
Misi mereka kali ini sedikit lebih sulit. Beberapa pedagang mengadu bahwa terdapat pencopet ulung yang kerap kali mengambil uang para pembeli di pasar, sehingga ketika para pembeli hendak membayar, uang-uang mereka habis beserta dompetnya. Itu bukanlah pencopet biasa. Pencopet tersebut mempunyai aliansi dengan para bandit. Alhasil, pertarungan terjadi hingga mereka masuk ke dalam hutan hanya demi menangkap si pencopet.
Setelah merasa cukup membaik, Sakura mulai menyusul kedua rekan satu timnya. Mata emerland-nya mencari sosok Naruto dan Sasuke namun tak kunjung menemukan keduanya. Tiba-tiba saja sebuah mata pisau menuju ke arahnya, dengan cepat Sakura menangkis mata pisau itu lalu bersalto ke arah samping.
Salah satu bandit muncul menyerang Sakura dari belakang. Sepertinya bandit tersebut sudah merasa terlanjur ketahuan sehingga dengan brutalnya, ia menghujani Sakura dengan serangannya yang asal-asalan tetapi membabi buta. Sakura berkali-kali menghindar dan menangkis serangan tersebut dengan kunainya sampai menemukan celah untuk menyerang. Ia pun menunduk dan menggores bagian pergelangan kaki bagian belakang bandit tersebut.
"Tendon achilles," ujar Sakura seraya menyaksikan bandit itu jatuh dengan lutut yang pertama kali menyentuh tanah. "Bagian itu berfungsi untuk otot betis ke tumit. Otot tersebut bertugas untuk pergerakan pada kaki seperti melompat dan berlari. Aku sudah mengaasi itu, kupastikan kau tidak bisa melakukan apa pun dengan kakimu. Lebih baik jika bertarung, kau pelajari dulu bagian-bagian mematikan."
"Oh, begitukah bocah ingusan sok pintar?" Walau darah terus mengalir ke pergelangan si bandit dan juga tangannya yang bergetar, tetapi bandit itu masih berusaha melawan rasa sakit untuk mengambil peledak dari balik bajunya. "Sayangnya, meskipun aku tidak bisa berlari, kedua tanganku masih bekerja sempurna."
Seketika suara ledakan terdengar berbarengan dengan lompatan Sakura. Lompatan Sakura tidak seimbang, ujung kakinya terkena ledakan dan ia sedikit berguling saat mendarat di tanah. Sakura meringis, ledakan itu membuat si bandit juga pingsan dan sepatunya yang sedikit terbakar.
"Ah, rupanya kau di sini." Kakashi muncul di balik semak-semak yang menjulang tinggi. "Kukira kau pingsan, Sakura. Ini bukan misi kelas C biasa. Sudah sedikit melenceng dari misi awal," katanya yang membersihkan dedaunan liar dari rambutnya. "Sebentar lagi kepolisian Konoha akan datang untuk menangani para bandit ini. Memang terkadang misi sering tidak sesuai dengan kelasnya, disitulah kemampuan kita sebagai ninja akan diuji."
"Guru... di mana yang lainnya? Sasuke-kun? Dan Naruto?" tanya Sakura seraya bangkit berdiri, menahan rasa perih dan panas di ujung kakinya.
"Kakimu terluka?" Kakashi sedikit menunduk, melihat kondisi kaki Sakura.
"Ini bukan apa-apa, hanya luka kecil." Sakura mengibas-ngibaskan tangannya.
"Naruto sedang buang air kecil, sedangkan Sasuke ada di atas sana." Telunjuk Kakashi mengarah pada Sasuke yang sedang berdiri di salah satu cabang pohon yang besar. Refleks, Sakura melihat ke arah telunjuk Kakashi. Ia menemukan Sasuke sedang menatapnya datar tanpa ekspresi.
"Oi, Sasuke, apa yang kau tunggu di atas sana?" Pertanyaan Kakashi tampak lebih seperti sebuah perintah: cepat turun dari atas sana!, sehingga dalam sekali ayunan lompatan, Sasuke sudah turun dan mendarat tepat di depan Kakashi. "Kalian tampak baik-baik saja. Aku cukup lega."
Tiba-tiba saja sifat jail Sakura muncul hanya untuk mencari perhatian Sasuke. "T-Tapi kakiku terluka, Sensei! Kurasa ini akan membekas karena luka bakar," ujarnya dengan nada sakit yang dibuat-buat.
"Bukankah kau bilang itu hanya luka kecil?" Catatan untuk Sakura, jangan pernah menunjukan sifat jailmu di depan Kakashi, karena Kakashi lebih jail.
"Tetap saja ini terasa sakit," balas Sakura. Ia melihat Sasuke sekilas, berharap ada ekspresi khawatir. Tetapi Sasuke justru tidak menunjukan ekspresi apa pun. Itu membuat Sakura kecewa.
"Hanya luka terkena efek ledakan bukan?" ketus Sasuke. "Bukankah hal seperti itu sering diajarkan di kelas Pertahanan Diri? Menekuk lutut saat melompat untuk menghindari efek ledakan di ujung-ujung kaki." Sasuke tersenyum miring. "Oh, apa selama di akademik kau hanya mengikuti kelas-kelas teori dan tidak mengikuti kelas praktek? Pantas, kau begitu lancar menjelaskan tendon achilles, tetapi payah dalam menghindari serangan."
"HAH! Leganya...." Naruto masuk dan membuat Sakura tidak bisa menghayati sakitnya ucapan Sasuke. "Oh, misi selesai kan? Hei, mukamu kenapa Sasuke? Lihat, hampir sama kusutnya dengan celanaku," ejek Naruto yang menunjuk lipatan-lipatan di celananya.
Sasuke tidak membalas apa pun. Ia meleos pergi dan tidak memperdulikan omongan Naruto. "Dia selalu begitu. Seperti anak gadis yang baru merasakan hormon menstruasi." Naruto geleng-geleng kepala. "Eh, Sakura! Kakimu baik-baik saja?"
"Ya," jawab Sakura. "Aku masih bisa berjalan."
Tidak habis pikir, pemuda yang sama, yang mengelus puncak kepalanya di malam ketika Sakura dalam bahaya, kini mengabaikannya ketika ia dalam bahaya. Hanya melihatnya dari atas dan tidak berusaha menyelamatkan. Seakan Sakura serta pertarungannya adalah tontonan baginya.
***
"Sasuke-kun!" panggil Sakura lantang. Namun, keras suaranya tersebut tidak mampu membuat Sasuke menoleh atau bahkan menghentikan langkahnya. "Sasuke-kun! Tunggu!" Sakura pun keras pada keinginannya. Ia berlari mengejar Sasuke dan menghadangnya dari depan.
"Apa? Cepatlah. Aku tidak punya banyak waktu untukmu," balas Sasuke yang mau tak mau menghentikan perjalanan pulangnya dari misi.
Misi mereka sukses. Tidak hanya satu copet yang mereka berhasil tangkap, para bandit yang sempat menjadi incaran kepolisian pun mereka tangkap. Pencapaian yang besar bagi tim tujuh. Setelah melaporkan hasil misi ke gedung Hokage, seluruh anggota tim tujuh membubarkan diri untuk kembali ke rumah. Tetapi di sinilah Sakura berada, memutar arah berlawanan dari jalan menuju rumahnya untuk Uchiha Sasuke.
"Kau ingat apa yang dikatakan Kakashi-sensei?" Sakura menajamkan tatapannya. "Ninja yang melanggar aturan memanglah sampah, tetapi ninja yang meninggalkan temannya disaat sulit itu lebih buruk dari sampah," kutipnya persis seperti yang dikatakan Kakashi. "Dan kau baru saja membiarkan teman satu rekanmu disaat sulit. Padahal kau ada di sana, Sasuke! Melihat dan mengetahui aku yang menceramahi bandit itu soal tendon achilles, tapi kau tidak mau membantu—"
"Meninggalkan dan membiarkan adalah dua kata yang jauh berbeda."
Sakura bungkam. Sebenarnya ia hanya suka mencari-cari alasan agar mendapatkan perhatian Sasuke. "Tapi kenapa kau tidak membantuku melawan bandit? Aku bahkan terluka karenanya."
Sasuke mengembuskan napas panjang. "Lawan aku, Sakura."
"Eh?" Sakura mundur satu langkah. Bukannya mendapatkan jawaban, justru Sakura mendapatkan tantangan. "Maksudmu, apa—"
Sasuke melayangkan tinjuannya kepada Sakura. Gadis itu refleks berteriak namun berhasil menghindar. Seragan kedua Sasuke dua buah shuriken sekaligus. Sakura berhasil menepis dua shuriken itu dengan kunainya. Namun belum sempat mengambil jeda, Sasuke telah melayangkan tendangan kepada Sakura yang membuat kunainya jatuh. Tidak ada senjata, hanya dengan tangan kosong Sakura menangkis serangan cepat Sasuke. Ini bukan waktu yang bagus untuk pertandingan persahabatan karena Sakura hampir saja pingsan setelah jatuh dari pohon yang cukup tinggi serta kakinya terluka.
"Apa yang kau lakukan Sasuke-kun?" tanya Sakura disela pergulatan mereka. "Sungguh ini tidak benar!"
Sakura pun terjatuh. Sasuke berhasil meraih kelemahannya, yaitu kakinya yang terkena luka bakar. "Sasuke, kau curang, menyerang pada kelemahanku." Sakura memejamkan matanya, ia mengira Sasuke akan melakukan sesuatu pada kakinya. Tetapi yang Sasuke lakukan hanya membuka sepatu Sakura dengan perlahan.
"Lukanya tidak begitu parah," komentar Sasuke.
Sakura menarik kembali kakinya dan juga sebelah sepatunya. "Bila kau hanya ingin melihat kondisi kakiku, tidak perlu menyerangku. Dari awal kau tahu kan, pasti aku akan kalah." Ia memakai kembali sepatunya lantas berdiri tegak.
"Tujuanku bukan itu." Sasuke menguap sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku hanya ingin kau mengetahui bahwa kemampuanmu sebanding dengan bandit itu, jadi untuk apa aku menolongmu," jelas Sasuke seraya kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. "Tapi tidak cukup hebat, aku harap kau sadar."
Sakura sudah selesai memakai sebelah sepatunya. Ia memandang punggung Sasuke yang semakin lama semakin menjauh. "Sampai jumpa di misi selanjutnya, Sasuke-kun!" teriak Sakura lantang. Tentu saja ia sadar bahwa Sasuke bukan tipikal orang yang repot-repot untuk berbalik badan lalu membalas lambaian tangan. Sasuke adalah orang yang fokus pada tujuannya ke depan.
Niat Sakura kini ingin pulang lalu mengistirahatkan dirinya. Tetapi, rasa penasaran itu kembali muncul. Walau dia tahu kondisi kakinya namun, diberikan harapan sekecil itu oleh Sasuke, benar-benar menjadikan Sakura besar kepala. Jadi ia perlahan-lahan membututi Sasuke di bawah bayang-bayang awan dimalam hari. Ia nekat melakukan ini demi kesenangannya saja, sungguh menyebalkan. Padahal ia tahu, Sasuke dapat dengan mudah mengetahui siapa yang membututinya.
Benar saja, belum sampai lima ratus meter, Sasuke membalikan badan dan memasang mode siaga. Cepat-cepat Sakura bersembunyi di balik tumpukan tong sampah. Ia menahan tawanya kuat-kuat. Langkah Sasuke terdengar berjalan mendekat. Sakura mempersiapkan semuanya, ketika Sasuke sudah dekat, ia akan keluar lalu memeluk Sasuke. Tetapi rencananya itu hanya sebatas rencana, karena pada prakteknya bukan dirinya yang menyambut Sasuke.
Satu tong sampah tiba-tiba saja menggelinding jatuh tanpa ada yang menyentuh. Sekumpulan ular putih keluar dari sana. Sakura bergedik geli, ia ingin sekali menjerit dan berlindung kepada Sasuke. Tetapi ternyata kumpulan ular-ular tersebut menyatu dan mulai membentuk sesosok manusia berambut putih dengan kacamata bulat.
"Bagaimana Uchiha Sasuke?" tanya sosok itu pelan, mirip seperti mendesis dibandingkan berbisik. "Kapan kau akan pergi dari sini?"
"Jagan menemuiku lagi, akan aku pikirkan waktu yang tepat." Walau pun tidak bisa melihat, tetapi Sakura yakin itu adalah suara Sasuke. Waktu yang tepat? Pergi? Kemana? Sakura terus bertanya dalam pikirannya.
"Baik, cepatlah." Setelah mengatakan hal itu, sosok misterius tersebut sempat menoleh kepada Sakura yang masih bersembunyi. Ia tersenyum tipis sebelum kembali menjadi sekumpulan ular yang menyebar ke segala arah.
Sasuke, akan pergi? Kenapa dia tidak memberitahu misi ini? Atau hanya aku yang tidak tahu?
***
[B/N]
Mohon maaf atas keterlambatan Fuze, karena author sedang mengalami masalah hardware pada laptopnya. Terima kasih sudah menunggu. Kalian adalah para pembaca yang hebat dan luar biasa. Author merasa beruntung memiliki kalian semua. Salam hangat.
Stay Safe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top