[5]:Terbuai:
Sebagai pengatur strategi, Sakura harus teliti terhadap lingkungan di sekitarnya. Ia harus memperhatikan banyak faktor, baik itu benda mati atau pun benda hidup yang dapat mempengaruhi target. Walaupun targetnya kali ini hanya seekor kucing. Misi kelas D yang paling laris dilakukan saat ini: mencari hewan peliharaan.
"Target mengarah ke arahmu, Sasuke-kun," ucap Sakura dengan pelan di alat komunikasinya yang berada di telinga kirinya. "Jangan bergerak, jangan melakukan apa pun."
"Baik," balas suara Sasuke yang terdengar di balik alat komunikasi Sakura.
"Naruto, mulai bergerak!" perintah Sakura. "Rencana C, dia tidak tertarik dengan perangkapmu. Sergap dia dari belakang dengan aba-abaku. Sasuke, tangkap dia dari depan. Serangan dua arah."
"Astaga, ini membosankan!" ujar Naruto. "SUDAH LIMA JAM KITA MENGIKUTI KUCING INI!"
Sasuke dan Sakura mendengarkan suara ribut di alat komunikasi mereka. Tetapi mereka tahu, itu berasal dari Naruto, karena keduanya sama sekali tidak bergerak atau membuat keributan.
"Naruto! Jangan mengambil tindakan--"
Suara Sasuke terputus setelah melihat kangebunshin Naruto yang menyebar ke segala penjuru hutan tempat mereka melaksanakan misi.
"Kangebunshin-ku tidak akan aku sia-sia kan! Tangkap kucing itu!" teriak Naruto asli terharap puluhan bayangannya.
Kucing berwarna putih dan hitam itu tampak kebingungan sendiri melihat manusia-manusia oranye berusaha menangkapnya dari banyak sisi. Bagaikan hujan, satu persatu bunshin Naruto turun menuju tepat ke arah kucing tersebut. Kucing itu mengeong keras sembari berusaha melarikan diri.
Salah satu bunshin Naruto berhasil menangkap kucing itu. "KENA KAU!" kata Naruto bangga setelah berhasil mengangkat kucing dengan ekor panjang tersebut.
Tetapi tidak selang lama, bunshin Naruto berteriak kesakitan karena cakaran kucing tersebut mengenai wajahnya. Tidak tinggal diam, bunshin Naruto membantu menenangkan kucing tersebut. Tetapi bukannya tenang, kucing itu malah mengeong keras-keras karena sebanyak beberapa pasang tangan memeganginya masing-masing di kepala, kaki, badan, tangan bahkan ekor.
"Yuka!" Sakura memanggil nama kucing itu dengan suara sekeras yang ia bisa keluarkan. "Naruto, hentikan! Kau bisa membuatnya ketakutan!"
Tetapi terlambat, Yuka sudah ketakutan semenjak melihat hujan bunshin Naruto. Tiba-tiba saja Yuka berhenti bersuara dan irisnya membulat besar. Kejadiannya begitu cepat, Yuka muntah tepat di baju yang Naruto kenakan. Ia memuntahkan ikan tuna yang ia curi saat melewati pasar loak. Majikannya berencana akan membawa Yuka menuju klinik terdekat untuk berobat perihal psikisnya yang akhir-akhir ini sering menjauhi manusia tanpa alasan. Kucing tersebut berhasil kabur ketika perjalanan menuju klinik dan mencuri satu ikan tuna.
"A-Apa yang kau lakukan pada bajuku?!" kata Naruto frustasi. Kini baju kesayangannya dipenuhi muntahan seekor kucing dan juga berbau ikan tuna.
"Yuka tenanglah!" Sakura menerobos puluhan bunshin Naruto dan mencapai tempat kucing itu berada. Sakura segera mengambil alih Yuka dari tangan Naruto dan memeluk kucing itu dengan lembut. "Naruto, kau tidak ingat apa yang dikatakan Sora? Yuka ini sedang mengalami gangguan psikologi, kita harus lembut padanya atau dia akan stres lalu muntah."
Bunshin Naruto seketika menghilang satu persatu dan hanya menyisakan Naruto yang asli. Sialnya, Naruto yang asli adalah yang orang yang terkena muntahan Yuka. "Oh, aku ingin mandi," ujar Naruto dengan raut wajah suram.
"Bodoh!" maki Sasuke yang keluar dari persembunyiannya lantas bergabung dengan kedua rekan timnya.
Sakura menimang-nima Yuka bak kucing itu adalah seorang anak kecil. "Kakashi juga bilang, misi kali ini kita harus fokus pada ilmu tainjutsu kita. Jadi tidak ada ninjutsu yang boleh dikeluarkan." Kaki kanan bagian belakang Yuka tampak terluka. Sakura mengelus pelan luka tersebut, seakan sentuhannya bisa menyembuhkan.
"Iya, aku mendengar itu dari seseorang yang bahkan tidak bisa menggunakan ninjutsu dan tainjutsu-nya dengan baik," ketus Sasuke.
Kata-kata itu sungguh menusuk hati Sakura. Diantara ketiganya, hanya Sakura yang tidak mempunyai ninjutsu andalan disaat Sasuke menguasai elemen apinya sementara Naruto, dengan kangebunshin-nya.
"Hei, hei, apa maksudmu, Sasuke?" Naruto pun berjalan mendekat ke arah Sasuke dan menatap mata kelam itu lamat-lamat. "Kau tidak pantas mengatakan itu kepada Sakura-chan!" bentak Naruto.
Sasuke mendengus pelan. "Kenapa? Itu kenyataan. Dia benar-benar tidak bisa melakukan ninjutsu dan tainjutsu dengan benar dan selalu mengandalkan otaknya saja." Sasuke melirik sinis Sakura. "Tetapi bahkan untuk menyusun strategi saja kau tidak mampu. Kita ini ninja, kecepatan dan ketepatan adalah bakat kita. Kau bisa tepat tetapi kau sangat lama."
"Dasar, kau--!"
"Naruto, hentikan!" Sakura menengahi keduanya. Ia mengambil posisi berdiri antara Sasuke dan Naruto. "Ini salahku juga, aku tidak bisa mengatur strategi dengan baik. Aku terlalu mengikuti perintah untuk tidak menggunakan ninjutsu. Seharusnya, kita bisa melakukan beberapa jurus. Tetapi menurut buku Pengembangan Strategi Pengintaian di bagian kelima, menjelaskan bahwa seorang ninja harus mendalami keadaan sekitar sebelum melakukan serangan kepada musuh. Sedangkan Yuka, sejak tadi tidak bisa diam di satu tempat, dia selalu berlari dan berpindah-pindah."
Sasuke menatap Sakura dengan pandangan heran sedangkan Naruto sedikit melongo karena agak tidak mengerti apa yang diucapkan Sakura. "Kau ini... menghafalkan kalimat itu di sebuah buku dan mempraktikamnya berharap hasilnya akan sama? Itu tidak mungkin." Sasuke geleng-geleng kepala, ia tidak percaya Sakura adalah penggila buku sampai ke tahap seperti itu. "Mendalami keadaan sekitar katamu? Harusnya kau juga mendalami rekanmu! Apa kau tidak tahu bagaimana bodohnya Naruto, dan apakah kau tidak mengerti bagaimana aku?"
Sakura menunduk lemah. Hampir-hampir saja ia menangis. "Maafkan aku Sasuke. Aku seharusnya tidak mengulur-ulur waktu."
"Lebih baik kita segera menuju kantor Hokage dan menyerahkan ini kepada Sora," usul Sasuke yang lantas berjalan mendahului dua rekan timnya.
***
"Yuka!" panggil Sora lantang saat peliharaannya itu berhasil selamat. "Akhirnya kau kembali!" Sora pun mengambil Yuka dari gendongan Sakura. "Aku sangat merindukanmu."
"Oh, apa itu? Bekas muntah?" tebak Kakashi sembari menunjuk baju Naruto. "Kucing itu muntah?" tekan Kakashi dan ketiga muridnya hanya terdiam. Kakashi sudah memperingati bahwa Yuka mudah stres dan akan takut dengan banyak orang. Kucing itu akan lari terbirit-birit bila melihat banyak orang lalu muntah. "Biar kutebak, ini pasti ulah Naruto dan para bayangannya?"
"Iya, itu benar, Kakashi-sensei." Sakura mewakili membalas karena baik Naruto dan Sasuke, tidak ada satu pun dari mereka yang mau membuka suara. "Maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi pengatur strategi yang baik. Kau menyuruh kami untuk tidak menggunakan ninjutsu agar misi kali ini kami bisa melatih tainjutsu kami. Tetapi waktu yang dihasilkan terlalu lama," jelas Sakura.
Kakashi melihat Sora sedang bermanja-manja pada sang kucing. Ia mencubit dagunya dan tampak sedang berpikir. "Baiklah. Mau bagaimana lagi, misi selesai walau kucing itu terlihat tidak baik-baik saja."
"Ah, sudahlah, Kakashi-san, aku tidak mempermasalahkannya. Yuka memang akhir-akhir ini suka stres dan takut pada manusia asing. Iya kan Yuka?" ucap Sora.
Sakura melihat ketidak beresan pada Sora. Perempuan setengah baya itu tampak seperti mencubit dengan keras kaki belakang sebelah kanan Yuka. Posisi kaki yang tadi Sakura yakini, bahwa terdapat luka di sana.
***
Setelah misi selesai, Sakura tidak memilih untuk pulang. Ia menunggu Sora di luar kantor Hokage dan mengikutinya diam-diam dari belakang. Sakura tahu ia penguntit yang buruk untuk Uchiha Sasuke, tetapi Sora bukan ninja sehebat Sasuke. Jadi dia berusaha membaur dengan gelapnya malam, berjalan perlahan sembari memantau Sora. Perempuan itu tiba di rumahnya dan masuk melalui pintu depan. Sakura melihat tidak ada celah atau jendela yang bisa ia masuki di daerah depan rumah, sehingga ia melompati tembok dan menuju lantai dua rumah Sora. Sebuah jendela dipilih Sakura sebagai jalan masuk.
Entah ia senang atau sangat sedih, senang karena firasat buruknya kepada Sora terbukti atau sedih karena ruangan yang ia masuki dipenuhi hewan-hewan yang diikat dengan tidak wajar. Darah memenuhi lantai ruangan tersebut, serta banyak senjata tajam di sana. Hampir-hampir Sakura muntah tetapi ia menutup mulutnya cepat-cepat dan beringsut ke sebuah sudut ketika seseorang masuk melalui pintu depan.
Itu Sora. Dia masuk membawa Yuka dan juga sebilah pisau besar di tangannya. "Berani-beraninya kau kabur dariku!" Sora menidurkan Yuka di sebuah meja besi lalu mengikat kucing malang itu di sana dengan rantai. "Kau harus diberikan hukuman."
Tiba-tiba saja mata Sakura ditutup oleh seseorang dari belakang. Pandangan Sakura menghitam, ia nyaris menusuk kunai kepada orang di belakangnya jika orang itu tidak segera berbisik. "Jangan lihat," ucap orang itu. "Ini aku, Sasuke."
"Sasuke-kun? S-Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Sakura tidak percaya. "Jika kau benar Sasuke, jawab pertanyaanku. Misi apa yang kita lakukan--"
"Jangan berisik, Sakura." Sasuke melepaskan tanganya dari mata Sakura dan membalikan kepala Sakura agar menghadapnya. Itu benar Sasuke. "Oh, itu tidak bagus," gumam Sasuke yang kemudian menyumbat kedua telinga Sakura agar tidak mendengarkan suara malang Yuka. "Lihat saja aku, jangan melihat ke belakang."
Saat seperti ini, sempat-sempatnya Sakura membayangkan bahwa ini adalah posisi yang bagus untuk mereka berciuman. Dari jarak sedekat ini Sakura dapat merasakan hembusan napas Sasuke di hidungnya. Mata kelam Sasuke menatap lurus, alisnya berkerut tajam, terlihat tak suka dengan apa yang ia sasikan. Tetapi imajinasinya harus kabur setelah keributan terjadi. Kakashi dan Naruto datang berbarengan dan langsung menangkap Sora. Sasuke bergabung dengan Naruto serta Kakashi untuk membantu mengamankan Sora yang meronta.
"Nah, sebaiknya kau ikut kami. Menurut saja, atau aku akan membuatmu pingsan dan bangun-bangun kau sudah ada di penjara desa." Sora berhenti meronta, tangannya dikunci borgol oleh Kakashi. "Kalau begini kan, kau tidak perlu aku buat pingsan sehinggakau bisa beradu argumen dahulu sebelum dimasukan ke penjara."
"Sakura-chan! Kau baik-baik saja?" Naruto menghampiri Sakura lalu membantu gadis itu berdiri dari tempat persembunyiannya. "Saat aku dan Sasuke akan pulang, Sasuke bilang dia melihatmu mengikuti Sora. Dia langsung mengikutimu kemari dan aku memanggil Kakashi-sensei."
Sakura memang lihai menguntit seseorang yang bukan seorang ninja tetapi ia tidak menyadari sedang diikuti juga! Oleh Uchiha Sasuke!
"Begitukah?" tanya Sakura tidak percaya.
"Ah, Sakura," sapa Kakashi. "Lain kali coba jangan ambil tindakan sendiri, itu berbahaya. Kau bisa bicara padaku atau teman-temanmu."
Sasuke membuka rantai-rantai yang mengikat tubuh Yuka. "Terlebih kau itu lemah, harusnya kau sadar diri."
"A-Aku tidak menyangka bahwa firasatku bisa benar, jadi aku memutuskan membuktikannya sendiri dulu," balas Sakura.
"Terkadang, firasat adalah senjata paling kuat," Kakashi menggantungkan kalimatnya, sengaja membuat Sakura menunggu. "Tetapi firasat dan kata hati hanya akan menjadi senjata kuat jika kau berlatih keras. Kalau kau tidak melalui latihan keras, firasat itu hanya sebuah ilusi."
Yuka berhasil selamat, walaupun kulitnya mengalami luka sayatan. Kakashi membawa Sora menuju kepolisian Konoha, sementara Yuka diserahkan kepada ketiga muridnya. Sakura mencari handuk dan menekan handuk tersebut diluka sayatan Yuka. Mereka bertiga memutuskan untuk membawa Yuka ke klinik hewan.
"Syukurlah, dia bisa selamat." Sakura bernapas lega ketika ia keluar dari klinik hewan. Hari sudah mau berganti tetapi mereka belum juga pulang ke rumah. "Ayo, kita pulang."
Naruto menguap kencang kemudian mengusap-usap matanya. "Besok libur bukan? Ah, aku ingin istirahat."
"Sampai jumpa semuanya!" ujar Sakura yang melangkah pergi.
"Iya, mata ne, Sakura-chan!" Naruto balik badan dan berjalan gontai menuju rumahnya.
"Hei," panggil Sasuke sebelum Sakura melangkah menjauh. Sasuke menoleh ke arah Naruto hingga laki-laki itu sudah berbelok ke sebuah perempatan.
"Ya?" Sakura mencoba menyadarkan Sasuke yang juga tidak mengatakan apa pun.
Sasuke mendekat. Ia mengusap-usap kepala Sakura lalu berkata, "Hati-hati." Setelahnya ia melompat ke atap bangunan dan bangunan lainnya. Menghilang dari hadapan Sakura yang tengah memerah dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar terbuai.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top