[27]:Selamat Datang:
Dua shinobi penjaga gerbang membuka pintu gerbang desa Konoha dengan tergesa-gesa ketika melihat Naruto datang. Lambang kanji api yang terlukis besar pada gerbang desa, terbelah menjadi dua seiring dengan pintu gerbang yang semakin terbuka lebar. Naruto melambaikan tangannya dengan seulas senyuman, sekilas ia mengatakan sankyuu kepada dua penjaga gerbang desa.
Dahulu, kehadiran Naruto tidak diinginkan oleh warga desa Konoha. Desas-desus beredar, bahwa ia adalah faktor utama kyuubi mengamuk dan memporak-porandakan desa. Dahulu, kehadiran yang diinginkan adalah kehadiran Sasuke. Tiap anak pasti ingin mendekatinya. Namun, keadaan kini berbalik. Justru kehadiran Naruto ditunggu banyak warga sementara itu, warga Konoha tidak ada yang menginginkan kehadiran Sasuke--mantan buronan.
Berbicara sekenanya, Naruto dengan canggung tergesa-gesa. Ia ingin berbincang dengan beberapa penduduk desa yang tidak sengaja berada di sekitar gerbang dan menyambutnya. Tetapi ada hal yang lebih penting yang harus disampaikan. Jadi ia melesat, menaiki bangunan demi bangunan yang sedang dalam perbaikan pasca perang.
"Sakura!" teriak Naruto tepat di jendela ruangan kerja Sakura yang dipenuhi kertas berserakan di mana-mana. "Aku kembali."
Sakura terlonjak, tidak sengaja menginjak salah satu laporannya. "Astaga! Bisakah kau datang lewat pintu?"
Mulanya Sakura ingin murka. Banyak hal yang harus ia selesaikan tetapi Naruto datang mengganggu. Namun, ia teringat sesuatu, seharusnya Naruto datang membawa Sasuke kembali ke desa. Seperti apa yang sebelumnya Naruto janjikan padanya.
"Kau datang sendirian?" tanya Sakura memastikan.
"Wah... wah. Kau mengharapkan aku datang bersama Sasuke?" ledek Naruto yang mendaratkan satu kakinya ke lantai ruangan. "Ya ampun. Kalian berdua ini. Apa susahnya bilang aku mencintaimu dan ayo kita bersama."
"Hei!" tegur Sakura dengan cara melemparkan satu tumpukan laporan pada Naruto. Yang sayangnya, tumpukan laporan itu berhasil mengenai wajahnya. "Jawab pertanyaanku dengan benar."
"Maaf, Sakura. Aku tidak bisa membawa Sasuke pulang." Sakura sudah pernah mendengar permintaan maaf Naruto, nyaris persis seperti ini. Kurang lebih tiga atau empat tahun silam. Tetapi rasanya berbeda ketika Naruto mengatakannya sekarang. "Seorang pria terkadang mengingkari janjinya."
"Maksudmu? Jelaskan padaku dengan jelas!" paksa Sakura tidak sabar. "Apa Sasuke akan menikah?"
Kemudian Naruto tertawa sampai nyaris saja ia jatuh dari jendela tempat duduknya. "Tentu tidak. Kau harusnya membaca surat dari Kakashi sampai habis."
Sakura mengingat ulang kejadian kala itu, sewaktu dirinya membaca surat dari Sasuke yang ditujukan pada Kakashi. "Ah, aku memang tidak membaca surat itu sampai habis." Ditengah-tengah pekerjaannya yang menumpuk, ia sempat memikirkan cara menyelinap masuk ke ruangan Hokage dan membaca ulang surat dari Sasuke. "Bagaimana kabar Sasuke?"
"Yah, dia baik... lebih sedikit menggerutu dibanding biasanya. Cobalah kirimi ia surat," usul Naruto jail, wajahnya sangat menyebalkan. "Bilang kau ingin dia kembali ke desa."
"A-Apa-apaan kau?!" sentak Sakura. "Aku menyukai Sasuke, kau tahu itu. Tapi bukan berarti aku mengemis cinta kepadanya seperti saat aku masih tiga belas tahun."
Naruto menggaruk kepalanya kasar. "Aku paling tidak mengerti wanita! Minggu lalu kau menangisi Sasuke seolah mengharapkannya lebih dari apa pun, tetapi sekarang kau mengabaikannya seolah tidak pernah mengharapkannya." Tidak tahan, Naruto pun meraih asal sebuah kertas putih kosong serta tinta hitam. "Cepat tulis, 'Sasuke, aku ingin kau segera kembali ke Konoha', ayo!"
Sakura menggeleng cepat, mengambil kembali laporan yang sempat ia jadikan senjata untuk menghantam wajah Naruto. "Itu terdengar menyedihkan. Aku tidak ingin tampak semenyedihkan itu dihadapannya. Kau tidak akan mengerti karena kau bukan perempuan."
"Terserahlah! Tapi intinya, Sasuke mengatakan bahwa ia akan kembali jika memang Konoha sedang dalam bahaya atau ada seseorang yang menginginkannya kembali. Kalau kau ingin Sasuke kembali, ada dua pilihan. Tetapi saranku, dibandingkan kau membuat Konoha dalam bahaya, kau tulis saja surat untuknya."
Sakura mendengus geli. "Tidak mungkin Uchiha dingin itu mengatakan itu."
"Ayolah!" Naruto sudah nyaris menyerah, sebelum akhirnya Sakura memberikan saran lain.
"Aku tidak ingin menulis surat untuknya. Aku tidak ingin mendahului. Kau saja yang sampaikan padanya aku ingin dia kembali, kalau dia tidak sibuk."
Walau tidak seratus persen sesuai harapannya, tapi akhirnya Naruto mengiyakan ide Sakura. Tadinya Naruto pikir, ia bisa membuat Sasuke dan Sakura saling berkirim surat cinta, namun ternyata ia tidak bisa berbuat sejauh itu. "Hei, Sasuke. Ini aku, Naruto. Bagaimana kabarmu? Sejauh apa kau sudah menyebrangi negara? Apa saja yang kau temukan?" Naruto duduk di kursi kerja Sakura dan menulis sembari mendiktekan apa yang ia tulis.
"Sudah lama kau tidak pulang ke Konoha. Banyak yang berubah di sini. Kau harus melihatnya. Oh iya, Sakura sangat merindukanmu dan katanya ingin memelukmu hihi---"
"Tunggu!" potong Sakura. "Hapus kata itu!"
"Ah, aku sudah terlanjur menulisnya!" gerutu Naruto. Akan tetapi, melihat tatapan tajam Sakura yang sedang meremas erat-erat laporan di tangannya, Naruto segera mencoret apa yang sudah ia tulis. "Sakura juga menanyakan kabarmu, jadi pulanglah. Aku tahu kau tidak ingin melihatku atau teman yang lain, tapi setidaknya pulanglah demi Sakura. Lebih baik, saat festival musim semi di tanggal 23 musim ini." Setelah menulis beberapa bagian terakhir sebagai basa-basi belaka, Naruto menggulung kertas itu dan memasukannya ke dalam saku baju. "Aku akan menitipkan surat ini kepada guru Kakashi. Hanya guru Kakashi yang sering bertukar pesan dengan elang milik Sasuke. Jadi hanya guru Kakashi satu-satunya yang punya akses berkomunikasi dengannya.
Sebelum melompat pergi, Naruto mengatakan, "Jika kau ingin melihat apakah ucapanku tadi benar mengenai Sasuke yang akan pulang kalau ada yang menginginkannya kembali, tunggu saja di gerbang desa pada tanggal 23." Kemudian sosoknya hilang sekejap dari jendela ruang kerja Sakura.
Haruskah Sakura mempercayai Naruto yang suka membual itu? Sakura mengerang. Tidak begitu penting, batinnya. Ia akan menghabiskan waktu dengan fokus bekerja dan kembali membangun desa.
***
Kakashi sebagai Hokage menyetujui festival musim semi berlangsung di tengah keterbatasan yang ada. Bukan maksud warga desa Daun hendak berpesta ria di tengah kondisi pasca perang, namun tidak ada salahnya menjadikan momen festival musim semi ini sebagai penghibur lara para warga.
Tiga bulan berlalu semenjak Naruto mengirimkan surat pada Sasuke. Semenjak tiga bulan itu pula Sakura jarang sekali melihat Naruto. Pemuda itu sibuk belajar, mengejar ketertinggalannya selama mangkir dari akademik demi ikut pada pelatihan khusus Jiraiya. Sesekali ia dan Naruto bertemu di kedai Ichiraku Ramen, tetapi tidak sepatah kata pun terucap di antara mereka mengenai kabar Sasuke. Banyak sekali obrolan yang digali mengenai desa ini. Dan itu sudah lebih dari cukup mengisi berjam-jam permbicaraan mereka.
Sakura lelah namun tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya menyambut festival. Anak-anak mulai boleh berlarian keluar rumah, para ibu rumah tangga memasak dan menjahit baju kimono untuk keluarga sementara para ayah sibuk menghias jalanan.
Malam nanti adalah perayaan festival musim semi. Selepas berbelanja bahan makanan, Sakura tidak sengaja menatap gerbang desa dari kejauhan. Kalau benar, Sasuke seharusnya akan kembali hari ini. Tetapi sampai sore hari pun tidak ada tamu dari luar desa. Sempat terdiam beberapa saat, Sakura menggeleng pelan, memutuskan melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.
"Suruh ia segera masuk!" teriak penjaga gerbang, membuat Sakura cepat-cepat menoleh ke belakang dan menghentikan langkahnya. "Buka gerbangnya!"
Dan ternyata, seorang Uzumaki Naruto tidak pernah membual jika yang ia katakan adalah sebuah harapan. Ia suka membual mengenai makanan, cara berjalan Kakashi atau misteri di desa yang belum terpecahkan. Saat Sasuke memasuki gerbang desa dengan rambut yang lebih panjang dari terakhir ia bertemu, Sakura menjadikan Naruto tidak hanya teman terdekatnya, melainkan orang yang paling ia percayai.
Keduanya berdiri berseberangan. Saling menatap satu sama lain tanpa kata. Gerbang desa ditutup rapat dari dalam. Suaranya gagah kala bergerak tetapi tidak membuat Sasuke bergerak dari tempatnya berdiri.
"Selamat datang kembali, Sasuke-kun." Menyudahi takjubnya, Sakura pun menyapa dahulu. Sakura tahu, Sasuke tidak mungkin menyapa lebih dulu. Tidak mungkin mendekatinya dahulu. Dan bila Sakura tidak mendahului, mungkin saja keduanya akan diam di tempat selama berjam-jam.
"Aku pulang, Sakura."
Semua kemungkinan yang Sakura bayangkan dipecahkan dalam satu waktu. Sakura tidak menyangka bahwa Sasuke akan berjalan ke arahnya lebih dahulu dan tersenyum padanya lebih dahulu. Seperti bukan Sasuke yang Sakura kenal.
"Kau sudah lama menungguku di sini?" tanya Sasuke setelah keduanya berhadapan.
"Oh--apa? Tidak!" elak Sakura, kentara sekali gugup. "Aku tidak menunggumu. Aku hanya tidak sengaja melewati daerah perbatasan gerbang desa setelah berbelanja."
Sasuke tidak membalas apa pun. Sakura semakin dibuat salah tingkah. Dua penjaga gerbang mengawasi mereka dari kejauhan dan beberapa orang menatap mereka penuh curiga. Jadi Sakura mencoba untuk berbasa-basi sebentar sebelum mengajak Sasuke pergi dari sini.
"Apa yang membuatmu kembali ke desa? Apa kau mau menemui guru Kakashi?"
"Bukankah kau yang menanyakan kabarku dan menginginkanku kembali?"
***
[Spoiler Chapter Selanjutnya]
"Aku melihat bunga sakura di negara lain. Tapi tidak seindah bunga sakura di desa ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top