[20]:Keringanan:

NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH

Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad

***

Dibandingkan senang ataupun bangga Kakashi justru bingung. Bingung dengan dirinya yang ditunjuk menjadi Hokage, bingung dengan apa yang harus ia lakukan dan lebih bingung lagi, tiba-tiba saja ayah Sakura datang langsung ke kantor Hokage. Wajah ceria Kizashi tidak lagi kentara, terganti dengan raut serius yang baru pertama kali Kakashi lihat. Sejak dahulu, Kizashi adalah orang yang periang dan mudah bergaul dengan orang lain. Sifat ini pun menurun pada sang anak semata wayangnya itu. 

"Saya memberi salam kepada Tuan Hokage, mohon maaf apabila saya lancang--"

Kakashi segera menghampiri sebelum Kizashi membungkuk sembilan puluh derajat di hadapannya. "Jangan seperti itu, Tuan Haruno," tolak Kakashi dengan sedikit tawa canggung. "Kita sudah mengenal lama, tidak perlu seformal ini."

"Biar bagaimana pun, kau tetap Hokage, Tuan Kakashi. Sudah sepatutnya aku memberi salam." Kizashi menunduk sebentar, sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tujuanku kemari tentu bukan soal pekerjaan. Aku sadar diri, aku ninja dengan pangkat rendah, tidak mungkin sampai berurusan dengan Hokage. Jangankan Hokage, paling tinggi, aku hanya pernah berbincang dengan ketua regu wilayah desa Daun. Namun, meski jabatanku rendah, kedatanganku bukan untuk memaksamu menaikan jabatanku."

"Oh, tentu saja. Sungguh, aku tidak berpikir seperti itu sedikit pun tentangmu." Merasa sungkan, Kakashi akhirnya melepaskan jubah Hokagenya, menyampirkannya pada punggung kursi. "Jadi ada apa Tuan sampai menghampiriku ke sini? Pasti serius sekali."

Kizashi mengembuskan napas berat. "Ini soal Sakura."

"Ah, ada apa dengan Sakura? Apa yang bisa aku lakukan dengan muridku itu?"

Sebelum semakin salah paham, Kizashi segera menggeleng cepat. "Bukan seperti itu, Tuan Hokage. Aku tidak ingin kau memberikan Sakura jabatan khusus di pemerintahan. Aku yakin, Sakura juga akan menolak cara itu."

"Ya, aku tahu. Sebenarnya, tanpa perlu sogokan sana-sini, anak itu akan dengan sendirinya mendapatkan jabatan khusus di pemerintahan. Melihat keahliannya di bidang medis serta kompensasinya di perang dunia shinobi."

Kakashi menunggu dengan sabar. Ia tidak memberikan tekanan pada Kizashi untuk segera menyampaikan urusannya, kendati tumpukan dokumen di mejanya menanti untuk dibaca. 

"Bisakah kita berbicara sebagai sesama ayah untuk Sakura?" Lama terdiam, akhirnya Kizashi meneruskan. "Bisakah kau menjauhkan putriku dari Uchiha Sasuke?"

Di balik maskernya, Kakashi terhenyak. "Mohon maaf, Tuan Haruno. Aku tidak cukup mengerti dengan hal itu. Bisa jelaskan lebih mengenai ini?"

"Uchiha Sasuke adalah kriminal berbahaya. Aku tahu Sasuke mantan muridmu dan juga mantan rekan tim dengan Sakura. Sepertinya, Sakura berusaha mendekati Sasuke kembali. Ayah mana yang tidak khawatir putrinya akan terbawa jelek oleh seorang kriminal? Jika kau adalah sensei Sakura, sudah seharusnya kau juga memiliki rasa sebagai seorang ayah kepadanya. Apa kau sama khawatirnya denganku?"

Kakashi berdeham. Sepertinya aku lebih mengkhawatirkan Sasuke jika bersama putrimu yang berbahaya itu, batinnya. "Sejujurnya, aku kurang mengerti akan perasaan menjadi seorang ayah. Aku tidak menikah, tidak memiliki anak, aku pria tanpa ikatan. "

"Baiklah, apa pun itu, Tuan. Yang jelas, bisakah kau melarang putriku berhubungan kembali dengan Sasuke? Jika perlu kau bisa membuat kondisi di mana keduanya tidak pernah bertemu kembali."

Kebiasaan Kakashi ketika berpikir, ia akan memejamkan matanya, mengadah sedikit ke atas dan mencubit dagunya. "Akan aku usahakan," balasnya yang sebenarnya tidak menjanjikan apa pun pada Kizashi tetapi sanggup membuat Kizashi tersenyum lebar.

"Terima kasih atas kebaikanmu, Tuan Hokage." Kizashi kembali membungkuk namun tidak serendah tadi. "Baiklah, aku bisa tenang sekarang. Aku permisi," pamitnya sebelum balik badan dan meninggalkan ruangan. 

Hanya selang beberapa detik, ruangan Hokage sudah dimasuki kembali oleh seseorang. "Ada apa? Kenapa ayah Sakura mendatangimu?" tanya Iruka dengan setumpuk kertas di tangannya. 

"Kita bisa bicarakan itu sambil berjalan." Kakashi meraih jubah Hokage lalu mengenakannya. "Antar aku ke penjara khusus, tempat Sasuke ditahan."

*** 

Berbeda dari kedatangan Sakura dan Ino sebelumnya, kedatangan Kakashi serta Iruka di penjara khusus Konoha tidak perlu izin, apalagi penolakan. Siapa yang berani menolak kehadiran Hokage? Para sipir tanpa curiga membukakan pintu demi pintu agar Kakashi dan juga Iruka dapat lewat hingga keduanya sampai di sel tahanan Uchiha Sasuke.

Dibalik masker yang menutupi wajahnya, Kakashi cemberut. Seharusnya tidak perlu sipir sebanyak ini untuk menjaga sel seseorang yang jelas-jelas tidak akan kabur. Sasuke sendiri yang meminta dipenjara dan menerima hukuman dengan lapang dada. 

"Uchiha Sasuke," panggil seorang sipir. "Ada yang ingin bertemu denganmu."

Suara dencitan besi sel penjara begitu ngilu terdengar sampai-sampai Iruka menutup telinga kanannya. Tikus-tikus kecil yang terkejut dengan suara itu pun segera berhamburan keluar. Berlari mengintari kaki Kakashi. 

"Jika anak bodoh dengan rambut kuning itu hendak menemuiku, bilang aja aku tidak mau bertemu," ketus Sasuke setelah sipir itu membuka segel di mulut Sasuke. 

Tidak hanya mulut Sasuke saja yang disegel, tetapi tangan, kaki dan matanya juga. Inilah penjara khusus Konoha. Tidak membiarkan seorang pun bisa meloloskan diri. Bagaimana bisa Sasuke bertahan selama 20 tahun ke depan menjalani masa hukuman dengan kondisi seperti ini. Seolah tampak seperti mayat mati. Tak dapat melihat atau bergerak.

"Bukan Naruto yang menjengukmu kali ini," balas Sipir itu.

"Lantas siapa? Apa itu Sakura?" tanyanya, yang membuat sang sipir kebingungan sendiri ketika Sasuke menyebutkan nama seorang perempuan.

"Sayangnya, bukan Sakura yang menjengukmu," Kemudian Kakashi datang, masuk ke dalam sel Sasuke yang gelap itu bersama Iruka di belakangnya. "Tapi aku."

"Kakashi," gumam Sasuke setelah segel pada kedua matanya dilepas oleh sipir. "Apa yang kamu mau?"

"Keringanan hukuman untukmu."

Sasuke tidak bereaksi apa pun. Matanya memandang Kakashi datar tanpa ketertarikan. "Aku tidak butuh itu, pergilah."

"Aku bukan ingin bermurah hati, Sasuke. Jangan salah paham." Kakashi berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Sasuke yang terduduk di lantai sel dengan segel dan rantai di sekujur tubuhnya. "Sebagai Hokage, aku berusaha adil. Kau adalah teroris, penghianat desa dan pernah hendak menyerang Konoha. Hukuman 20 tahunmu tetap harus kau jalani. Tetapi dengan cara lain."

"Apa maksudmu?"

"Aku akan memberimu hukuman 20 tahun menebus perjalanan dosa. Kau harus berkeliling dunia dan membantu sesama sebagai bentuk penyesalanmu. Tidak cukup itu, kau juga harus melakukan seumur hidup pada Konoha. Melindungi desa Konoha jika diperlukan, membantu misi yang tak bisa dikerjakan ninja biasa, dan menyelidiki hal yang berpotensi membahayakan desa. Semuanya tanpa dibayar. Kau setuju?"

Sasuke tersenyum miring mendengar penjelasan Kakashi. "Semua itu aku lakukan tanpa bayaran, kau serius? Kau tidak memberikanku keringanan sedikit pun."

"Sudah seharusnya seperti itu. Aku harus adil meski kau adalah muridku. Dari awal aku bukan ingin bermurah hati padamu." Kakashi membuka segel kaki dan juga tangan Sasuke dalam satu kali jurus. Sipir yang hendak melarang hal itu dihentikan oleh Iruka. "Aku bukan membebaskanmu, aku mengganti hukumanmu. Sebagai Hokage itu yang bisa kulakukan."

Lalu Kakashi berdiri. Ia menatap Sasuke yang masih terduduk tidak mau bergerak, walau seluruh segel telah terlepas dari tubuhnya. "Tapi sebagai seorang guru, aku tidak ingin melihatmu berakhir di sini. Aku ingin kau menebus dosamu dengan cara memaknai kehidupan. Jika kau terus mengurung diri di kamar sempit ini, bagaimana kau bisa menemukan makna hidup? Di luar sana, ribuan kisah menantimu, Sasuke."

Sasuke masih ragu bergerak. Jangankan menggerakan satu jari, berkedip pun ia ragu. "Apa kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu? Kau mengganti metode hukumanku?"

"Tentu," ucap Kakashi sembari keluar meninggalkan sel. "Ikut aku ke kantor Hokage sekarang. Ada yang harus kau lakukan juga."

***

Spoiler chapter selanjutnya:

"Apa...." Sakura gugup, ia menatap kakinya beberapa detik sebelum akhirnya memberanikan diri menatap mata hitam kelam Sasuke. "Apa aku boleh ikut denganmu?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top