[12]:Bertemu:

Orochimaru terbatuk. Tubuh pucatnya terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Napasnya sesak dan ia sulit berbicara. Tenaganya sudah habis akibat menahan sakit. Di samping ranjangnya, Sasuke menemani dalam diam.

"Tolong ambilkan aku secangkir teh," titah Orochimaru dan Sasuke segera beranjak ke atas nakas lalu meracik bubuk teh. "Mengapa perkamenku tidak mampu menyembuhkanku. Biasanya perkamen itu adalah obat mujarabku yang bisa membuatku tampak lebih muda."

Sasuke berhenti meracik. Mata tajamnya menatap Orochimaru dari kegelapan. "Terimalah saja takdirmu kalau kau sudah tua."

Orochimaru terkekeh pelan. "Musuhku banyak dari kalangan muda, aku tidak boleh sampai kalah."

"Menyerahlah saja," balas Sasuke sambil membanting racikan teh yang ia buat. "Orang tua sepertimu selalu rakus kekuasaan. Tidak membiarkan anak muda seperti kami untuk ambil bagian. Dunia berubah tapi kau masih mau menjebak kami dalam dunia lampaumu?"

Sasuke menarik pedangnya lalu mengarahkannya pada leher Orochimaru. "Apa yang kau lakukan, Sasuke?" ujar Orochimaru panik.

"Membunuhmu," jawab Sasuke seraya semakin menusukan pedangnya ke leher Orochimaru. "Perkamenmu aku yang mengubahnya, sehingga wajar saya perkamenmu tidak dapat mengobari lukamu."

"Kurang ajar!" desis Orochimaru dalam keadaan sekarat. "Terkutuklah kau, Uchiha!" makinya sebelum Sasuke akhirnya menebas perut Orochimaru menggunakan pedangnya. 

Ini momen yang ditunggu Sasuke sejak lama. Dengan begini, ia bebas melakukan apa pun tanpa ditahan oleh siapa pun. Tiba-tiba seekor ular putih keluar dari tubuh Orochimaru. Sasuke segera mengeluarkan perkamen dan menggigit jempol tangannya. Ular putih tersebut mendesis ke arah Sasuke dan hendak menyerangnya. Namun, Sasuke bertindak lebih cepat. Dengan jurus-jurus yang sudah ia pelajari, Sasuke mengunci ular tersebut dalam perkamennya. Kini ular putih tersebut menjadi miliknya.

Beginilah Uchiha Sasuke. Ia tidak hanya menghianati desanya. Ia juga menghianati orang yang telah melatihnya. Pada dasarnya, Sasuke tahu bahwa Orochimaru sedang memanfaatkannya. Namun, Sasuke mengulur waktu, hingga ia menemukan titik lemah Orochimaru. Tanpa membawa perbekalan apa pun, Sasukepergi. 

"Tolong!" teriak seorang wanita seraya menggenggam kaki Sasuke yang melintas di depannya. Wanita itu terkurung dalam penjara besi. Hanya tangannya saja yang dapat keluar dari sela-sela besi penjara. "Tolong bebaskan aku!" 

Sial. Sasuke mengeluh di dalam hatinya. Dengan kasar, Sasuke menendang tangan kurus wanita tersebut dan kembali melanjutkan perjalanannya. Seharusnya Sasuke memilih jalan keluar lain selain melewati penjara kelinci percobaan. Penjara ini lembab dan berisi para manusia hasil kelinci percobaan Orochimaru. Sasuke mengira ini adalah jalan paling aman karena Kabuto jarang sekali melalui jalan ini.

"Akan aku lakukan apa pun untukmu. Asal kau mau menyelamatkanku!" teriak wanita itu masih belum mau menyerah.

"Aku akan membantumu membalaskan dendam kepada Uchiha Itachi. Apa pun itu! Aku yakin aku bisa melakukannya!"

Tiba-tiba saja, Sasuke teringat akan kalimat terakhir yang diucapkan Sakura kepadanya saat ia hendak pergi. Kalimat yang tidak akan Sasuke lupakan. 

"Kau mau lakukan apa pun?" tanya Sasuke yang kini menghentikan langkahnya.

Wanita berambut merah tersebut mengangguk semangat. "Iya! Apa pun!"

"Termasuk nyawamu?" tantang Sasuke.

Sempat terjadi jeda beberapa detik sampai akhirnya wanita itu kembali mengangguk. "Lebih baik aku mati di luar dibandingkan mati di dalam penjara ini." jawabnya bersemangat. "Namaku Karin. Uzumaki Karin! Bebaskan aku, maka aku akan membawamu pada kemenangan." Setelah itu terdengar suara kilatan petir yang memporak-porandakan penjara.

***

Sakura tidak bisa tidur. Seharusnya ia bisa mengatur jatah waktu istirahatnya ketika sedang misi. Ia sangat disiplin terhadap waktu dan menganggap sedetik pun berharga. Tetapi hanya karena memikirkan seseorang yang dulu ia cintai, Sakura mengabaikan segalanya. Ia berjaga hampir semalaman tidak tidur memikirkan hal yang tidak jelas.

Apa yang akan Sasuke katakan padanya saat pertama kali bertemu setelah berpisah lama? Apakah Sasuke masih tetap dingin? Apakah Sasuke masih menyukai tomat? Semua pertanyaan tanpa jawaban itu memenuhi otaknya.

"Sakura...." erang Naruto dalam tidurnya. "Iya, aku menyukainya. Kau ternyata lihai juga ya, hehe."

Tanpa memikirkan istirahat Yamato serta Sai yang akan terganggu, Sakura segera menendang Naruto hingga Naruto berguling ke samping dan tubuhnya menabrak dahan pohon. "Dasar, mesum! Bisa-bisanya kau memimpikan aku seperti itu!" bentak Sakura.

Yamato seketika terbangun dan meraih kunai dengan kondisi masih setengah sadar. "Apa yang terjadi?" tanyanya. Setelah melihat Sakura dan Naruto, Yamato pun bernapas lega. "Ternyata hanya kalian berdua."

Sai mengerjap malas. Ini masih pukul tiga dini hari. Jangankan Sai, matahari pun masih malas untuk terbit dan menjalankan tugasnya. "Kita masih punya waktu sampai pukul lima," ucapnya sambil kembali menarik selimut.

"Kita lanjutkan saja perjalanan kita," ucap Yamato yang membuat Sai mengeluh. "Ayo, ringkasi seluruh barang bawaan kalian."

Naruto berjalan pincang. Ia memegangi punggungnya yang sakit itu. Ia bahkan tidak tahu alasan mengapa ia tiba-tiba saja ditendang oleh Sakura. Tetapi Sakura tidak dapat menjelaskan alasan tersebut karena ada fokus lain yang harus ditangani. Terdengar kegaduhan dari arah Utara tempat mereka beristirahat. Langit dini hari yang kelam, mendadak berubah warna sedikit kebiruan dengan petir panjang di tengahnya. 

Jantung Sakura berdegup kencang. Apakah itu adalah jurus chidori dari Sasuke? Apakah Sasuke ada di dekat sini?

"Aku akan mengeceknya!" ucap Sakura menentukan pergerakan sendiri tanpa berdiskusi.

"Hei! Sakura! Tunggu dulu!" teriak Yamato yang dihiraukan oleh Sakura. 

Secepat mungkin Sakura melompat dari pohon ke pohon. Meninggalkan seluruh barang bawaannya. Sakura menyukai membaca buku, dan Sakura ingin jika kisahnya dijadikan sebuah novel ada satu bab yang hanya ia baca untuk dirinya sendiri tanpa semua orang mengetahui. Dan Sakura akan menulis bab itu saat ini juga.

Sakura merasakan chakra begitu besar semakin dekat. Ia semakin tidak sabar. Dua pohon sekaligus ia lompati. Lalu setelah itu, ia turun berguling dan bersembunyi di bebatuan besar dekat sungai. Sakura mengatur napasnya yang tidak teratur. Semoga saja Naruto kehilangan jejaknya. 

Dalam diam, Sakura mengintip. Mata hijaunya melihat seorang laki-laki dengan baju putih yang longgar tengah mencekik seseorang menggunakan salah satu tangannya. Laki-laki itu berdiri di atas air begitu santai, sepertinya dia adalah ninja yang sudah terbiasa mengatur cakranya tersebar di beberapa titik. Seorang ninja yang belum begitu ahli mengatur penyebaran cakranya, akan kehilangan keseimbangan ketika berdiri di atas air.

Mata Sakura semakin melebar kala laki-laki itu menoleh ke belakang ke tempatnya bersembunyi. Terlihatlah mata merah yang begitu Sakura kenal. Mata sharingan itu menatapnya tajam. Sakura segera menutup mulutnya lalu merapatkan dirinya dengan bebatuan. Itu dia... Uchiha Sasuke. Laki-laki yang menjadi bunga tidurnya jika ia lelah. Laki-laki yang ia tunggu kehadirannya kembali. Cinta pertamanya yang masih belum bisa ia lupakan, walau Sakura berusaha melupakannya setengah mati. 

Ia mendengar seperti ada sesuatu yang dijatuhkan ke air. Perkiraannya, Sasuke menjatuhkan orang yang tadi ia cekik ke dalam air sungai. Sekarang apa yang ia harus lakukan? Karena ia yakin bahwa percuma saja bersembunyi, Sasuke telah mengetahui posisinya. 

"Kau masih payah dalam bersembunyi."

Sakura mengadah ke atas, menuju sumber suara. Ia mendapati Sasuke duduk di atas bebatuan yang dia jadikan tempatnya bersembunyi. Pikiran Sakura kacau mendengar suara Sasuke yang berubah menjadi lebih berat sejak terakhir mereka bertemu. Tidak hanya suara, paras Sasuke juga berubah. Hidungnya sedikit lebih mancung dan garis-garis tegas di dagunya lebih menonjol.

"S-Sasuke-kun," gagap Sakura. 

Payah. Sakura benar-benar payah. Mendengar suara Sasuke, membuat Sakura lemah. Mungkin ini yang ia harapkan sedari dulu.

Sasuke, aku merindukanmu. Aku pun masih mencintaimu. Bawa aku pergi dari sini. Itulah kata-kata yang ingin sekali Sakura katakan. Mungkin saja kata-kata tersebut bisa mengubah Sasuke. Dan mereka bisa hidup bahagia selamanya. Namun, ketika mata Sasuke berubah menjadi warna merah, Sakura menyadari, bahwa Sasuke tidak akan mungkin berubah.

"Shanarooo!" Justru teriakan itu yang Sakura keluarkan dari mulutnya sebelum genjutsu Sasuke masuk menguasai dirinya.

Air sungai yang tenang, kini bergelombang akibat pukulan Sakura. Sasuke segera menepi dan menghindari pukulan demi pukulan gadis tersebut. Tidak mau melewatkan kesempatan, Sakura melemparkan tiga kunai sekaligus tetapi dengan mudah ditepis oleh Sasuke. Mereka pun beradu pukulan beberapa kali sampai akhirnya Sakura sedikit lengah dan membuat gadis itu terkena pukulan Sasuke di kepala kanannya.

Sakura berguling ke atas air. Ia masih bisa mempertahankan keseimbangan cakranya agar tidak tenggelam. Tidak mengulur waktu Sasuke pun datang dan langsung mencekik leher Sakura. Gerakan sama yang ia lakukan pada musuhnya yang ia tenggelamkan tadi. 

Betapa bodohnya Sakura. Mengharapkan cinta dari pemuda yang hendak membunuhnya.

"Kau bukan tandinganku," ujar Sasuke lugas.

Saat kunai Sasuke hendak mengenai mata hijau Sakura, Naruto datang dan langsung melepaskan Sakura dari cengkraman Sasuke. 

"Mungkin ini adalah tandinganku," gumam Sasuke pelan setelah melihat kehadiran Naruto.

"Tidak. Tandinganmu ada di belakang," ucap Sai yang membuat Sasuke menoleh ke arahnya. "Oh. Ini dia Uchiha Sasuke? Dia sedikit mirip denganku?" 

"Kau siapa?" tanya Sasuke.

"Aku?" Sai sengaja menggantungkan kalimatnya. "Aku adalah penggantimu di tim tujuh," lanjutnya seraya tersenyum.

Sasuke melebarkan matanya namun tak ingin tampak terkejut. "Sepertinya Konoha salah memilih penggantiku." Tangan kiri Sasuke menarik keluar pedangnya. 

Sedikit kalap mendengar dirinya telah digantikan, Sasuke segera mengeluarkan petir dari pedang serta tangannya. 

"Sai! Dia punya sharingan! Jangan lihat matanya!" teriak Sakura. 

Selembar kanvas Sai keluarkan dari tas kecilnya. "Aku tahu," balasnya singkat. "Aku bisa melawannya tanpa membuka mata." Lalu ia pun dengan lihai menggambar seekor burung, singa serta naga di atas kertas tersebut tanpa membuka mata.

Kini pedang Sasuke beradu dengan hewan-hewan yang Sai keluarkan. Mereka bertarung sengit di atas air sungai yang semakin deras. Naruto dan Sakura hanya menonton aksi mereka berdua dalam diam. 

"Kau akan kehabisan cakra jika menggunakan petirmu terus menerus," ejek Sai.

"Sasuke!" teriak Karin yang tiba-tiba saja datang di tengah pertarungan mereka. "Kau membutuhkan cakraku!" ujar Karin yang melebarkan kedua tangannya.

Setelah Sasuke berhasil mengalahkan hewan terakhir, Sasuke segera menghampiri Karin. Dengan kasar Sasuke mengisap cakra Karin dengan cara mengisap lehernya bak ia adalah seekor vampir. Sambil mengisap cakra, Sasuke menatap tajam ke arah Sakura.

Uzumaki Karin. Sialnya, tidak hanya mengingatkannya pada Sakura, Karin juga mengingatkannya pada Naruto yang mempunyai nama clan yang sama. Takdir seperti mengejeknya. Sejauh mungkin Sasuke pergi dari Konoha, tetapi bayang-bayang tentang tim tujuh masih berada padanya.

"Apa itu?" tanya Naruto heran. "Perempuan itu mengorbankan cakranya pada Sasuke?"

Sakura menggangguk. "Itulah sebabnya Sasuke bisa mengeluarkan jurus-jurus berbahaya di awal pertarungan tanpa memikirkan jumlah cakranya."

Ternyata, tidak hanya Sai yang menggantikan posisi Sasuke. Tetapi kini, posisi Sakura di mata Sasuke pun tergantikan oleh seorang wanita asing berkacamata.

"Sasuke, kau hampir mengisap habis seluruh cakraku," keluh Karin tetapi dirinya terlihat sangat bahagia. 

Naruto dan Sakura mengambil kunai mereka masing-masing. Sai siap dengan tintas serta kanvasnya. Mereka sudah siap bertarung kembali. Namun, belum sampai salah satu dari mereka mengeluarkan jurus, dua orang asing lain datang. 

"Hei, Sasuke. Biar aku urus mereka. Kau pergilah," ujar orang dengan gigi taring tersebut. "Lagi pula, bertarung di air adalah kelebihanku."

Tanpa berbicara, Sasuke menurut pada saran temannya. Ia pun menggendong Karin dengan gaya yang sama persis seperti yang Naruto lakukan pada Sakura ketika menyelamatkannya. Keduanya pergi secepat kilat. Bahkan Sakura tak bisa melihat pergerakan mereka.

"Aku Suigetsu," kata pria bergigi taring itu. "Itu nama yang harus kalian ingat sebelum kalian mati."

"Aku Uzumaki Naruto," balas Naruto tidak mau kalah. "Suatu saat aku akan menjadi Hokage dan kau harus tunduk padaku."

Kemudian Suigetsu membuat ombak besar bak tsunami di tengah hutan. Naruto hanya tersenyum, dia pun menyatukan kedua tangannya. "KURAMAAA!" teriaknya lantang. Lalu seluruh air sungai pun terasa panas.

***

EPISODE INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK MENGENANG RUBAH KITA SEMUA.

KURAMA.


Terima kasih sudah melindungi Naruto selama 19 tahun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top