[10]:Berubah:

NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH. PENULIS MEMBUAT KARYA INI ATAS DASAR DEDIKASINYA KEPADA SASUKE DAN SAKURA

Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad

***

"Apa yang harus aku lakukan sekarang... apa karir yang harus kupilih," gumam Sakura pada dirinya sendiri. Tetapi Ino dengan jelas bisa mendengar apa yang Sakura katakan.

Selepas menjadi seorang genin, ninja di Konoha harus memilih karirnya. Ada yang menjadi penjaga desa, seperti orang-orang yang bertugas di depan gerbang Konoha setiap hari sebagai garda terdepan pelindung desa. Ada yang memilih menjadi ninja biasa. Ada pula yang memilih karir sebagai Anbu--kelompok rahasia dengan misi yang super sulit. Dan masih banyak lagi karir yang dapat dipilih oleh para ninja.

"Kau mengkhawatirkan masa depanmu sebagai seorang ninja? Ayolah, kau murid terpintar di akademi! Apa yang takutkan?" balas Ino.

Sakura mendesah. Semakin hari, ia semakin terluka. Namun, luka karena latihannya tidak juga membuatnya semakin baik. Ia menatap Ino dari atas sampai bawah. Darah ninja Yamanaka sudah ada pada diri Ino. Jurus shintenshin yang menjadi andalan keluarganya, mampu membawa Ino menjadi ninja yang patut diperhitungkan.

"Murid terpintar yang tak memiliki jurus andalan. Bukankah sangat menyedihkan? Aku tidak bisa melawan musuhku dengan ratusan teori yang kuhapal dalam kepalaku, Ino." Sakura menunjuk kepalanya dengan emosi.

"Jika kau punya jurus andalan, aku yakin pasti jidatmu adalah senjata utamanya. Dia sangat lebar--"

Sakura menepis pergerakan Ino yang mencoba memukul jidatnya dengan telapak tangan. "Hentikan mengomentari jidatku!"

"Hei, hei... para gadis!" panggil Shikamaru yang menghentikan pergulatan antara Ino dan Sakura. "Dibandingkan kalian menggunakan kekuatan untuk bertarung tidak perlu, bantu aku memindahkan berkas-berkas dokumen ini ke ruang Hokage."

Shikamaru menyerahkan dua tumpuk buku serta kertas-kertas perkamen ke masing-masing gadis dihadapannya. "Jangan sampai tercecer," tekan Shikamaru.

Seharusnya Ino dan Sakura memilih tempat jalan-jalan yang lebih jauh, sehingga tidak melewati kantor Hokage. Ini hari libur tetapi keduanya masih harus bekerja. Walau hanya membantu sedikit, tapi tetap saja Ino dan Sakura mengeluh selama perjalan mereka menuju ruangan Hokage.

"Letakan saja di sini, aku rasa Hokage ingin membereskannya sendiri," ucap Ino sambil meletakan tumpukan kertas dan buku yang ia bawa ke atas meja Hokage. "Mari kita pergi!" ajaknya bersemangat.

Tetapi Sakura tidak menanggapi ajakan Ino. Ia memilih fokus pada buku-buku tua yang ada di rak buku Hokage. Buku-buku itu beragam, mulai dari sejarah hingga hal akademik. Namun, lebih didominasi oleh buku-buku mengenai kesehatan serta kedokteran.

"Oh, tidak. Sakura dan buku. Dua hal yang tidak bisa dipisahkan, oke... aku pergi!" Tanpa memaksa sahabatnya, Ino meninggalkan Sakura sendirian memandangi puluhan buku.

Sakura seperti terhipnotis. Ia tidak memikirkan apakah tindakannya ini sopan atau tidak, Sakura mengambil satu buku yang menurutnya sangat menarik. Penyembuhan Dengan Transfer Cakra. Itulah judul buku tersebut. Sakura langsung membuka halaman tengah buku dan menemukan gambar manusia dengan titik-titik cakra di sana.

"Yo! Perpustakaannya sudah tutup."

Suara berat seorang perempuan di belakangnya membuat Sakura terperanjat kaget. Buku yang sedang ia baca, ia jatuhkan begitu saja di lantai. Bunyi suara buku jatuh tersebut menggema ke seluruh sisi ruangan. Mata Sakura melebar mengetahui siapa yang datang. Itu adalah Tsunade, Hokage baru yang menggantikan Hiruzen Sarutobi.

Sarutobi dinyatakan gugur setelah melawan Orochimaru. Semua orang tidak menyangka bahwa hal tersebut akan terjadi. Terlebih Orochimaru adalah mantan murid Sarutobi.

Cepat-cepat Sakura menundukan badannya sembilan puluh derajat. "Maafkan aku, Nyonya Hokage. Aku sudah lancang membaca buku milikmu."

Tsunade tertawa lepas. Sakura semakin dibuat bingung olehnya. Apakah Tsunade marah atau tidak. Apakah Tsunade sedang mengajaknya bercanda atau justru tawanya adalah bagian dari sarkas.

"Apa kau tertarik dengan buku ini?" tanya Tsunade sembari mengambil buku yang dijatuhkan Sakura itu. "Oh, buku ini... aku membacanya sewaktu seusiamu juga."

Di mata Sakura, Tsunade terlihat sangat kuat. Tubuhnya memang tidak sekekar serta sebesar dugaannya tetapi aura yang dipancarkan membuat siapa pun tunduk. Jika Hinata bersamanya sekarang, ia akan menyuruh Hinata melihat seberapa besar cakra di dalam tubuh Tsunade. Sakura bertaruh, pasti jumlahnya sangat besar. Cakra diperlukan seorang ninja untuk energi mengeluarkan berbagai macam jurus. Semakin kuat jurus yang dikeluarkan, maka akan semakin besar cakra yang digunakan. Yang lebih membuat Sakura terpana, Tsunade tampak sangat muda di usia yang ke lima puluh tahun. Tsunade seperti baru berusia dua puluh tahun.

"A-Aku baru saja selesai membantu S-Shikamaru menyimpan buku-bukumu di sana," gagap Sakura yang menunjuk buku-buku yang ia bawa tadi bersama Ino.

Tsunade menaikan satu alisnya. "Oh, terima kasih," ucapnya. "Omong-omong kau boleh membawa pulang buku ini."

"Benarkah?"

"Cepat ambil sebelum aku berubah pikiran."

Tanpa pikir panjang Sakura mengambil buku tebal itu dari tangan Tsunade. "Apakah Nyonya tidak membutuhkan buku ini lagi?"

Tsunade mendengus, ia menyilang kan kedua tangannya di dada. "Aku bahkan sudah terlalu ahli sampai-sampai aku bisa menulis buku yang lebih bagus dari buku itu." Lalu Tsunade pun tertawa. "Aku terlalu lama pergi dari Konoha hingga orang-orang melupakan bahwa aku adalah ninja medis terkuat di sini."

"Ninja medis?" tanya Sakura.

"Kau tidak tahu? Ninja medis adalah ninja yang menyembuhkan ninja lain yang sedang berperang atau dalam misi. Oh, astaga! Medis seharusnya menjadi pelajaran wajib saat akademik ninja."

Sakura menggeleng. "Aku tidak pernah memperlajari hal itu di akademi. Apakah seperti mempelajari yang dokter lakukan?"

Tiba-tiba Tsunade merebut kunai yang berada di celana Sakura. Dengan mudahnya ia menggores cukup dalam tangannya sendiri. Darah pun keluar dari garis goresan yang Tsunade buat. Sakura kaget bukan main. Ia bingung apa yang harus dilakukannya dan mengapa Tsunade seperti ini dihadapannya.

Tsunade pun merentangkan telapak tangan pada goresan tersebut. Sebuah cahaya kehijauan keluar dari telapak tangannya. Dengan cepat, goresan yang berada di tangan Tsunade menghilang, seakan termakan oleh cahaya hijau tersebut.

"Ini yang kami lakukan sebagai ninja medis," ujar Tsunade yang mengembalikan kunai Sakura. "Kami menyembuhkan, membuat para ninja yang sedang bertarung mendapatkan kekuatan mereka kembali."

Dibandingkan tumpukan buku-buku Tsunade, ada hal yang lebih Sakura kagumi. Yaitu kekuatan Tsunade. "Angkat aku jadi muridmu!" Sakura pun berlutut, mengabaikan buku yang sekarang sudah dua kali ia jatuhkan. "Aku akan memilih karir sebagai ninja medis."

Tsunade terkesiap. Dia tidak menyangka Sakura akan mengatakan hal tersebut kepadanya. "Tunggu dulu, aku belum pernah mempunyai murid sebelumnya. Aku ini seorang pengelana yang gemar berjudi dan mabuk. Aku harus mengatakan hal itu kepadamu supaya kau tidak menyesal."

"Aku tidak akan menyesal!" jawab Sakura teguh. "Selama ini, aku terus menerus berlindung pada temanku dan payah sekali bertarung. Aku bukan terlahir sebagai keluarga dari klan ninja. Aku juga tidak mempunyai jurus andalan. Tetapi begitu melihat Anda menyembuhkan luka di tangan Anda, aku yakin bahwa inilah tugasku. Bukan untuk bertarung tetapi untuk membuat para petarung ini kuat."

Mendengar kata-kata Sakura membuat Tsunade merindukan dirinya di masa lalu. Selalu bersemangat dan penasaran. "Hei, siapa bilang ninja medis tidak bisa bertarung." Tsunade menggenggam kedua tangannya erat-erat. "Akan kujadikan kau seorang petarung juga."

Sakura menggangguk semangat. "Mohon bantuannya, Guru!"

***

"Masih belum?" tanya Sasuke dengan napas terengah-engah. "Apa latihanku sampai sekarang belum cukup untuk membawaku kepada Itachi?" 

Orochimaru memasukan pedang panjangnya kembali ke tempatnya. "Belum. Masih terlalu jauh dengan Itachi."

Sasuke berdecak kesal. "Berapa lama lagi aku harus berlatih?"

Keduanya baru saja menyelesaikan latihan rutin mereka setiap hari. Biasanya Orochimaru akan langsung bertarung dengan Sasuke untuk menguji kemampuannya. Siang ini cukup terik, sinar matahari menyengat kulit tubuh Sasuke yang bertelanjang dada. Meskipun hari ini mereka memilih tempat bertarung di dalam hutan yang dipenuhi pepohonan rindang.

"Berapa lama lagi? Itu tergantung dari perkembangan kemampuanmu Sasuke," jawab Orochimaru seraya berbalik. "Kita lanjutkan ini besok." Pria dengan wajah pucat itu meninggalkan Sasuke yang masih berdiri menatapnya bingung.

Seekor ular putih muncul dari dalam baju Orochimaru. Ular kecil itu naik, mendekat pada telinga Orochimaru. "Dia sangat kuat, melebihi dugaanku," bisik ular tersebut pada telinga Orochimaru. "Mau sampai kapan kau menahannya? Bukankah kita memerlukan dia untuk percobaan kita?" 

Orochimaru tersenyum miring. "Bersabarlah, Kabuto. Aku perlu dia lebih kuat lagi. Bayangkan saja, jika dia lebih kuat dari kita berdua dan kita dapat mengambil kekuatannya dengan instan."

Ular yang Orochimaru panggil Kabuto itu mendesis. "Jika kau membutuhkan aku untuk membuatnya kuat, panggil saja aku." Kemudian Kabuto yang kini sedang dalam bentuk ular tersebut kembali masuk ke dalam baju Orochimaru lalu menghilang di sana.

Sasuke menunggu Orochimaru berjalan lebih jauh lagi sebelum menunduk dan berkata pelan. "Apa yang kau dapatkan dari Orochimaru?" tanyanya pada ular kecil berwarna putih yang tengah berjalan menghampirinya. Ular yang sama persis dengan ular baru saja berbincang dengan Orochimaru.

"Dia mengakui kekuatanmu, Sasuke. Tetapi dia butuh kau lebih kuat," ujar ular tersebut.

"Aku tidak butuh pujian," ketus Sasuke. "Perkamen itu. Aku butuh perkamen yang berisi obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit Orochimaru. Bisakah kau mendapatkannya? Kau adalah orang kepercayaannya."

"Oh, dia sekarang lebih mempercayaimu dibandingkan aku."

"Baiklah, aku akan menunggu." Sasuke pun melangkah pergi, menuju arah yang sama dengan yang Orochimaru lewati. "Akan kuhabisi seluruh ilmunya lalu kubunuh dia. Ya, kuanggap itu adalah pembalas untuknya karena telah membunuh Hokage Ketiga. Gurunya sewaktu dahulu."

Terdapat dua anak muda yang tengah berjuang untuk berubah. Berubah menjadi lebih kuat. Dua sosok guru akan membantu mereka mendapatkan kekuatan tersebut. Namun, tak semua guru sempurna dan tak semua murid berguna. Bahkan, guru sehebat Hiruzen Sarutobi pun meninggal di tangan muridnya sendiri--Orochimaru. Semesta memisahkan keduanya dengan kondisi serta ambisi. Apakah semesta akan mempertemukan keduanya kembali lewat misi?

***

[B-N]
Brain-Note

Hai, aku update di dini hari. Semoga kalian dalam keadaan sehat. Jika tidak sehat semoga lekas sembuh. Banyak sekali berita duka akhir-akhir ini, apa kalian baik-baik saja? Aku harap pesan ini bisa menyemangati kalian. Ingat, kalian perlu bertahan. Bayangkan apa yang kalian lewatkan besok kalau kalian menyerah sekarang.

Stay safe! Stay health!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top