Profesi Rahasia

Futsuuno Hito.

Meski namanya punya arti "orang biasa" tapi dia sebenarnya luar biasa.

Setelah mengamatinya aku mengerti kenapa dia bisa menyadari aku yang merasa tidak nyaman bersama Nendo tempo hari. Gadis ini sangat berbahaya, dia punya intuisi yang sangat tajam—begitulah yang awalnya aku pikir, sampai akhirnya tidak sengaja aku mendengar isi kepalanya.


Teruhasi kokomi? Gila, dia diem aja silau bener. Gadis sempurna yang dimimpikan semua orang ya, sepertinya menarik. Dia dikelilingi banyak cowok yang menyukainya, aku jadi penasaran cowok mana yang dia suka.


Sialnya, aku sedang berada di koridor yang sama dengan Teruhashi-san dan Futsuuno-san, serta ribuan fansnya Teruhasi berada.


Oh! Teruhasi memandangi Saiki-kun. Eh?

Hmph. Sekarang aku mengerti. Kalau dipikir-pikir memang masuk akal, Saiki-kun bukan tipe yang banyak berekspresi bukan?


Yang bagus itu bukan instuisinya, tapi pengamatannya.

Wajar saja, Futsunoo-san ini seorang penulis jadi dia pasti lebih sering mengamati, terutama sikap manusia, karena dia harus bisa mengendalikan karakter dalam ceritanya untuk tetap terkesan hidup.


Tapi Saiki-kun sering menghindarinya, kenapa?

Hoh! Apa mungkin karena Teruhasi terlalu menarik perhatian?! Saiki-kun terlihat seperti tipe orang yang tidak suka terlihat mencolok.


Anjir.

Pengamatannya bisa akurat dengan cepat.


Yah, bodo amat lah sama mereka berdua. Lagian aku gak minat mencampuri urusan Saiki-kun. Untuk sekarang, aku cuma berharap Toritsuka bisa berhenti menguntitku.

"OY! KELUAR KAMU TORITSUKA!"

"Ah~ ketauan ya."


Dasar mesum. Sudah seminggu penuh dia menguntit Futusuuno-san, bahkan menyuruh hantu untuk mengikuti Futsuuno dan membeberkan semua rahasia Futsuuno. Aku turut prihatin dengan dirimu Futsuno-san.

Padahal Futsuuno-san sudah pernah menolongku sekali.

.........

.....

...


Oi, Toritsuka. Berhenti menjadi orang mesum dan urusi hantu penjagamu sana.

"Uoh! Saiki-kun!" Toritsuka terlihat bersemangat, sedangkan Futsuuno yang berdiri di depannya terdengar hening tidak memikirkan apa-apa. Aneh.

Aku tahu kamu menguntit Futsuuno-san, sekarang berhentilah. Itu sangat mengganggunya.

"A-apa?! A-a-aku tidak menguntitnya!" Sial, ketahuan ya.

Kau mau berbohong pada seorang cenayang?

"GEH! Baiklah, aku akan berhenti."


"Benarkah? Uwah, terima kasih banyak Saiki-kun. Orang ini benar-benar gak bisa dikasih tahu."

Bentar dulu, emangnya wajar bertingkah sesantai itu ketika kamu diuntit seseorang?

Terlebih lagi, si Toritsuka ini jadi tahu profesi yang selama ini Futsuuno sembunyikan dari teman-teman sekolahnya.

"Maafkan aku." Hanya itu yang dikatakan Toritsuka pada Futsuuno. Baguslah, bisa gawat kalau Toritsuka menunjukan tanda kalau dia tahu pekerjaan Futsuuno sebagai penulis. Aku tahu seberapa kuat puk— "Tapi Futsuuno-san. Aku tidak menyangka kau ternyata seorang penulis."

Bego.


Kena kan pukulan maut itu.

Aku pernah melihat perempuan ini melawan 3 preman di gang sempit seorang diri demi mencari refrensi tulisannya.

Lagipula ayahnya pemilik dojo karate.


"S-Saiki-kun. Bantu.... aku..."

Aku tidak akan membantumu, Toritsuka.

"J-jahat!"

Salahmu.


"Ah, sekali lagi terima kasih ya, Saiki-kun." Kalau tidak salah, aku punya permen di kantongku.

Hm? Rasanya aneh dia terlalu baik seperti ini.

"Ini permen untukmu. Bukan seberapa, tapi anggap ini sebagai ucapan terima kasih." Semoga dia melupakan tentang pekerjaan sampinganku.


Jadi itu niatmu.

Tenang saja, aku tidak akan mengatakan soal pekerjaan itu kepada siapa pun meski kau tidak memberiku permen sekali pun. Tapi, terima kasih.


"Kau tidak perlu berterima kasih. Justu aku yang khawatir. Besok, akan aku bawakan puding kopi untukmu."


Aku bersumpah! Tidak akan mengatakan pekerjaan sampinganmu kepada siapa-siapa.


"Ah! Sudah bel. Aku duluan ya." Begitu yang dikatakan Futsuuno sebelum dia meninggalkan kami berdua.


"Saiki-kun, kau... tidak mau... bantu aku? S-setidaknya, ke ruang kesehatan."

Sudah bel. Aku harus kembali ke kelas.

"Saiki-kun. Oy! Saiki!"

Gak mau tahu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top