34
Calvin menyuruh Haru untuk mandi setelah mereka selesai merapikan barang-barang Haru di apartemennya, sedangkan dirinya langsung memasak untuk makan malam mereka.
"Gua gapunya strawberry jadi besok kita belanja buat isi kulkas." Kata Calvin saat melihat Haru berjalan menuju meja makan.
"Calvin." Panggil Haru yang sedang berdiri di sampingnya sambil menarik sedikit bajunya.
Calvin langsung mematikan kompornya dan menoleh ke arah Haru, "Apa?"
"Gimana gua bisa live streaming disini? Gua sengaja ga bawa komputer karena mau beli disini aja biar ga ribet tapi ternyata ga ada tempat disini. Atau kita gantian live streamingnya?" Tanya Haru penasaran dan sedikit khawatir.
"Lu kan biasanya live streaming pagi, sedangkan gua malem jadi untuk sementara kita gantian. Setelah gua tanda tangan kontrak baru, kita sewa apartemen yang lebih luas." Jawab Calvin lembut sambil menarik pinggang ramping kekasihnya untuk lebih mendekat.
"Kenapa ga beli rumah aja?" Haru yang tidak mengerti mengenai properti menjadi bingung, "Bukankah lebih baik langsung membeli rumah agar tidak perlu membayar sewa." lanjutnya.
Melihat bagaimana wajah cantik kekasihnya bingung, Calvin tersenyum dan mencium pipi gembulnya, tentu saja dengan tangan yang masih bertengger di pinggang ramping Haru, "Gua ga pernah berpikir kalau suatu hari nanti gua bakal tinggal sama orang lain jadi gua masih ga punya tabungan buat beli rumah."
"Gua punya tabungan!" Kata Haru yang masih mendongakkan kepalanya untuk tetap memandang Calvin yang lebih tinggi darinya.
Dengan tersenyum Calvin menjawab, "Pakai tabungan itu buat beli hal-hal yang lu suka. Lu ga perlu mikirin kebutuhan primer karna gua masih mampu buat menuhin kebutuhan primer sampai tersier kita. Gua cuma butuh sedikit waktu untuk beli rumah, paham?"
Mendengar perkataan Calvin, Haru merasa kesal karena dia juga ingin hidup dengan hasil kerja kerasnya. Selama ini, Haru tidak pernah menyentuh donasi dan gajinya dari Twitch. Oleh karena itu, dia ingin menggunakannya untuk membantu Calvin membeli tempat tinggal mereka. Mereka akan hidup bersama jadi setidaknya Haru tidak ingin menjadi beban bagi Calvin. Haru juga tidak ingin menjadi orang yang selalu menerima.
Haru mengkerutkan alisnya dan berkata, "Hal-hal yang gua suka? Kalau gitu, gua pengen beli rumah buat kita. Semakin cepet kita beli rumah, semakin untung kita. Lu ga perlu buang duit buat sewa apartemen yang lebih luas. Kita bisa gantian live streaming sampai tabungan kita berdua cukup buat beli rumah. Bukankah kalau berdua yang nabung bakal lebih cepat dibandingkan hanya satu orang? Calvin, gua keluar dari rumah keluarga karena gua ingin mandiri dan juga.." Haru menarik nafas lalu menghembuskannya, "Kita bakal hidup bersama. Gua dan lu. Lu dan gua. Jadi, mulai saat ini gua pengen kita berdua yang berjuang, bukan cuma lu aja."
Calvin yang masih terdiam disadarkan oleh pelukan hangat dari Haru dan bergumam, "Hidup dan berjuang bersama..."
Kata "bersama" adalah kata yang sakral untuk dia yang selalu hidup dan berjuang sendiri. Dia pergi dari keluarganya dan hidup sendiri. Dia menjalin hubungan dengan orang lain dengan selalu memposisikan dirinya sebagai pemberi. Baginya prinsip Take and Give tidak terlalu penting selama dia dapat bertahan hidup sendiri dan tidak merugikan orang lain.
"Hm. Kita bakal hidup dan berjuang bersama. Gua pacar lu kan?" Tanya Haru setelah mendengar gumaman kekasih tampannya.
Karena tetap tidak mendapatkan jawaban, Haru pun melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Calvin untuk melihat ke arahnya, "Gua pacar lu kan?!" Kata Haru dengan nada sedikit kesal.
Tersadar dari pikiran yang telah mengembara ke kehidupannya sebelum bertemu dengan Haru, Calvin tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya yang sedang sedikit kesal, "You're mine. And i'm yours."
"mmmhhhpp"
Tanpa menunggu jawaban dari Haru, Calvin langsung mencium dan menggigit bibir bawah Haru untuk memasukkan lidahnya dan menelan desahan indah Haru. Kedua tangannya yang berada di pinggang Haru telah berpindah ke kedua pipi bokong Haru yang bulat lalu menggendong dan meletakkan Haru di atas meja makan tanpa melepaskan ciuman mereka. Haru yang merasa oksigen di paru-parunya akan segera habis pun hanya bisa menepuk lembut dada bidang Calvin.
"mmphh ahhh... mmpphhh"
"mphhh!!! mmmmpphhhh!!!"
Merasakan lidah Calvin yang semakin gencar menjilat seluruh bagian mulutnya, Haru khawatir Calvin akan membunuhnya karena sebuah ciuman!
Tepukan lembut pada dada Calvin pun semakin keras dan membuat Calvin untuk mengeluarkan lidahnya dengan enggan dari dalam mulut Haru.
"Ha... ha...... haa...... haaa..."
Melihat Haru yang sedang terengah-engah dengan wajahnya yang memerah dihiasi mata yang berkaca-kaca serta saliva mereka yang masih menggantung di ujung bibirnya membuat celana pendek Calvin sesak tetapi sebelum tangannya menyentuh celana pendeknya, Haru mengalungkan kedua tangannya ke leher Calvin, dan berkata, "Gua masih belum siap."
Saat Calvin melepaskan ciuman mereka, Haru langsung menghirup oksigen dengan serakah. Sambil terengah-engah, matanya menelusuri setiap bagian dari kekasihnya yang sedang berdiri di depannya. Wajahnya sangat tampan dengan rambut yang sedikit berantakan, dadanya turun keatas dan kebawah dengan ritme yang sedikit cepat dari biasanya, saat matanya melihat tangannya yang bergerak menuju suatu tempat secara perlahan, matanya langsung menemukan tonjolan di tengah celana pendeknya. Haru paham dengan apa yang akan terjadi jika dia membiarkan tangan Calvin sampai di tonjolan tersebut, maka dari itu dia langsung mengalungkan tangan putihnya ke leher Calvin berharap Calvin akan memberikan waktu untuknya.
Mereka saling berpandangan dengan jarak yang sangat dekat, menikmati suara detak jantung yang dapat terdengar oleh keduanya. Calvin sangat menyukai tangan Haru yang berada di lehernya saat ini, perbuatan dan perkataan Haru membuatnya tersadar dari napsunya. Calvin tersenyum dan menurunkan Haru dari meja makan lalu membalas kecupan Haru di bibirnya dan menjawab, "Makasih udah ingetin gua. I'll wait for you."
"Hehe." Haru melepaskan tangannya dari leher Calvin sambil tertawa kecil dan bertanya, "Masakannya udah dingin, masih enak?"
"Lu aja yang panasin ya? Gua mau ke kamar mandi buat ngurus adik kecil gua sekalian mandi, okay?"
Saat mendengar kata "adik kecil", wajah Haru memerah dan hanya bisa mengangguk pelan.
Setelah itu mereka makan malam bersama dengan tenang dan hangat seperti biasanya.
————————————————————————-
"Gua yang cuci piring." Haru mengajukan diri untuk mencuci piring dan membereskan dapur. Awalnya Calvin tidak ingin tangan lembut Haru untuk mencuci piring tetapi Calvin selalu kalah dengan Haru. Oleh karena itu, Calvin memutuskan untuk sikat gigi lalu rebahan terlebih dahulu.
Satu jam telah berlalu, setelah Haru mencuci piring dan sikat gigi, ia melihat Calvin yang bermain HP dengan bertelanjang dada.
Dug
Saat Haru terjatuh karena tersandung karpet, Calvin langsung berdiri dan menggendong Haru ke kasur untuk melihat kakinya.
"Ada yang sakit?" Tanya Calvin khawatir.
"Lu ngapain ga pake baju?!"
Jawaban Haru dengan wajahnya yang merah membuat Calvin terdiam dan tersadar, "pfft"
Haru hanya mengkerutkan keningnya dalam diam dan menunggu Calvin menyelesaikan tawanya.
"Tadi basah jadi gua gantung sebentar. Jadi lu jatuh karna terpesona lihat badan gua, hm?"
Bugh
"Pfft HHAHAHA"
Calvin tertawa lepas saat Haru memukulnya dengan bantal untuk menutupi rasa malunya karena godaan Calvin.
Setelah lelah tertawa, Calvin tersenyum dan berkata, "Gua keringin bajunya dulu ya" lalu mencium pipi tomat Haru.
"Hm."
Setelah mendapat jawaban singkat dan anggukan pelan dari Haru, Calvin langsung mengambil bajunya dan menuju ke kamar mandi untuk mengeringkannya menggunakan hair dryer.
Beberapa menit kemudian, Calvin melihat Haru telah tertidur dengan selimut yang mencapai hidungnya.
"Lucu." Dengan tersenyum Calvin mengisi ruang kosong yang tersisa di samping Haru dan masuk ke dalam selimut secara perlahan.
Calvin membawa Haru ke dalam pelukannya dan tertidur setelah mencium kening kekasih cantiknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top