Part 10 (Room Tour)
2 Minggu kemudian
Waktu berlalu sangat cepat. Tanpa kusadari ini adalah minggu kedua sejak aku, Matsuyama, dan Fukue dirawat.
Dalam jangka waktu itu juga ada beberapa penyerangan yang dilakukan oleh para Hito-gui. Terhitung semuanya ada total 30 serangan dengan jumlah Hito-gui yang berbeda.
Mulai dari 5 orang sampai 20 orang, namun semuanya dapat dikalahkan dengan mudah. Tidak banyak orang yang dikerahkan hanya seseorang, pemuda berambut ungu yang selalu membawa katana hitam. Hanya dia seorang diri yang mengalahkan para monster itu, yahh walaupun terkadang ada 3 atau 5 orang yang membantunya ketika jumlah musuh sangat banyak.
"Pagi, nak Tanazaki" sapa guru fisika yang selama ini merawat kami, disampingnya berdiri seorang perawat juga, wanita itu dulunya adalah petugas UKS sebelum Hito-gui menyerang.
"Bagaimana kabarmu?" Lanjutnya bertanya.
"Ah, pagi pak Izawa. Kurasa aku sudah baikan" jawabku
Perawat yang bersamanya tadi langsung memeriksa ku setelah dikasih aba-aba oleh Pak Izawa.
Setelah dia memeriksa semua tubuhku dia mengangguk ke arah Pak Izawa yang sedang duduk disampingku.
"Yah, kau sudah sembuh" ucapnya sambil tersenyum
"Eh? Bukankah ini terlalu cepat. Maksudku, aku mengalami luka dalam yang cukup parah. Apa memang secepat ini?" Tanyaku.
"Obat yang dibuat oleh kak Izawa adalah orang termanjur yang pernah ada. Bahkan dia dapat membuat obat yang dapat langsung menyembuhkan kanker darah, jadi jangan meragukan kehebatannya" jawab si perawat yang perlahan berdiri.
"Ahh.. lagi-lagi pujian, ya..kau tau aku tidak terlalu suka pujian, Sakura" jawab Pak Izawa sambil melihat kearah langit biru.
Orang sehebat dia menjadi guru di sekolah ini? Yang benar saja. Bukankah seharusnya saat ini dia sedang berada di laboratorium negara? Pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan logis tentang si guru yang mempunyai banyak prestasi ini. Berdasarkan perbincangan beberapa orang mereka memang mengakui kehebatan dari Pak Izawa.
"Anu, Pak" aku mulai bertanya.
"Apakah benar kau memang dapat membuat obat sehebat itu?" Lanjutku.
"Yah, memang benar. Tapi, untuk melakukannya aku tidak membutuhkan sebuah penghargaan dan penghormatan atau semacamnya. Aku tidak menyukai hal yang seperti itu" jawabnya.
"Apa itu juga alasanmu tidak menyebarluaskan obatmu?" Tanyaku lagi.
"Ya, aku tidak ingin berkontribusi untuk negara ini. Bisa dibilang aku hanya ingin berbagi ilmu di sekolah ini. Jadi, tolong rahasiakan ini ketika diluar sekolah, ya"
Aku akan menjaganya. Seandainya kita memang bisa keluar dari sini.
Aku hanya mengangguk ketika dia berbicara seperti itu, meskipun kurasa mustahil untuk keluar dari teror yang ada di sekolah ini.
"Temanmu disana juga sudah baikan. Kurasa mereka sudah sembuh total" ucap Pak Izawa sesaat setelah pembicaraan kami sambil menoleh ke arah tempat Matsuyama dan Fukue berbaring.
"Jika memungkinkan, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu dibawah. Mau ikut?" Lanjutnya.
Aku tidak yakin apa aku sudah dapat berjalan dengan baik atau tidak.
Untuk langkah awal aku menegakkan badanku dan bersandar di pembatas yang ada di atap.
"Aku ikut" jawabku tanpa ragu. Yah, kalau sudah dapat menegakkan badan tanpa rasa sakit lagi. Kurasa aku sudah bisa berjalan dengan baik.
Pak Izawa langsung tersenyum setelah melihatku. Dia lalu memberikan sebuah tongkat untuk menopangku berdiri.
"Bawalah itu, akan sulit jika nanti kau jatuh di tangga. Sakura, bimbing dia" perintahnya kepada Sakura-san. Aku ragu apakah harus memanggilnya dengan sebutan Bu atau tidak.
Kau tau, penampilan Sakura-san masih sangat muda, aku rasa dia seumuran dengan Nami-san.
'eghh'
Ternyata masih cukup sulit untuk berjalan, kakiku belum terbiasa untuk berdiri lagi. Selama 2 Minggu ini yang kulakukan hanya berbaring. Jadi, mungkin ini wajar untuk orang yang mengalami keretakan hampir di seluruh tulangnya, hehe.
"Ayo, pelan-pelan saja" Sakura-san membimbingku berjalan. Pak Izawa sudah berada di depan pintu menuju tangga, menungguku dan Sakura-san.
"Ya bagus, seperti itu" ucap Sakura-san menyemangatiku. Dia orangnya sangat perhatian, sifatnya sangat lembut jika sedang bersama pasien. Tidak hanya kepadaku namun juga pasien lain.
Setelah usaha yang cukup banyak kami sampai di pintu tempat Pak Izawa berdiri.
"Sudah siap?" Tanya-nya.
"Iya!"
-----------------------------------
'tap..tap..tekk' suara langkah kaki dan tongkat ku menjadi satu, kami menuruni tangga dengan sangat perlahan. Satu demi satu anak tangga sudah dituruni. Dan akhirnya kami sampai di anak tangga terakhir.
"Inilah, base kami" ucap Pak Izawa, berbalik badan lalu merentangkan kedua tangannya.
Di ruangan bawah ini, ada banyak orang. Lebih banyak dari yang di atap. Semuanya berbincang tanpa beban. Mereka sangat santai. Bahkan, ada yang bercanda ria. Di koridor ini cahaya yang menerangi cukup banyak. Di tangga yang menuju lantai 1 sekolah ini diblokade dengan menggunakan besi-besi dan kayu.
Seperti sebuah markas yang kuat. Di sekitar tangga itu ada beberapa orang yang berjaga. Semuanya menggunakan katana. Mereka, terlihat sangat kuat.
Setelah melihat-lihat koridor ini, Pak Izawa menuntunku menuju salah satu ruangan. Ruangan kelas yang di dalamnya terdapat cahaya kuning menyala. Dari sini, hawa panas sedikit terasa.
"Maaf, pak. Tempat apa ini?" Tanyaku.
"Ruangan tempa"
"Apa?"
'tokk tokk tokk' Pak Izawa mengetuk-ngetuk pintu berwarna putih itu beberapa kali.
Ketukannya cukup kuat. Itu juga diseimbangkan dengan suara berisik yang berasal dari dalam ruangan ini.
"Ada apa, Izawa, sialan" dari dalam keluar seseorang. Penampilannya acak-acakan. Rambut merahnya sedikit tertutupi oleh debu. Wajahnya juga kotor karena debu, membuat matanya yang merah menjadi daya tarik tersendiri di wajahnya. Pakaian yang dia pakai adalah seragam sekolah, tidak salah lagi dia murid disini.
Bedanya seragam itu tidak digunakan dengan benar, lengan bajunya dirobeknya, kancing seragamnya juga dilepas. Penampilannya yang berantakan membuat siapapun yang melihatnya berpikir dia lebih cocok jadi petarung jalanan daripada murid, ditambah badannya cukup berotot.
"Pedang barunya, sudah selesai?" Tanya Pak Izawa.
"Eh...pedang itu untuk anak ini, ya? Hmm hmmm" orang itu melihatku, dia mengamati seluruh tubuhku mulai dari rambut hingga kaki.
"Baiklah, perkenalkan namaku Tanzou Gladio. Penempa disini" ucapnya sambil mengepalkan tinjunya.
"Perkenalannya sudah cukup, biarkan anak baru ini melihat-lihat isi gudangmu ini" ucap Pak Izawa.
"Tch. Ini galeriku bukan gudang. Dasar Izawa, sialan" balasnya terhadap ucapan Pak Izawa.
"Masuklah" dia kemudian berbalik dan masuk ke dalam ruangannya yang dia sebut galeri itu.
Kami bertiga ikut masuk ke dalam ruangan itu, Pak Izawa mengikuti Taizou, sedangkan aku dan Sakura-san melihat-lihat isi ruangan ini.
Tempat ini dipenuhi dengan bijih besi, katana-katana yang dalam proses pembuatan, logam cair, dan kumpulan senjata lain.
Tidak salah lagi, ruangan khas blacksmith yang ada di dalam game dan film-film.
"Katana dan senjata lain yang ada disini, tidak dibuat dengan bijih besi biasa" ucap Taizou yang sedang mengotak-atik peti yang ada di sudut ruangan.
"Semuanya, meskipun besinya terlihat sama. Namun, memiliki komponen yang berbeda dari besi biasa" lanjutnya.
"Maksudnya?"
"Campuran perak"
"Eh?"
"Bijih besi yang ada disini. Mempunyai suatu komponen yang zatnya mirip seperti perak. Itulah yang membuatnya lebih kuat dari besi biasa" penjelasannya membuatku sedikit kebingung-an. Apa bedanya, dari luar semuanya terlihat sama saja.
'srriiing' suara senjata yang ditarik keluar dari sarungnya.
"Karena pisaumu yang buruk itu sudah hancur. Ini gantinya" Taizou mendatangiku, lalu memberikan ku sebuah Tanto (senjata berbentuk seperti pisau namun lebih panjang, lebih tepatnya pedang pendek dari Jepang).
"Pakailah ini, ini akan lebih berguna dibanding pisaumu" ucapnya.
Dua Tanto, dengan kepanjangan yang sama sekitar 40cm.
"Terimakasih, Taizou-san" aku mengambil kedua pedang tersebut, tongkat yang kugunakan kuberikan kepada Sakura-san.
Kakiku langsung bersemangat untuk berjalan.
"Semangat sekali, ya, hahahaha... Sisanya tinggal senjata dua orang lagi" ujarnya.
"Sepertinya cocok denganmu, kalau begitu. Kami permisi dulu, Taizou" ucap Pak Izawa.
Aku mengikutinya yang berlalu pergi dari ruangan itu.
"Terima kasih sekali lagi, Taizou-san" ucapku sebelum meninggalkan ruangannya.
Sakura-san memutuskan untuk tinggal lebih lama di tempat Taizou-san, aku yang sudah keluar dari sana mengikuti Pak Izawa.
Dia memperkenalkan padaku satu-persatu ruangan dari yang penting hingga yang tidak penting semuanya dijelaskannya.
Hadeh, berasa room tour nih. Sekitar beberapa jam, semua ruangan yang ada disini sudah selesai dijelaskan oleh Pak Izawa.
To be Continued....................
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top