04. Si sulung Haitani

"Otsukarre senpai!"

Naoto memberi selamat dan semangat pada (Name) yang baru saja keluar dari ruangan kepala departemen.

Tapi, raut wajah (Name) nampak lemah, letih, lesu, loyo, lunglai, letoy, seperti raut wajah yang ia tampakkan saat crush 2D nya adalah seorang mayad.

"Senpai?" Naoto menggerakkan tangannya tepat didepan wajah (Name), "Ada apa?"

Nihil, (Name) sama sekali tidak bereaksi, berkedip pun tidak.

"Jangan-jangan, kau dipecat?!"

"ENAK AJA!" Balas (Name) cepat.

Naoto sampai terlonjak kaget gara-gara teriakan (Name) yang naik beberapa oktaf.

"YA TERUS KENAPA?!"

"KOK TERIAK?!"

"SIAPA DULU?!"

"DIAM!!"

Naoto auto terdiam, mana mungkin dia kekanakan akan membalas adu mulut seorang wanita yang menempati adu mulut nomor satu. Jadi pria yang lebih muda dari (Name) ini hanya bisa menunggu senpainya itu bicara.

"Pak kepala memujiku setelah aku berhasil menangkap kelompok perampok di Shibuya."

Naoto berbinar, "Bukankah itu hal yang bagus?"

"Tapi beliau tidak mengembalikan pangkatku sebelum aku berhasil menangkap Si sialan Bonten." Geram (Name), "Padahal dia ada di─"

"Di..."

Naoto memiringkan kepalanya menunggu (Name) melanjutkan perkataannya. Tapi wanita itu memilih tidak menceritakannya pada Naoto, jika salah satu anggota Bonten lah yang telah membantunya.

"Sial, ini membuat ku gila!"

Apa tujuan Haitani bersaudara itu mendekati seorang pegawai kepolisian seperti (Name)? Bahkan membantunya. Mereka bertingkah seolah mengenal (Name) dengan baik.
Apa yang (Name) lewatkan? Apa dia melupakan sesuatu?

Melihat senpainya yang murung, Naoto jadi prihatin. Sebab dalam penilaiannya, diumur (Name) yang hampir mendekati kepala 3 ini malah disibukkan dengan pekerjaan yang tidak tahu kapan selesainya. Hampir saja Naoto meragukan orientasi seksualnya sebab ia sama sekali belum pernah mendengar (Name) menjalin kasih.

"Senpai, bagaimana jika kita makan diluar? Aku yang traktir." Usul Naoto.

(Name) berbinar, "Yang benar?!" Yah ini tawaran yang sangat sulit untuk ditolak, sebab saat ini ia harus menabung untuk beli ponsel lagi.

"Iya, untuk mengembalikan semangat senpai!" Balas Naoto antusias.

"Kalau begitu aku ingin makan manis-manis, akan ku tunjukkan tempatnya!"

***

Pilihan (Name) untuk makan makanan manis tentu terpenuhi, namun sebaliknya Naoto malah yang terlihat kerepotan. Raut pria itu berubah saat pesanan mereka sampai di meja.

"Woah, desert buatanmu memang tidak bisa diragukan lagi Matsuno!" (Name) lebih memilih untuk menyantap pesanannya daripada memperhatikan Naoto dan pemilik cafe itu tengah bertatapan sengit.

"Kita bertemu lagi Tachibana-san." Sapa pemilik cafe sekaligus teman (Name).

"Ah ya..." Balas Naoto canggung.

"Matsuno! Ada apa denganmu? Kenapa kulit cantikmu jadi lecet seperti ini?" (Name) baru menyadarinya.

Gadis bermarga Matsuno itu malah tersenyum ke arah Naoto, "Ah iya benar juga, kenapa ya Tachibana-san? Tapi disini yang jadi masalah adik saya Chifuyu memilih tidak mau bicara denganku gara-gara anda."

Atmosfer mendadak berubah, (Name) jadi bingung dengan interaksi dua orang didepannya ini.

"Eh, kalian saling kenal ternyata."

"Tidak!" Jawab Naoto dan teman (Name) bersamaan.

(Name) hanya bisa tertawa canggung, ia memilih pergi keluar membiarkan Naoto menyelesaikan masalahnya dengan Si pemilik cafe, toh yang membayar makanannya juga Naoto.
Begitu ia selesai melakukan peregangan ringan, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya hingga terjatuh.
Orang yang tidak bertanggung jawab itu kabur duluan sebelum (Name) memakinya.

"Pencuri!!"

"Pencuri! Tolong!"

Suara teriakan itu membuat (Name) tersadar, buru-buru ia lari ke mobilnya dan berniat mengejar pencuri tak tahu diri itu. Meskipun ini diluar jam kerjanya tetap saja ia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang yang mengabdi ke masyarakat.

"Pencuri sialan! Awas saja nan─eh?" (Name) kebingungan mencari kunci mobil yang ia yakini sudah ada dalam sakunya tapi nihil.

"Dimana aku menyimpannya?"

"Disini."

(Name) membeku, ia melirik ke kaca depannya yang mengarah ke kursi belakang. Begitu melihat sesosok manusia tengah memainkan kunci mobilnya dengan jari tangan, (Name) refleks menoleh kaget.

"Kau?!"

"Yo! Bagaimana bisa kau seceroboh ini?"

"Haitani Ran sialan!" Umpat (Name) tertahan.

Si sulung Haitani itu malah tertawa seenaknya, "Beruntung aku tidak mempunyai pikiran untuk membawa mobilmu kabur, bagaimana kau bisa meninggalkan kunci mobilmu seenaknya disini? Mau memancing pencuri hm?"

(Name) marah, kenapa ia jadi diceramahi?

"Sialan kau! Kemarikan!" (Name) memaksa, ia berusaha memberi pukulan untuk Ran. Tapi hasilnya ia sendiri kesusahan untuk pindah ke kursi belakang.

"Hei jika kau bertingkah seperti ini, pencuri itu akan semakin menjauh." Ucap Ran menjelaskan situasi yang ada.

Sorot mata (Name) yang menatapnya tajam sudah menjadi favorit Ran.

"Lagi-lagi mereka membuatku memilih pilihan yang sulit, dasar lelaki brengsek!" Umpat (Name) dalam hati.

Wanita itu menyambar kunci mobilnya yang sengaja Ran sodorkan dan buru-buru menyalakan mesin untuk mengejar pencuri. Tak lupa ia juga berpikir untuk membawanya mobilnya ke kantor polisi dengan cepat nanti.

"Kau benar-benar melupakan kami, (Name)?"

Pikiran (Name) buyar dengan pertanyaan itu. Sebelum ia beraksi, kakinya refleks menginjak rem disaat berhasil mengejar pencurinya.
Dengan kepekaan Ran, pria itu membuka pintu mobil dengan keras hingga membuat Sang pencuri yang lewat terjatuh secara tiba-tiba.

(Name) tak membiarkan kesempatan emas itu sia-sia. Ia menyambar kedua tangan pencuri dan mengambil paksa tas curiannya.

"Jangan merepotkanku lagi!" (Name) mendongak dan memanggil orang-orang yang tadi ikut mengejar pencuri, "Tolong, disini!"

Begitu mereka datang, (Name) buru-buru bangkit untuk menangkap Ran. Namun, pria itu menghilang dari pengawasannya.

"SIALAN!"

(Name) berniat mencarinya, berlari kesana kemari mengharapkan pria itu tidak pergi jauh. Begitu ia melewati sebuah gang ia melihat Ran berdiri disana seolah menunggunya.
(Name) tak lagi ragu-ragu dengan langkahnya, ia tetap menjaga jarak dengan Ran yang kini di depannya.

"Jangan harap kau bisa kabur lagi meskipun aku tidak membawa senjata."

Ran tertawa, "Kau selalu berhasil menemukanku."

"Yah, jika kau pergi ke ujung dunia pun aku pasti akan menemukanmu." Balas (Name) percaya diri, "Kau dan adikmu itu benar-benar membuatku kerepotan tahu."

(Name) mengingat momen menyebalkannya bersama Rindou, seperti deja vu. Mereka lagi-lagi membantunya.

"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau membantuku?"

"Tidak sopan."

"Huh?"

"Aku yang memberimu pertanyaan lebih dulu." Ucap Ran.

"Kau benar-benar melupakan kami, (Name)?"

(Name) mengurangi kewaspadaannya begitu ingat soal pertanyaan di dalam mobil tadi. Melihat raut wajah tengil Ran yang berubah, membuat (Name) merasa iba.

Kriminal sepertinya memasang wajah seolah berharap pada (Name).
Ternyata seorang kriminal bisa memasang wajah seperti itu ya.

"Aku..." (Name) menunduk, "Mana mungkin kan?"

(Name) berjalan mendekati Ran yang masih terpaku. Wanita itu menatap Ran lembut dengan senyuman manis.

"Mana mungkin aku melupakanmu."

(Name) berjinjit dan memeluk Ran yang lebih tinggi darinya.

"Ran, aku mengingatnya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top