03. Bantuan, huh?

(Name) menangis dalam diam.
Memandangi sebuah benda persegi panjang di depannya. Benda penting yang baru saja ia beli menggunakan gajinya yang usai dipotong kemarin.

Rasanya pengen nangis beneran, tapi gengsi sebab dirinya masih di dalam toko kue. (Name) memasukkan sepotong cupcake ke dalam mulutnya, sehingga rongga mulutnya sedikit menggembung sebab itu.

Tangannya mengelus benda baru beli itu hati-hati, "Yang awet ya!"

Yah soalnya dia sudah banting tulang, nguras keringat, demi mendapat uang.
Tidak masalah, ini adalah pekerjaannya. Bisa-bisanya ngeluh sebab masalah sekecil ini? Hey ayolah, dia tidak selemah itu.

"Awas saja Haitani itu! Akan ku hiihhh!!"

Brakk!!

(Name) sampai menggebrak meja sebab kelewat kesal dengan salah satu top buronannya.

"Jangan lampiasin amarahmu di kedai ku dong, (Name)-san!" Marah si pemilik toko sambil menghampiri meja (Name).

"Berisik Matsuno!"

Si pemilik toko cengo, ini kan seharusnya dia yang marah. Jadi, ia hanya bisa mengelus dadanya mengsabar melihat tingkah laku temannya.
Kalau kesabarannya habis ya tinggal menjungkir balikkan meja sekaligus orangnya.

"Apa yang membuatmu bisa semarah ini? Ah, jangan bilang kekasihmu?!" Tanya seorang gadis bermarga Matsuno.

"Hah?" (Name) menoleh dengan raut wajah heran dan dari situ pun si Matsuno paham.

"Mana mungkin, iya kan?"

"Jangan mengejekku!"

"Habisnya umurmu sudah 27 tahun, dan kau belum punya pasangan. Hei, kau terlalu gila kerja (Name)-san!"

"Yah gimana ya... Aku nggak, etto nggak doyan?" Ujar (Name) ragu-ragu dan temannya menatapnya kaget.

"Jadi gosip itu benar, kau seorang lesbian?!"

"Bukan seperti itu!!"

Teman (Name) tertawa, "Wakatta wakatta, aku mengerti kok. Jangan terlalu memaksakan diri, ganbatte ne!"

"Eum, makasih." (Name) tersenyum, "Oh ya Matsuno, sore ini kau ada rencana?"

"Sore? Aku ada rencana ke pet shop adikku, tapi kalau (Name)─"

"Begitu ya, baiklah." Potong (Name) cepat, rasanya tidak enak selalu merepotkan orang lain terus-terusan.

"Untuk pesananku, hutang dulu ya!"

Lah, baru saja dibilang tidak mau merepotkan orang lain.

"Gajiku dipotong dan uangku menipis gara-gara beli benda ini!" Tunjuk (Name) pada ponsel barunya.

"Santai saja, toh kau sudah biasa ngutang (Name)-san." (Name) nyengir.

"Lihat saja, akan ku balas Haitani bersaudara itu!" Dendam (Name) dalam hati.

***


Setelah istirahat di toko kue milik temannya, (Name) kembali bekerja. Ia berjaga di pos membantu pasukan polisi untuk menangkap penjahat tentunya.

Siang hari terik seperti ini, ia membayangkan sedang minum jus dengan es yang banyak ugh- nikmatnya.

"Lapor! Perampokan terdeteksi! Lapor!"

"Ya, disini pos 5 dekat Shibuya Crossing. Ada apa?" Balas (Name) melalui walkie talkie.

"Perampokan di mall Shibuya 109. Pelaku 2 orang, kabur dengan mencuri motor di tempat parkir. Tujuan belum diketahui dan kami akan mengirim rekam cctvnya."

"Oke, petugas (Name) akan turun lapangan."

Menangkap perampok yang sudah diketahui gerak-geriknya seperti ini terbilang cukup mudah, tapi mengejarnya itu yang susah.

(Name) menggunakan mobil tanpa sirine untuk mengejar para perampok yang belum diketahui dimana tempat nya berada, tapi dengan instingnya (Name) tahu sesuatu.

"(Name)-san, mereka sudah meninggalkan tempat parkir dan menuju ke utara." Lapor rekan kerja (Name) melalui ponsel.

"Oke tepat seperti dugaanku, kirimkan bala bantuan ke bekas pabrik jalan utara itu, aku akan menangkap perampoknya."

"Eh? B-baik!"

(Name) melajukan mobilnya dan sampai di pabrik terbengkalai.

"Dari pelarian dan cara mereka merampok, tidak lain lagi mereka bukanlah orang lokal Shibuya. Jadi, mereka memilih tempat seperti ini untuk mengumpulkan hasil curian. Bukan begitu?" Monolog (Name), ia cukup percaya diri dan siap dengan pistol di sakunya.

Namun, dikala ia mencoba mengintip ke dalam ia dikejutkan dengan sosok yang familiar.

"Haitani?!"

"Yo, tantei-chan!"

(Name) segera mengarahkan pistol ke arah pria jangkung berambut mullet, Haitani Rindou.

"Haitani, jadi kau?!"

"Memfitnah itu lebih kejam loh, beauty."

"Cih, kau tak bisa lari lagi."

"Ah haha senangnya." Rindou mencoba mendekati (Name) perlahan, dengan itu (Name) semakin meningkatkan kewaspadaannya.

Namun, netra (Name) tak sengaja melihat dua orang perampok yang akan ditangkapnya tadi terikat lakban di belakang Rindou.

"Itu..."

"Aku menangkap mereka, untukmu."

"Hah?! Omong kosong!"

Rindou memegang lengan (Name) yang tengah memegang pistol itu dengan kuat.

"Lepas! Haitani!!"

"Shuusshh! Seharusnya kau bidikkan kesana tantei-chan."

Pistol yang masih dalam genggaman (Name) itu diarahkan Rindou ke arah lorong belakangnya yang nampak ada bayangan dan suara gaduh.

"Perampoknya berkelompok..."

"Kau itu memang cerdik tapi tindakanmu masih ceroboh." Rindou menyentil dahi (Name), "Tapi aku ada disini, kau akan menang."

"Apa maksudmu kriminal kurang ajar?!"

Rindou membekap mulut (Name) dengan telapak tangannya.

"Kau ini suka sekali berteriak ya."

Suara gaduh kembali terdengar begitu dekat, dan muncullah beberapa preman kelas atas dalam artian perampok dari lorong.

"Nanda nanda? Huh, apa-apaan ini?!" Kaget salah satu perampok.

"Oi!"

Mereka sama-sama menghampiri dua orang yang tadi dihajar Rindou.

"Hah... Pekerjaanku bertambah." Keluh Rindou, "Tapi untuknya, aku tidak bisa membiarkannya." Rindou menatap (Name) yang memasang raut wajah kaget.

"Bantuan, ya! Kenapa mereka lama sekali?!" Batin (Name) cemas akan bantuan para polisi yang tak kunjung datang.

Rindou perlahan menjauh darinya dan melakukan pemanasan, bahkan dirinya sampai split. Dikira pertunjukan apa.

"Jangan memasang ekspresi jelek seperti itu! Aku ada disini." Rindou menoleh pada (Name), "Seperti sebelumnya, aku akan menangkap mereka untukmu."

"Hah? Eh? T-tunggu, hah? KRIMINAL SEPERTIMU?!"

"Jika aku meninggalkanmu, mereka bisa menangkap dan membunuhmu. Tapi aku memilih opsi kedua, mengalahkan mereka huh, mudah saja." Rindou mulai sombong.

"Kau gila ya, Haitani! Apa maumu sampai kau bertindak segila ini?" (Name) curiga tiba-tiba baik seperti ini, pasti ada maunya.

"Untuk itu..." Rindou menyeringai menatap (Name), "Akan kupikirkan nanti."

Sekelompok perampok tadi maju ingin melawan Rindou.

"Padahal dia didekatku, seharusnya aku bisa menangkapnya dengan mudah. Tapi situasinya..." (Name) menatap punggung Rindou.

"Mana ada kriminal yang membantu polisi!" Sangkal (Name) sebelum ikut maju melawan kumpulan perampok. Dia juga tak lupa memperingatkan Rindou untuk tidak membunuh mereka.

Tatapan malas Rindou jadi sedikit bersemangat ketika memukuli perampok itu satu persatu menggunakan tongkat besi.
Ia bergerak lincah untuk menghindari tebasan pisau sebagai senjata dari lawannya.

Disamping itu, (Name) lebih mengandalkan kakinya untuk melawan. Gadis itu terkadang menendang pisau yang ada ditangan musuh sebelum dipukul Rindou.

Namun, disaat (Name) menyisih untuk menghubungi bantuan menggunakan ponselnya, ia tak menyadari ada seseorang yang menghunuskan pisau ke arahnya.

"Agh!!"

Tapi Rindou dengan cepat menumbangkannya ke tanah dan mengunci pergerakan tangan perampok.

"Haitani?!" Kaget (Name) setengah mati hingga tak sadar ia menjatuhkan ponselnya.

"Jika kau membuat luka ditubuhnya, berarti kau siap mati."

Kretekk!!

"Arghh!!"

Rindou mematahkan sendi engsel lawan dengan mudah.

"Satu lagi!"

Ketika Rindou ingin mematahkan lengan lawan yang satunya, suara sirine mobil polisi mendekat. Sehingga, ia terpaksa menghentikan dan meninggalkan Sang lawan menggeliat kesakitan.

Rindou mendekati (Name) yang terdiam mematung.

"Yah, sepertinya kau baik-baik saja." Ujarnya setelah menatap raut wajah (Name) yang nampak tertekan. Kemudian pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga (Name).

"Panggil aku Rindou!"  Haitani termuda itu menjilat daun telinga (Name).

"A-apa yang kau lakukan?!" (Name) mendorong bahu Rindou menjauh.

"Haha, kawaii. Kalau begitu, sampai nanti!"

Rindou berbalik pergi dan (Name) memungut pistolnya yang ada dilantai lalu mengarahkannya ke arah Rindou.

"Tunggu, apa yang dia injak tadi?"

(Name) mengurungkan niatnya, dan mengalihkan pandangannya ke lantai.

"PONSELKU!!"

***




Pict split di arc Tenjiku
Fleksibel bgt 😨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top