THE FUTURE [Bonus Spesial]
Seorang wanita yang berusia kurang lebih 30 tahunan keluar dari area bandara dan sesekali mengeratkan syal dilehernya. Sekarang sedang musim dingin dan dia mulai menyesal karena menggunakan heels setinggi ini hanya untuk berjalan di area bersalju.
Meskipun memiliki usia yang sudah kepala tiga, tapi penampilan dan wajahnya masih terlihat seperti berusia dua puluhan, dia awet muda dan tetap elegan dimana pun berada. Wanita itu melihat ke kiri dan ke kanan untuk mencari sebuah taksi yang dirasanya menarik untuk di panggil. Disampingnya ada sebuah koper berwarna merah selaras dengan rambutnya dan sebuah ransel modis di punggungnya, benar-benar lebih terlihat seperti mahasiswa.
"Bisakah kau mengantarkan ku alamat ini." ujarnya berucap dengan bahasa korea yang sangat fasih. Dia menyerahkan secarik kertas pada supir taksi. Sebenarnya mungkin lebih mudah jika dia memesan jasa taksi online, tapi mungkin dia sedang malas berurusan dengan yang namanya ponsel.
Bosan hanya menatap jalan yang bersalju, dia pun memilih untuk melihat ke kiri dan kanannya. Sesekali dia takjub dan berteriak heboh seperti anak kecil. Kota tempat dia biasa berkeliaran kini sudah berubah dalam hitungan tahun. Ini bukan pertama kalinya dia kemari, tapi setidaknya setiap dia datang selalu ada saja hal mengejutkan yang baru. Tanpa sadar dia tersenyum, tentu saja semuanya akan berubah.
Dan jika ada yang berubah, maka pasti juga ada yang harus di lupakan.
Melupakan ya... Melupakan suatu kejadian buruk misal? Atau melupakan seseorang? Yang benar saja.
"Nona, kita sudah sampai." Ujar si supir membuyarkan lamunan wanita tadi. Yang dipanggil langsung tersadar lalu bergegas membawa keluar barang-barang bawaannya kemudian menyerahkan beberapa lembar uang dollar, si supir menatapnya heran, "Nona, ini terlalu banyak." Si supir nampaknya juga adalah orang yang jujur. Mengingat bagaimana mata uang yang diberikan dan mata uang yang biasa dia pakai sehari-hari, mungkin yang diberikan wanita itu terlewat banyak.
Tersenyum, "Ah tidak masalah, aku hanya sedang bahagia karena mungkin nanti aku akan bertemu dengan anakku." Jawabnya dengan riang. Khas seorang ibu-ibu yang membanggakan anaknya. Si supir lalu tersenyum, "Aku pikir aku membawa seorang mahasiswi, ternyata seorang ibu muda, hahaha... Semoga harimu menyenangkan, Nyonya."
Kemudian taksi itu melaju meninggalkan si wanita didepan sebuah rumah besar yang berpagar tinggi. Dia lalu berbalik dan membaca nama yang tertera disana.
"Ah syukurlah aku tidak dapat alamat palsu." Serunya senang. Dia lalu menekan bel berulang kali dan berbicara dengan penjaga disana sampai pada akhirnya wanita itu diizinkan masuk.
Hentakan heelsnya bahkan hampir tidak terdengar sama sekali di halaman rumah yang bersalju itu, sampai pada akhirnya dia sudah berada di teras rumah yang dituju. Wanita tersebut menekan bel lagi dan tetap berulang kali seperti biasa, sungguh tidak sopan tapi dia tidak akan peduli dengan kata-kata cacian yang seperti itu, sungguh.
Pintu kemudian terbuka dan menampakkan sosok pria bermata sipit menggunakan baju kaos berwarna merah maroon, wanita itu memberikan cengiran lalu melambai-lambaikan tangannya.
"Halo~" sapanya lebih dulu.
"Ah, Younghye. Kapan kau kembali ke Korea?" ujar si pria agak kaget seraya mempersilakan wanita bernama Younghye itu masuk ke rumahnya.
"Baru saja, aku bahkan baru sampai dan rumah pertama yang ku kunjungi adalah rumah mu." ucapnya dengan bangga dan duduk seenak jidat diatas sofa hangat milik si tuan rumah.
Lalu Younghye mengambil sesuatu dari ranselnya, mengeluarkan sebuah tas kecil lainnya. "Jooheon, kau dapat kiriman dari anakmu." Dia menyerahkan tas tadi pada Jooheon saat si pria sipit itu datang membawakan dua cangkir cokelat hangat.
Jooheon langsung mengambil tas tersebut dengan wajah suka cita, sepertinya kedatangan wanita ini membawa kebahagiaan tersendiri untuknya. "Anakmu sangat dapat diandalkan, kau tau? Dia sangat bijak untuk ukuran anak seumurannya." Cerita Younghye dan mendapat sebuah respon sangat baik dari Jooheon.
Dapat Younghye lihat Jooheon tersenyum haru dan bahkan kini dari ekor matanyanya terlihat cairan bening, yahh orang tua mana memangnya yang tidak merindukan anaknya?
"Dia ingin ikut denganku dan berkata 'Aku ingin menemui Papa!' tapi sayangnya dia tidak mendapat izin." Sambung Younghye lagi. Jooheon terkekeh pelan, "Syukurlah, aku juga pasti akan khawatir jika dia ikut bepergian denganmu." Jawab Jooheon dan kali ini Younghye memasang wajah datar.
Matanya menatap tajam ke arah Jooheon, "Apa maksudmu aku ini adalah pengaruh yang buruk?" dia mencibir dan hanya di balas dengan tawa gelak oleh Jooheon.
Keduanya lalu berbincang-bincang cukup panjang, sesekali mereka tertawa dan sesekali mereka menundukkan kepala karena sedih. Meski yang lebih sering terlihat adalah Younghye dengan cerita aneh-anehnya.
"Oh oh.. Anak sulung ku juga sudah besar. Lihat, dia cantik bukan." Younghye menunjukkan sebuah foto dari galeri iPhone-nya. Jooheon menggeleng-gelengkan kepala pelan, "Dia laki-laki, Younghye." Sanggah Jooheon namun pria itu mengambil iPhone Younghye dan melihat sosok lelaki dengan rambut dan mata berwarna merah-hitam di foto itu. Lalu disampingnya ada anak perempuan dengan rambut dan mata serupa juga, dia puteri Younghye.
Younghye mendecih, "Che, kau hanya tidak bisa melihat bagaimana cantiknya dia. Aku yakin dia akan jadi bottom." Dia berkokok pengharapan tentang anaknya yang akan menjadi bottom. Jooheon tertawa lagi, "Jika melihat bagaimana ayahnya, aku pikir dia akan menjadi top atau mungkin straight."
"Huh?! Kenapa tidak ada seorang pun yang mendukung anakku jadi bottom?"
"Ahahaha.."
***
Younghye menyetir dijalanan bersalju dan sesekali dia bersenandung dia. Ini adalah mobil yang dia dapatkan dari hasil meminjam milik Jooheon. Setidaknya dia tidak harus naik taksi kemana-mana dan bisa mengunjungi semua tempat dengan bebas.
Cukup lama mobilnya melaju hingga kini dia berhenti didepan sebuah jalan, dia mengeluarkan kepalanya keluar dan melihat bagaimana pohon-pohon disana sudah sangat tinggi, bahkan beberapa sudah menghilang. Younghye sangat hapal dengan tempat ini, dan sepertinya memang tidak ada yang berubah dari dulu sampai sekarang.
Dia lalu kembali menyetir dan berbelok masuk ke jalan tersebut, tak perlu memakan waktu lama baginya untuk melihat sebuah pagar utama yang jarak sebenarnya masih cukup jauh dari tujuan. Wanita itu turun dengan hati-hati lalu mendekati pagar tersebut, dapat terlihat bahwa gemboknya sudah sangat tua dan berkarat. Younghye tersenyum tipis, dia meniup gembok itu agar bersih dari salju-salju.
"Dulu Wonho selalu mengganti gembok ini dua kali dalam setahun. Sekarang sudah tidak ada yang menggantinya lagi ya." gumam wanita dengan rambut merah menyala itu dan mengambil sebuah kunci tua dari sakunya. "Yah aku juga malas menggantinya."
Perlu sedikit usaha bagi Younghye untuk membuka pagar itu, tentu saja alasan utamanya adalah karena gembok dan kunci yang sama-sama tua dan tak terawat.
Setelah pagar berhasil dibuka, wanita itu kembali masuk ke dalam mobil dan menginjak pedal gas nya untuk melaju lebih jauh. Sampai pada akhirnya dia sampai didepan sebuah rumah besar tak terurus, ya seharusnya ini sudah mudah untuk di robohkan.
Wanita itu turun dan kini berdiri menatap sebuah rumah tak terpakai yang dulu menjadi tempatnya untuk hidup bersama dengan kakak serta teman-temannya. Younghye melihat ke sekitar, dan bayang-bayang ketika dia masih sering bermain bersama para eksekutif serta kakaknya pun mulai terlihat lagi. Younghye lalu menatap ke arah hutan yang ada disekitar, masih tetap seperti dulu malah semakin rimbun dan tak terawat. Dulu itu adalah tempat dimana dia sering membuang hewan liar seperti singa, harimau, piton, babi liar dan lain-lain.
"Aku rindu dengan suasana disini." ucapnya pelan seraya tersenyum samar.
"Ayo tendang bolanya!"
"Oper kesini!"
Younghye langsung menoleh ke sumber suara dan dia pun cukup kaget melihat beberapa anak malah bermain sepak bola didekat sana. Maksudnya ini adalah musim salju tapi sepertinya semangat anak-anak itu tidak padam sama sekali. Mereka bermain di bagian kanan halaman rumah itu.
Iseng-iseng akhirnya Younghye pun berjalan ke arah mereka lalu duduk di ujung teras bagian kanan, dia memperhatikan anak-anak itu bermain dengan jarak yang dekat. "Hei, bagaimana kalian bisa kesini padahal pagarnya terkunci?" tanya Younghye bersuara hingga anak-anak langsung menghentikan sejenak permainan bola sepak mereka.
"Kami memanjat! Karena disini tempatnya luas dan juga tidak bayar." Jawab salah satu dari mereka dengan senang. Younghye balas tersenyum melihatnya, "Hm.. Tentu saja, dari pada tidak terpakai lebih baik dibuat tempat bermain." Kicaunya lagi mendukung tindakan anak-anak itu. "Mungkin lebih baik jika tempat ini diratakan lalu disulap menjadi lapangan bermain gratis." Sambungnya pelan.
Tiba-tiba ada seorang anak yang duduk disampingnya, sepertinya anak itu sedang digantikan.
"Aku belum pernah melihat orang sepertimu disekitar sini. Kakak siapa?"
Hampir saja Younghye tertawa mendengarnya, usianya sudah 30 tahun dan dia dipanggil kakak oleh anak yang bahkan lebih muda dari anaknya? Yang benar saja. Tapi sepertinya itu wajar saja mengingat dia sudah berhasil mengembangkan ramuan anti penuannya, jadi sampai sekarang dia masih nampak seperti usia dua puluhan.
"Aku? Aku hanya sedang mampir saja." Dia menjawab tanpa mau memberikan penjelasan detail.
"Kata ibuku, pemilik rumah ini dulu adalah pengusaha sukses. Lalu tiba-tiba dia hilang begitu saja dan perusahaannya pun diambil alih orang lain." cerita anak itu. Younghye meringis pelan, ada orang lain yang menceritakan sesuatu tentang rumahnya, dia seperti orang yang benar-benar asing disini.
"Dia aneh ya, rumah semewah ini malah ditinggal begitu saja. Lebih baik dijual." Sambung anak itu lagi dan kini dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mungkin dia tidak sempat menjualnya." Sahut si wanita dewasa.
"Apa yang membuatnya tidak sempat?"
"Mungkin dia mati?"
Anak laki-laki tadi tidak menjawab namun memberikan ekspresi yang sepertinya dia sudah sangat paham.
Younghye terkekeh pelan kemudian mengambil iPhone ditas kecilnya.
"Semuanya, ayo kita ambil foto bersama!"
***
Suara mobil tak pernah berhenti meramaikan jalan raya barang sedetik pun. Semakin hari, dari waktu ke waktu, pemakaian mobil dan motor semakin meningkat. Jumlah populasi manusia juga tidak selalu surut, dan kurangnya luas jalan kadang bisa jadi masalah yang berujung kemacetan.
Itu adalah hal yang di pikirkan wanita berpemikiran simpel ini, dia lebih memilih untuk jalan kaki untuk ke tempat tujuannya yang kebetulan berada di kawasan yang cukup padat. Mobil sudah dia kembalikan pada Jooheon, dia juga tidak mau membuat pria itu kerepotan karena kehilangan mobil mewahnya. Siapa tau Younghye nanti malah menambrak tiang listrik atau trotoar kan? Hahaha...
Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang pria berpakaian polisi yang tengah melakukan operasi ketertiban. Younghye menyunggingkan senyumnya,
"HYUNWOO!" teriaknya keras lalu berlarian kecil ke arah pria bertubuh kekar tersebut. Saat hampir mencapai Hyunwoo, Younghye malah tergelincir akibat salju namun beruntungnya Hyunwoo sempat menangkap tubuh kecil wanita tersebut.
"Ah maaf maaf. Ahaha.." dia memberikan cengiran dan hanya dibalas helaan napas oleh Hyunwoo.
"Kenapa kau disini? Aku pikir kau libur seperti Jooheon." sapanya dengan riang sambil membersihkan heelsnya yang terkena salju. "Aku hanya mengawasi mereka bekerja." Sahut Hyunwoo melirik para polisi yang tengah sibuk. Younghye menganggukan kepala berulang kali tanda bahwa dia paham.
Wanita tersebut lalu menoleh ke kiri dan ke kanan, "Dimana istrimu?" tanyanya. "Dia sedang sibuk." Jawab Hyunwoo dengan cepat.
Younghye menganggukan kepala kemudian mengambil sebuah dokumen dari tasnya, "Ini semua dokumen untuk keperluan masa depan anakmu. Katakan juga padanya bahwa aku menunggu kedatangannya." Younghye menyunggingkan senyuman terbaiknya dan dokumen itu disambut oleh Hyunwoo.
"Dia dan anakmu juga sudah menunggumu disana." ujar Hyunwoo yang sepertinya baru ingat lalu menunjuk sebuah cafe besar yang letaknya tak jauh dari sana, masih bisa dilihat dengan jelas. Younghye tiba-tiba saja membelalakkan mata, dia hampir lupa waktu!
"Ah benar juga! Mereka pasti menunggu ku lumayan lama. Hyunwoo, aku pergi!" seru wanita itu dan kemudian bergesak-gesak menjauh. "Younghye," panggil Hyunwoo dan yang dipanggil pun menoleh.
"Kau memiliki anak yang sangat berbakat dan penurut. Dia pekerja keras seperti ayahnya." Ucap Hyunwoo tersenyum tipis.
Tersenyum bangga dia pun menyahut, "Tentu saja! Karena dia adalah anakku!"
***
"Permisi!" teriak Younghye cukup heboh di cafe besar itu. Dia pun melihat ke segala arah untuk mencari sesuatu.
Sampai pada akhirnya dia menemukan seorang pria berambut hitam dengan anak laki-laki berambut silver. Younghye tersenyum lebar,
"Mingyu! Ken!" teriaknya lalu berlarian kecil ke arah dua laki-laki itu. Sementara yang di datangi langsung melambaikan tangan ke arah si wanita.
Younghye langsung memeluk anak berambut silver itu dengan sangat erat, "Ken! Mama merindukanmu." Ucapnya lalu menggosok-gosokkan pipinya pada kepala si anak.
"Aku juga merindukanmu Ma." Jawab anak yang diketahui bernama Ken.
"Hahaha.. Lihatlah Ken, Mama mu menangis." Tawa Mingyu dan memberikan tisu untuk Younghye yang sudah duduk disebelahnya. "Memangnya salah kalau aku menangis saat bertemu anakku?!" dia menyolot dan Mingyu hanya tertawa.
Ken juga ikut tertawa gelak melihat bagaimana tingkah Mama nya itu selalu mengundang gemas. "Tunggu sebentar, ada yang harus aku ambil." Ujar anak laki-laki yang kira-kira berusia 14 atau 15 tahun itu kemudian berjalan menjaub meninggalkan dua orang dewasa lainnya.
Si merah kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa tempat dia duduk, "Bagaimana keadaanmu? Jooheon bilang kau bekerja sangat keras." Ujar Younghye membuka pembicaraan. "Tentu saja, aku tidak hidup sendiri. Aku hidup bersama anak laki-lakiku." Balas si pria lalu menyeruput minuman dihadapannya.
"Aku juga mendengar dari Jooheon, beberapa waktu lalu kau pergi ke laut untuk hari peringatan kematian nya, ya? Kau masih gagal move on?" Younghye kini menatap wajah pria disampingnya. Mingyu hanya tersenyum tipis, "Yah itu adalah penghormatan untuk seorang kakak kelas sekaligus orang yang pernah mengisi hatiku." Mingyu tertawa kecil menjawabnya. Younghye mendecih pelan, "Che.. Betapa beruntungnya Jeon Wonwoo itu."
Dan kemudian keduanya pun tertawa bersama.
Tiba-tiba datang Ken dengan membawa sebuah kue cokelat ke hadapan Younghye, "Aku tau ini sudah sangat jauh, tapi aku juga ingin merayakannya bersamamu. Selamat ulang tahun, Ma." Ken tersenyum lebar dan kini Younghye yang menangis untuk kedua kalinya.
"Huwaaa.... Ini semua terlalu manis, aku tidak sanggup lagi." raungnya kekanakan. Ken dan Mingyu hanya bisa tertawa karena sudah maklum dengan tingkah aneh bin ajaib wanita ini.
"Aku membuatnya bersama Papa. Dan ku harap Mama menyukainya." Ucap Ken saat Younghye sudah meniup lilin-lilin di kue nya.
Anak laki-laki berambut silver itu kemudian memberikan pisau dan Younghye segera memotongnya. Tentu saja potongan pertama adalah untuk Ken kemudian dilanjutkan untuk Mingyu.
"Rasanya sudah lumayan untuk ukuran dua orang laki-laki yang membuat." Komentar Younghye seraya mengunyah kue tersebut. Tidak terima karena kue buatannya kurang mendapat pujian, Mingyu pun mencibir, "Kami tidak perlu komentar dari orang yang bahkan tidak bisa memasak."
Younghye mendelik, "Aku tidak perlu bantahan dari pria yang gila kerja."
Sepertinya dua orang itu menunjukkan kedekatan mereka dengan cara yang unik.
"Bagaimana Slaine dan Alice?" tanya Mingyu pada Younghye. Yang ditanyai langsung memberikan sebuah foto yang tadi sudah dia tunjukkan pada Jooheon, "Mereka baik-baik saja. Dan mereka juga nampaknya merindukanmu." Cerita Younghye.
Mingyu tersenyum menatap dua orang anak di ponsel Younghye, dia sebenarnya sudah sering melakukan video call dengan mereka tapi rasanya kurang jika tidak bertemu langsung.
"Ken, kau akan ikut Mama nanti kan?" tanya Younghye dengan riang pada anak yang duduk dihadapannya. Anak laki-laki berambut silver itu tersenyum dan mengangguk pelan, "Mungkin aku akan ikut denganmu, Ma. Tapi aku rasanya tidak tega meninggalkan Papa." Jelas anak itu dan menatap Mingyu yang duduk disamping si wanita merah.
Sang Mama mengerucutkan bibirnya, "Kalau begitu, kita tinggal berenam saja!" ucapnya bahkan tanpa perlu berpikir panjang. "Heh?! Kau gila!" sahut Mingyu langsung dan membuat Younghye hampir saja mencakar wajah pria itu. "Satu kali saja, mengertilah perasaanku." Ujar Younghye kemudian berpindah duduk dan kini dia disamping Ken.
Memeluk anak laki-laki itu dengan erat kemudian menatap Mingyu tajam, "Dia anakku!"
"Younghye, dia-anak-ku!" balas Mingyu juga tidak mau kalah.
Ken menghela napas, "Aku anak kalian! Hentikan pertengkaran tidak jelas ini. Aku akan menjadi eksekutif saat aku sudah merasa yakin meninggalkan Papa." Final sang anak menengahi kedua orang dewasa yang bertingkah layaknya anak-anak itu.
Younghye nampak sedih dan menatap Ken, "Padahal aku sudah berkata pada yang lainnya kalau aku akan membawaku sekarang." Ceritanya. Ken memegangi tangan ibunya dan tersenyum, "Ma, mungkin aku akan bersamamu saat sudah 17 atau 18 tahun. Kau mau menunggu kan?" dia membujuk ibunya.
"Padahal aku sudah sangat lama menunggu." Gerutu wanita itu masih tidak mau mengalah.
Mingyu tertawa melihat bagaimana Ken yang berusia belasan tahun itu kini malah membujuk wanita berusia 30 tahun lebih. Sungguh kejadian yang menggelikan.
Cukup lama mereka berbincang-bincang di cafe tersebut, sampai jam kini sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sepertinya kisah yang diceritakan tidak ada habisnya. Tentu saja penyumbang kisah paling banyak adalah wanita dengan suara cempreng itu.
"Sudah sore, bagaimana jika kita pulang?" ajak anak laki-laki yang paling muda. Kedua orang dewasa itu pun setuju dan akhirnya mulai bergegas untuk bayar dan mengemasi barang-barang mereka siapa tau ada yang tertinggal seperti tas atau ponsel.
Younghye celingukan saat sudah berdiri diluar, "Kita akan naik apa?" tanyanya. "Naik sepeda." Sahut kedua laki-laki itu kompak. "Heeee?!" wanita itu histeris. Lalu bagaimana dengan kopernya?! Oh iya dia lupa bahwa kopernya sudah dia tinggalkan di rumah Jooheon dan meminta pria itu agar mengantarkannya ke rumah lewat jasa ojek online.
"Ken, aku akan ikut denganmu." Ujar Younghye mengekor dibelakang anak laki-lakinya.
"Ken memakai sepeda balap, kau mau duduk dimana, bodoh?" ejek Mingyu dan Younghye pun syok kala anak laki-lakinya itu benar-benar menaiki sepeda balap.
"Kita naik ini." Mingyu menunjuk sebuah sepeda dengan keranjang didepannya.
APA INI???!!!
Younghye merasa dia sudah di umur yang tidak cocok untuk naik sepeda semacam ini apalagi duduk dibelakangnya. Bukankah sepeda seperti ini lebih cocok digunakan oleh gadis-gadis remaja saat musim panas? Lalu bagaimana bisa Mingyu mengendarainya dengan wajah polos dimusim dingin? Sungguh kejanggalan yang hakiki.
"Ken minta belikan sepeda balap, jadi aku belikan. Ini bukan sepedaku, aku hanya punya mobil dan motor. Ini sepeda milik tetangga."
DAN TERNYATA ITU JUGA HASIL MEMINJAM?! MEMALUKAN!
"Kau mau naik atau tidak?!"
Tentu saja!
Younghye pun akhirnya duduk manis di sepeda itu sementara Ken sibuk mentertawakannya.
"Jangan lupa pegangan, Ma." Suara Mingyu.
"Tidak sudi!"
Ken semakin tertawa melihat interaksi dua orang itu.
Namun pada akhirnya mereka tetap pulang menggunakan sepeda itu dengan Ken yang ada dibelakang. Sesekali dia melihat dua orang itu saling mengomel dan histeris.
Mungkin musim dingin tidak harus selalu dingin. Menurut Ken, musim dingin kali ini malah terasa hangat.
.
BONUS FINISH
.
Ini adalah bonus 2K folls saya 😙😙
Setting kisah diambil dari beberapa belas tahun setelah Fucking Villain Important Person 😄
Kenapa saya post ini?
Sebenernya alasan utamanya sih karena saya mendadak gak mood nulis FVIP 😂 Mungkin karna udah yakin semuanya bisa tau sama alur cerita dan kayaknya kurangnya ketertarikan kalian untuk berkomentar 😢😢 Saya minta maaf yg sebesar-besarnya, tapi jujur saya sedih ngeliat FVIP makin kurang komentar, tapi balik ke saya lagi sih, emang kisahnya makin ancur ya 😂
Oh iya, bagian ini adalah penghubung untuk work selanjutnya 😋 Jadi setelah FVIP tamat, work baru sudah menanti, dan ini jembatannya 😆😆 Jujur, saya suka sama work baru ini, kalau soal alur saya jamin lebih rapih dan jelas dari pada FV 😋 Dan kalau soal cerita, work baru sepertinya lebih kompleks dan greget. Tapi mungkin setelah saya ketik jadinya malah ancur kali ya😂😂
Udah ah sekian, doakan saya dapat mood nulis, toh udah hampir tamat juga si FV 😂😂
Ada clue dan hint2 penting di spesial bonus ini loh 😆 Kalau bacanya teliti, pasti tau sama kisah yg akan datang dan apa yg terjadi sama para karakter di FV 😆 Alasan saya milih Younghye disini adalah karena karaktee ini bisa lebih bebas 😋😋
Sabtu [10:47]
Kalsel, 2 Desember 2017
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top