[SPESIAL] FUCKING-BASTARD FAMILY
"Apa dia Mommy-ku?" tanya seorang anak laki-laki berumur 9 tahun pada lelaki lain disampingnya seraya menunjuk layar ponsel yang sedang menyala, menampilkan aksi videocall melalui skype.
Lelaki berwajah manis itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Mommy? Oi! Changkyun! Apa maksudnya?" orang yang sedang dihubungi itu melotot ke arah lelaki yang diketahui bernama Changkyun.
"Dave bertanya padaku tentang siapa ibunya, yasudah aku hubungkan saja denganmu." Cibir Changkyun tak mau kalah.
"Apa?! Dilihat dari manapun aku ini daddy!"
"Salah mu sendiri, sudah berapa tahun kau tidak menghubungi kami bodoh? Apa kau hidup di zaman ninja yang tidak ada ponsel dan pesawat terbang?! Terakhir kau kesini saat Dave berusia 3 tahun. Dan setelah itu hanya ada pesan yang kau kirimkan padaku." Cerocos Changkyun dalam satu tarikan napas.
Dave, anak laki-laki berusia 9 tahun itu pun menggaruk-garuk kepalanya kala melihat pertengkaran dua orang lelaki yang tersambung lewat skype ini. Dia tau jika dia memiliki orang tua yang keduanya lelaki, jadi dia hanya bertanya tentang 'apakah aku memiliki ibu dalam artian wanita?' dan tiba-tiba malah dihubungkan orang tua nya di korea.
"Maafkan aku Changkyun! Aku sungguh minta maaf! Dave! Maafkan Daddy-mu ini! Aku akan segera ke London minggu ini. Changkyun, kau pasti kesepian ku tinggal selama 6 tahun." Jooheon, nama pria yang dihubungi Changkyun ini pun berekspresi dengan sangat kecewa. Jujur, dia juga menyesal terlalu asik dengan pekerjaannya di korea sebagai kepala polisi tersebut.
"Dave, tolong kau ke rumah Mika dan antarkan kue buatan Dad. Sampaikan salamku untuk orang tua Mika." Titah Changkyun seraya melirik anak laki-lakinya. Anak itu pun menurut tanpa perlu banyak membuang waktu, dia beringsut turun dari ranjang dan keluar kamar menuju dapur.
Kini Changkyun balik menatap pria yang ada di layar ponselnya.
"Kenapa Dave kau suruh pergi?" tanya Jooheon dengan tidak pekanya.
"Tidak bisakah kau menetap di London saja? Pensiun dini kurasa tidak masalah."
"Heh?"
"Kita membuka toko bunga disini sebagai penghilang jenuh dan hidup bertiga. Masalah kekayaan, aku sudah punya beberapa investasi saham di perusahaan elektronik milik Wonho." Sambung Changkyun seraya menggaruk bagian belakang kepalanya.
Jooheon yang ada diujung sana kemudian tersenyum lembut,
"Aku benar-benar merindukanmu, tapi tanggung jawabku disini besar sayang."
"Kau bisa menyerahkannya pada Hyunwoo."
Jooheon terkekeh kecil, dia tau kalau suami manisnya kali ini sangat merindukannya.
"Aku akan rutin ke London dua minggu sekali. Bagaimana?" tanya Jooheon lembut.
Akhirnya Changkyun mengalah, dia memang tidak bisa melawan keinginan Jooheon. Bahkan waktu kecil pun segala hal yang diinginkan Jooheon harus terkabul, dasar anak manja.
"Sesukamu."
"Aku mencintaimu."
Dan Changkyun pun mematikan sambungan sepihak dengan ekspresi datar.
"Dasar menyebalkan."
Clek
Tiba-tiba pintu terbuka dan Changkyun dikagetkan dengan ekspresi anaknya yang seperti hendak menggodanya, "Hmm.. Dad, kurasa orang yang paling menginginkan Papa pulang adalah dirimu, bukan aku." Ucapnya dengan senyuman yang sangat lebar.
"D-dave! Bukankah sudah ku bilang untuk ke rumah Mika?!" sembur Changkyun yang seketika memerah wajahnya akibat ulah sang anak.
"Maafkan aku dad, tapi aku penasaran saja. Ah aku tidak sabar bagaimana ekspresimu nanti saat bertemu dengan Papa." Ucap Dave dan setelah itu berlari menjauh dari kamar karena dia merasa aura membunuh Daddy-nya muncul.
"DAVE! KEMARIKAN KEPALAMU PADAKU!!"
Keluarga harmonis namun terpisah oleh jarak dan waktu. Haha... Baiklah kita akan berpindah pada keluarga selanjutnya saja.
Seorang anak laki-laki berambut pirang sudah berdiri didepan cermin dengan rapinya. Dia bersisir dan sesekali menaikturunkan alisnya, dia mulai memuji ketampanan dirinya sendiri.
"Papa, bukankah aku ini sangat tampan?" tanyanya dengan percaya diri kala melihat Hyungwon lewat disampingnya. Hyungwon pun berhenti dan menatap anaknya lewat cermin.
"Hm.. Kau mirip Daddy-mu." Hyungwon mengangguk-anggukan kepala dan anak laki-laki itu kini semakin membanggakan dirinya.
"Yeah! Aku ini memang sempurna seperti Daddy." Ucapnya lagi.
"Pa, bagian mana yang menurutmu aku paling mirip dengan Daddy?" sambungnya bertanya dan Hyungwon langsung menjawab tanpa pikir panjang.
"Pendek."
"Sorry, Pa?"
"Pendek. Kau dan Daddy-mu sama-sama pendek. Mungkin itu gen dari Daddy-mu." kemudian Hyungwon berlalu dengan tenangnya sedangkan Wonho yang duduk tak jauh dari sana sambil membaca koran pun dapat mendengara suara nyaring Hyungwon yang mengatakan kata 'pendek' beruang kali.
"APA?! PAPA! AKU INI TAMPAN SEPERTI DADDY! BUKAN PENDEEEKK!!" teriak anak laki-laki tadi tidak terima.
"Mikaela, jangan ribut." Tegur anak laki-laki lain yang duduk diseberang Wonho.
"Arthur!!"
"Apa?"
"Aku akan lebih tinggi darimu nanti!"
"Silakan."
"Sial."
Hyungwon terkekeh melihat interaksi kedua anak laki-lakinya. Mikaela berusia 9 tahun dan Arthur berusia 12 tahun. Dia –Hyungwon, duduk disamping Wonho sambil membawakan empat cangkir teh serta kue kering.
"Hei sayang, aku ini tinggi, panjang dan besar." bisik Wonho dengan gaya mesumnya seraya melingkarkan tangan dipinggang Hyungwon. Dan tanpa membuang banyak waktu, Wonho pun mendapat pukulan super tepat diperutnya oleh Hyungwon.
"Anak-anak, tolong jangan ada yang meniru sifat mesum Daddy kalian." Ucap Hyungwon dengan ekspresi kejam membuat dua anaknya meneguk ludah.
"Yes! Ma Queen!"
Ini dia salah satu keluarga absurd, baiklah kita lanjut ke keluarga selanjutnya.
"Ma, jalan-jalanlah kemari." Ujar anak laki-laki yang ada dilayar ponsel.
"Kenapa bukan kau saja yang ke London? Tinggal bersama Mama?"
Wanita yang dipanggil Mama itu mulai tersenyum licik. Baiklah, namanya adalah Younghye dan kalian semua pasti sudah mengenalnya.
"Akan aku pikirkan Ma." Jawab anak laki-laki itu seraya mengacungkan jempolnya.
"Tidak bisa, Ken akan disini dan menjadi polisi seperti Papa-nya." sahut suara pria yang tiba-tiba muncul wajahnya dilayar ponsel Younghye. Pria itu duduk disamping Ken dan tersenyum penuh arti.
"Ken akan di London dan jadi eksekutif yang hebat. Mingyu, tolong jangan mengganggu waktu ku dan anakku." Sahut Younghye seraya mendelik ke arah Mingyu yang sudah tertawa gelak.
"Ma, Pa, berhenti memperebutkanku secara terang-terangan." Ujar Ken dengan ekspresi datar.
"Nama Ken Navilios Royalty terdengar indah."
"Ken Kim lebih bagus."
Dan seterusnya mereka terus berdebat sampai akhir.
"Younghye, aku dan Ken mau jalan-jalan. Sudah ya."
"Baiklah, jaga Ken baik-baik atau aku akan marah."
"Yes, Mom."
Sambungan diputuskan oleh Younghye kemudian wanita itu melemparkan ponselnya kedekat bantal. Dia beringsut keluar kamar dan berjalan dengan riang gembira melewati ruang tamu.
"Halo Slaine, Alice." Sapanya pada dua anak yang duduk disofa. Satu laki-laki dan satu perempuan.
Anak laki-laki bernama Slaine pun menatap Younghye dan menyahut, "Halo juga Mom." Ucapnya dengan senyuman manis.
Selanjutnya Younghye berjalan ke arah dapur dan menemukan seorang pria tengah memasak.
"Yuaaaannnn~" rengek Younghye sambil memeluk Yuan dari belakang.
"Apa kau sudah puas videocall dengan kekasihmu?" sindir Yuan. Dan Younghye terkekeh,
"Aku hanya membicarakan masalah Ken. Yuan, aku ingin membawa Ken ke rumah kita." Ucap Younghye merengek.
"Ya lakukanlah sesukamu, Slaine pasti akan senang memiliki adik lagi dan Alice memiliki dua kakak laki-laki. Seharusnya sejak awal saja kau membawanya kemari, tidakkah kau memikirkan perasaan Mingyu? Dia harus mengurus anak laki-laki bahkan disaat masih perjaka, pasti merepotkan." Cerocos Yuan panjang lebar sambil membolak-balik masakannya.
Younghye cemberut dan memeluk Yuan makin erat, menenggelamkan kepalanya dipunggung bidang pria itu.
"Siapa tau Ken mau jadi polisi, tapi jika dia memilih keluarga kita dengan sukarela maka itu lebih bagus." Ucap Younghye dengan bangganya.
"Dia pasti akan memilihmu, aku tau jika anak itu punya sisi gelap. Dia mirip Shizuya." Timpal Yuan dengan senyuman. "Ahh aku akan punya anak lagi ya." sambungnya riang.
"Omong-omong, Slaine! Apa kau sudah mendapatkan top?" tanya Younghye dan berbalik kini berjalan ke arah Slaine dan Alice, kedua anaknya. Diiringi pula oleh Yuan dibelakang yang mengekor.
"Mom, aku straight." Ucap Slaine dengan ekspresi datar.
"Tidak! Slaine! Kau adalah seorang bottom! Aku bahkan sudah memberimu nama seperti seorang bottom! Huwaaa.... Slaine tidak sayang dengan Mom." Younghye mulai menangis air mata buaya.
Yuan menggelengkan kepalanya, "Younghye, kau tidak bisa memaksanya untuk menjadi ga—"
"Aku bisa!"
Baiklah sekarang nyali Yuan yang ciut kala melihat istri tercinta yang dia dapatkan dengan susah payah ini melotot ke arahnya.
"Slaine, kau harus jadi bottom." Titah Younghye tegas.
"Mom, jika kau menyuruhku untuk membunuh Alice maka akan ku lakukan dengan senang hati, tapi yang satu ini aku tidak bisa." Final Slaine dan kali ini dia mendapat tatapan melotot dari gadis bermata red-black dihadapannya.
Younghye sudah menatap ke arah Yuan, "Yuan, bagaimana ini? Anakku menjadi straight?! Yuaaaann!!" erangnya frustasi sambil bergelayut di lengan Yuan.
"Biarkan saja, kau tidak bisa memaksa orientasi seksual seseorang." Ucap Yuan dengan bijak sambil mengelus-elus kepala merah istrinya.
Tiba-tiba Younghye teringat sesuatu, "AHA! Ini pasti karena gen darimu! Yuan! Gara-gara kau sekarang Slaine straight!!" Younghye menunjuk Yuan tepat didahinya. Yang di tunjuk kaget setengah mati.
Kemudian Younghye memegangi kedua bahu Yuan dan menatapnya dengan intens,
"Ini semua salahmu! Slaine-ku menjadi straight karena salahmu Yuaaaann~ Huwaaa.... huwaaa.. Kihyuuuunnn~~" histerisnya sambil mengguncangkan tubuh Yuan berulang kali.
Demi Younghye, Yuan rela jadi masokis seumur hidup.
Ayo kita lanjut ke keluarga selanjutnya.
"Dad, Pa, kalian dapat panggilan dari Uncle Joo—Sialan! Berhenti bercumbu siang-siang!" seorang anak langsung melemparkan ponsel ke tubuh orang tuanya yang baru saja selesai melepaskan ciuman dengan terburu-buru.
"Wyne, kau tidak boleh sembarangan masuk." Protes lelaki berwajah manis dengan wajah melotot sedangkan yang disampingnya hanya diam dan berekspresi kalem.
"Pintu kalian tidak di kunci. Hhh... Dan Dad, Uncle Jooheon memberimu perintah untuk menemuinya." Wyne berkacak pinggang didepan pintu sambil menunjuk-nunjuk dua orang laki-laki didepannya.
"Tunggu, bagaimana bisa kau merebut kebahagiaanku? Heh dasar anak nakal!" protes lelaki yang manis.
"Kihyun, tenang lah." Sambung si wajah kalem yang kita ketahui pasti namanya Hyunwoo.
"Justru kalian yang merebut kepolosan mataku. Ini sudah yang keenam kalinya kalian lupa mengunci pintu. Dad, tolong kau putar dulu otak Papa agar benar." Cibir anak laki-laki bernama Wyne itu seraya menunjuk-nunjuk Kihyun.
Kihyun menatapnya murka namun si anak malah semakin menantang, "Kau benar-benar—" Ucap Kihyun sebal. Ya, kalian sama-sama memiliki mulut yang tak bisa di atur.
"Sudahlah aku mau memasak saja. Menu hari ini adalah bulgogi, tolong bersihkan kamar kalian sendiri." Dengusnya lalu berbalik dan membanting pintu.
"Hyunwoo, dia anakmu." Ucap Kihyun detik selanjutnya namun Hyunwoo sepertinya tak terima, "Tidak, dia persis sepertimu artinya dia anakmu."
Seorang anak yang pandai dalam rumah tangga dan dua orang lelaki dewasa yang hanya tau bercinta—coret. Baik mari kita lanjutkan,
"Kwangmin, mana Kyle?" tanya suara di ujung sana, terlihat wajahnya yang sudah tak sabaran dari layar ponsel. Videocall memang hal yang sangat penting untuk mereka yang memiliki hubungan jarak jauh.
"Mom!" ujar anak laki-laki yang diketahui namanya adalah Kyle. Dia disamping sang ayah yang tengah menyesap kopi.
"Ya ampun anakku, kau sudah besar ternyata." Ujar Youngmin di ujung sana seolah bangga melihat anak tunggalnya sudah besar.
"Tentu saja, aku yang membesarkannya. Kapan kau akan pensiun dan pulang? Kyle merindukanmu." Celutuk Kwangmin dalam satu tarikan napas dan Kyle mengangguk mengiyakan.
"Maafkan aku, masih banyak tanggung jawabku disini. Bagaimana jika Kyle yang ke Korea? Jadi polisi bersama Mom itu tidak buruk." Ujar Youngmin dengan ekspresi licik dan Kwangmin berekspresi datar.
"Tidak. Dia adalah satu-satunya pewaris keluarga Jo. Kau mau berkhianat?" selidik Kwangmin dan Youngmin tertawa gelak. "Maafkan aku maafkan aku. Aku hanya bercanda, meski seorang polisi, Kyle, aku harap jalan yang kau ambil adalah bersama Daddy-mu. Jalan yang ku pilih bukanlah pilihanku, ini adalah jalan yang terpaksa ku pilih. Maafkan aku." Jelasnya panjang lebar dan tersenyum pada Kyle.
"Yes mom. Aku akan jadi anak yang baik disini dan menjadi eksekutif yang hebat seperti Daddy." Ucap Kyle dengan bangga.
"Omong-omong, apa kau tidak risih dipanggil 'Mom'? Bukankah Kihyun dan Hyungwon dipanggil 'Papa'?" tanya Kwangmin yang kini sudah mengunyah kue kering.
"Hei aku senang dengan panggilan itu. Mereka adalah mereka, dan aku adalah aku. Changkyun dipanggil Daddy, dan dia juga senang dengan itu. Jadi, apa masalahnya kalau aku dipanggil Mom? Bukankah aku yang melahirkannya? Apa kau mau protes, Jo Kwangmin?" ujar Youngmin bertubi-tubi dan terkesan agak galak.
"Tidak hyung, maafkan adik sekaligus suami mu yang banyak kekurangan ini." ucap Kwangmin dan berpura-pura menundukkan kepalanya sebagai tanda merasa bersalah. Youngmin tertawa gelak di ujung sana, dia benar-benar merindukan keluarga kecilnya.
"Tunggu aku Kyle, aku pasti akan menemui mu." ucap Youngmin selanjutnya dan mengacungkan jempol pada anaknya.
Ini adalah keluarga yang harmonis, hampir mirip dengan keluarga Matthew-Im.
"Archie, tolong ambilkan koran Papa." Ujar seorang pria pada seorang anak laki-laki yang baru saja datang membawakannya secangkir kopi. Dia mendengus sebal kala mendengar perintah baru Papa menyebalkannya.
"Mama! Kenapa Papa sangat manja?!" raungnya frustasi dan seorang wanita pun berjalan ke arah mereka.
"Axel, anakku bukan untuk kau jadikan budak. Kau bisa menyuruh pelayan, jangan suruh Archie. Dia laki-laki yang harus pandai dalam organisasi, bukan calon ibu rumah tangga yang berkutat didapur."
Dan sebuah koran pun melayang menuju kepala pria bernama Axel tadi.
"Hyura, kau kejam sekali." rengek suaminya saat melihat ekspresi murka sang istri.
"Aku punya beberapa botol kaca tak terpakai didapur, Axel."
Baiklah, untuk kali ini Axel tidak akan berani macam-macam. Istrinya adalah seorang eksekutif tertinggi Red Glass yang senang bermain-main dengan beling dan kaca, sebaiknya katakan tidak jika hanya masalah sepele.
"Tidak perlu sayang, aku akan berjalan mengambil koran barunya." Ujar Axel mengalah dan beringsut menjauh.
"Nah Archie, ayo kita jalan-jalan ke rumah Arthur, biarkan saja Papa mu itu di rumah. Axel, pastikan rumah aman." Teriak Hyura pada suaminya setelah menggandeng tangan Archie, anak tunggalnya.
"Yes, my lord!" sahut Axel di ujung.
Ini adalah keluarga yang mirip dengan keluarga Arestha-Royalty (Yuan Younghye). Dimana sang istri berkuasa penuh sedangkan sang suami akan menjadi masokis secara perlahan. Meskipun kemasokisan Yuan sudah tidak perlu diragukan lagi.
.
FINISH
.
Mari tebak posisi (seme/uke) anak-anak diatas xD Yang jawabannya bener semua nanti saya kasih kecupan *gg Serius nih, kalo bener berarti hebat :")
Btw, gak lama lagi work yg menceritakan generasi selanjutnya Black Rabbit bakal publish.
Illustration: rainnoir
Kemaren ada yg bener nebak judulnya :") Di bab Prejudice & Reality kalo gak salah. Yay.. dan emang bener, judulnya Bastard Villain, kita nantikan series Villain lainnya ya :) Klo kmren Fucking Villain, kali ini Villain nya Bastard :") Gak ada yg beres ini judul, okd :)
Minggu
Kalsel, 24 Desember 2017
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top