JOOKYUN SPIN OFF [TENGAH]
"Daniel~ Daniel~ Daniel~" Jooheon kecil merengek terus menerus sedari tadi karena dikacangi adik kesayangannya. Si empu nama masih tak bergeming dari mengerjakan pr kelasnya. Sang kakak memang menyebalkan disaat-saat seperti ini.
Daniel tetap fokus untuk beberapa bagian soal Matematika dihadapannya. Sama sekali tak peduli dengan sang kakak yang sudah seperti seekor kucing dalam masa kawin, uring-uringan.
"Daniel, ayo pergi bermain." Rengeknya tak menyerah. Jooheon memang anak dengan segala kegigihan dan pekerja keras, maksudnya gigih untuk meluluhkan hati adik tsunderenya.
"Arghh! Aku sedang mengerjakan pr dan bisakah kau menjauh?! Kita baru saja pindah sekolah tau! Perhatikan pendidikanmu!" raung Daniel yang sudah frustasi setengah mati.
Tolong katakan pada semua orang jika Changkyun menarik kata-katanya tentang tidak masalah memiliki kakak yang brother complex, memiliki Jooheon dalam hidupnya adalah masalah besar!
"Daniel membenciku. Huhuhu~" Jooheon mulai berjongkok di pojokan kamar sambil berpura-pura menangis.
Sebuah buku melayang ke kepalanya, berkat lemparan strike dari Daniel. Jika seperti ini terus mungkin dia berbakat menjadi pitcher dalam kelompok baseball, dia bisa melempari kakaknya setiap hari dengan benda yang bervariasi.
"Dua soal lagi. Kau keluar saja duluan dan tunggu Mama selesai membuat kue, aku ingin sekali memakan kuenya." Ucap Daniel seraya memutar kursi tempatnya duduk dan menghadap ke arah sang kakak di pojokan kamar.
Mendengar apa yang diucapkan oleh Daniel, seperti sekarang terlihat sebuah matahari, awan dan pelangi imajiner sebagai latar tempat Jooheon berdiri. "Baiklah! Akan ku pastikan Daniel-ku dapat kue yang paling enak."
Selanjutnya Jooheon pun melesat keluar dari kamar Daniel meninggalkan anak laki-laki manis yang menghela napas sambil tersenyum, "Kau menyebalkan." gumamnya seraya menggeleng-gelengkan kepala kemudian kembali fokus mengerjakan soal yang ada di hadapannya.
***
"Jooheon, berhentilah menatap kue itu terus menerus. Kau bisa memakannya." Gumam ibu Jooheon yang gemas melihat anak sulunnya terus menerus memelototi sebuah kue diatas piring.
"Tidak! Ini milik Daniel!" ujarnya bersemangat dan akhirnya sang ibu pun tau alasan mengapa Jooheon menatap sebuah kue seperti mau mengajak perang.
"Kuenya tidak akan lari kau tau?" ucap ibunya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Tak lama kemudian datanglah seorang anak muncul dengan santainya menghampiri dua orang tadi.
"Daniel! Aku sudah menjaga kue ini untukmu." Ucap Jooheon dengan riang bercampur bangga sambil menunjuk ke arah sebuah kue kering yang bentuknya memang paling besar. Dia sengaja meminta ibunya membuatkan yang lebih besar bentuknya dari yang lain.
Daniel ingin tertawa rasanya, ternyata Jooheon benar-benar menepati janjinya. Ibu mereka hanya bisa berdecak gemas, dia tidak akan pernah menyangka jika akan memiliki dua orang anak yang seperti ini. Ups, mungkin satu orang anak dan bonus pekerjaan satu.
Laki-laki yang lebih muda kemudian mengambil kue itu dengan tangannya, "Buka mulutmu." Pinta Daniel dan Jooheon mengedipkan mata sipitnya berulang kali. "Apa?" tanya loading. "Buka mulutmu." Ulang Daniel sekali lagi dan kini ditambah mata melotot agar kakaknya takut.
Akhirnya Jooheon pun membuka mulutnya, tiba-tiba saja Changkyun memasukkan kue tadi ke dalam mulut Jooheon. Daniel tersenyum lebar sedangkan Jooheon mau tak mau harus menggigit dan menelan kue itu sebelum bisa bicara.
"Daniel, aku menjaganya untukmu!" protesnya sebal. Daniel memasukkan sisa kue ditangannya ke mulutnya sendiri dan memperhatikan Jooheon yang menggerutu.
"Aku lebih suka melihatmu yang memakannya, kau terlihat seperti seekor musang saat mengunyah makanan." Tawa Daniel dan Jooheon sudah menekuk wajahnya. "Apa saat ini aku disamakan dengan musang?" tanyanya seraya menunjuk diri sendiri. Daniel semakin tertawa.
"Sudah sudah, lebih baik kalian berkunjung kerumah bibi Kyulyoung, dia baru saja melahirkan. Bawa sebagian kue ini juga dan sampaikan salam Mama." Wanita itu menyerahkan sebuah bingkisan dan diterima senang hati oleh Daniel.
"Kami akan berangkat sekarang." Ujar Daniel seraya berjalan mendahului Jooheon. Yang ditinggalkan kembali berteriak tidak terima, "Daniel! Kenapa kau meninggalkanku?!"
Rumah mereka memang selalu berisik jika Daniel dan Jooheon bersama tapi entah mengapa rasanya itu adalah saat-saat paling membahagiakan.
"Daniel, anak bibi Kyul laki-laki atau perempuan?" tanya Jooheon saat mereka sedang berada dijalan. Daniel menggidikkan bahunya, "Aku tidak tau." Jawabnya dengan jujur. Bibi Kyulyoung adalah tetangga mereka, jarak rumah nya hanya terpisah sekitar 5 buah rumah.
"Permisi!" teriak Jooheon dengan lantangnya ketika sampai didepan rumah yang dituju.
"Silakan masuk." Keluar seorang gadis yang kira-kira berusia 16 tahun, gadis itu adalah anak pertama dari orang yang mereka kunjungi.
Dua anak laki-laki itu pun masuk ke rumah tersebut.
Daniel menyerahkan bingkisan yang dititipkan ibunya dan mereka pun berbincang-bincang sebentar. Dia dan Jooheon sudah berjanji bahwa mereka akan bermain setelah mengantarkan bingkisan ini, lagi pula mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dibicarakan oleh orang-orang dewasa disini. Banyak tetangga yang juga menjenguknya.
"Kami akan pulang sekarang, permisi." Ujar Jooheon dengan sopannya.
"Ah terima kasih karena sudah berkunjung. Dan katakan pada ibumu, kuenya sangat enak." Ujar wanita yang masih terbaring diatas ranjang itu seraya tersenyum.
Mereka berdua kemudian berjalan keluar dan bersiap untuk pergi bermain, mungkin ke taman atau apapun itu, yang penting mereka senang. Haha!
"Tunggu, aku melupakan topiku." Ujar Daniel seraya menghentikan langkahnya saat dia sudah berada diteras. "Aku akan mengambilnya." Ujar Jooheon dan hendak masuk ke dalam lagi namun ditahan oleh Daniel, "Aku akan mengambilnya sendiri. Kau tunggu disini sebentar."
Daniel pun melesat masuk ke dalam rumah sang tetangga lagi dengan niatan hendak mengambil topinya yang tertinggal. Dia berjalan pelan dan tiba-tiba dia mendengar suara orang-orang sedang berbicara.
"Hei bukankah anak kepala polisi itu hanya satu orang? Aku sudah lama penasaran dengan ini, siapa anak laki-laki yang satunya?"
"Aku mengunjungi persalinan Hyemi dulu, dan dia hanya melahirnya satu anak laki-laki."
"Mungkin dia anak gelap sir Lee?"
"Mana mungkin. Tapi ada rumor yang mengatakan kalau anak laki-laki kecil itu adalah anak pungut."
"Aku juga mendengarnya, dia adalah anak seorang pembunuh lalu di pembunuh itu menyerahkan anaknya pada sir Lee sebelum pada akhirnya bunuh diri."
"Hush, itu hanya rumor. Meskipun fakta kalau dia bukan anak kandung keluarga Lee itu memang benar."
Daniel terdiam sejenak dibalik pintu. Dia yakin sekali kalau yang dimaksud mereka adalah dirinya. Tidak mungkin Jooheon, karena dulu Daniel pernah mendengar tentang Jooheon kecil waktu dirumah sakit tapi dia tidak menemukan apapun tentangnya yang berkaitan dengan rumah sakit.
"Bodohnya aku." Ujar Daniel pelan kemudian mengurungkan niatnya untuk mengambil topi yang tertinggal.
Dia seharusnya pernah memikirkan ini sebelumnya, selisih usia dia dengan Jooheon tidak terlalu jauh padahal biasanya orang mungkin akan memiliki anak paling tidak 3 tahun 2 orang. Dan dia juga tidak merasa memiliki kemiripan dengan kedua orang tuanya.
"Apa kau sudah menemukan topimu?" tanya Jooheon ketika Daniel bertemu dengannya. Daniel menggeleng pelan, "A—aku tidak enak. Mereka sedang asik berbincang. Aku tidak enak menyela." Ujarnya sangat pelan.
"Aku akan mengambilkannya." Jooheon melesat masuk dan kali ini Daniel tidak sempat mencegahnya. Diam-diam Daniel merasa sedih, betapa jahatnya dia dengan Jooheon padahal dia bukan siapa-siapa.
Tak lama kemudian datanglah Jooheon dengan sebuah topi ditangannya, "Ini milikmu." Ucapnya riang seraya memasang topi tersebut ke kepala adik kesayangannya.
"Ahh Daniel-ku memang yang paling manis. Aku bahkan tidak perlu gadis jika memiliki Daniel." Jooheon memeluk erat adiknya gemas seraya berulang kali menggesek-gesekkan pipinya ke pipi Daniel.
"Ya, kurasa aku juga tidak membutuhkan siapa-siapa lagi jika memilikimu."
***
"Daniel, dari kemarin kau terlihat murung. Ada apa? Apa aku membuatmu sedih?" tanya Jooheon seraya menatap adiknya yang tengah menyendok nasi.
Mereka sedang makan bersama keluarga, bahkan disana ada ayah dan ibu mereka juga. "Jooheon benar, Daniel, apa Jooheon melakukan sesuatu yang jahat padamu? Mama akan menghukumnya." Timpal ibu Jooheon dan pemilik nama pun langsung melotot.
"Mama! Mana mungkin aku berbuat jahat padanya." Protes Jooheon tak terima.
Daniel menggelengkan kepalanya, "Aku tidak apa-apa." Ujarnya pelan. "Apa kau sakit?" tanya sang ayah selanjutnya. Daniel menggelengkan kepalanya sekali lagi.
"Omong-omong, ruang kerja Papa kalian sangat berantakan, Jooheon kau akan bersih-bersih." Ujar sang Ibu dan detik itu juga Jooheon memberikan gelengan terkuatnya. "Tidak tidak tidaaaaak!" teriaknya frustasi.
Daniel menatap Jooheon yang tengah frustasi, diam-diam dia tersenyum. "Aku harus membantu Daniel belajar!" ujar Jooheon dengan lantang dan bangganya.
"Pr ku sudah tidak ada." Sahut Daniel dan mendapatkan sebuah puppy eyes dari Jooheon namun sayang tak mempan, jurus yang sama tidak akan selalu berhasil Lee Jooheon.
"Aku tidak mau!" final Jooheon seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Aku akan merapikannya." Ujar Daniel.
"Aku juga! Ayo kita kerjakan bersama!" teriak Jooheon dengan riang gembira setelah mendengar kata-kata yang keluar dari bibir adik kesayangannya.
"Jooheon sepertinya benar-benar harus konsultasi ke psikolog, dia itu brocon akut." Komentar sang ayah seraya menggeleng-gelengkan kepala kala melihat Jooheon sudah mengekor dibelakang Daniel.
Kedua anak laki-laki itu pun berjalan menuju ruangan ayah mereka. Jooheon terlihat paling bersemangat saat bersama dengan Daniel, rasanya seperti dunia menjadi miliknya. Haha!
"Daniel, aku akan mengurus barang yang besar, kau bisa mengurus kertas-kertas saja. Serahkan pekerjaan yang susah untukku!" ucap Jooheon dengan bangganya seraya berjalan ke arah kardus-kardus berisi berbagai macam laporan lama.
Daniel menggidikkan bahunya lalu berjalan ke arah meja dan mulai merapikan beberapa kertas yang berserakan disana. Sesekali dia melirik ke arah Jooheon yang sambil bersiul ria menggeser dan mengangkat kotak-kotak besar itu.
Black Rabbit.
Mata Daniel mendapati sebuah tulisan yang terlihat menarik perhatiannya. Sebuah tulisan bercetak tebal menjadi kepala dari kertas itu. Dia melirik ke kiri dan ke kanan memastikan kalau Jooheon tidak sedang memperhatikannya.
Anak yang lebih muda itu kemudian membawa kertas tersebut dan berjongkok disamping kursi agar tidak terlihat, dia membaca perlahan apa saja yang tertulis disana.
"Black Rabbit..." gumamnya pelan.
Dan dia menemukan fakta mengejutkan dari laporan tersebut. Tertulis bahwa ayah Jooheon menerima seorang anak laki-laki dari salah satu ilmuan Black Rabbit yang tewas dalam ledakan dijalan sekitar 9-10 tahun lalu.
"Bayi itu kemudian dirawat dan diadopsi. Dan bayi itu adalah—aku?"
Daniel menatap nanar kertas tersebut dan meremasnya kuat. Perlahan, air matanya tidak bisa bertahan lebih lama dan memilih untuk mengalir begitu saja.
"Kenapa semua orang membohongiku?"
.
SPIN OFF [TENGAH] FINISH
.
Maafkan segala kesalahannya, ini bikin asli gabut banget :") Sambil nonton anime juga hwhw.. Maafkan saya maafkan saya >< Tapi ceritanya bener kok :) Tinggal spesial chapter nya Double Y, hehe... Saya tidak sabar mau mengetik reaksi HyungWonho dan rencana apa saja yang akan mereka lakukan untuk mengacau :))
Minggu [16:50]
Kalsel, 30 Juli 2017
Love,
B A B Y W O N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top