DEVIL'S PEARL [SPIN OFF]
"Woah anak Mama pintar sekali." seru seorang wanita berambut hitam panjang seraya bertepuk tangan kecil melihat anak laki-lakinya selesai memandikan seekor kucing.
"Aku bisa melakukan segalanya!" seru sang anak bangga dan tak kalah heboh dari ibunya.
Tak lama setelah itu datanglah seorang anak gadis yang menangis sambil membawa boneka beruang.
"Mama! Hyura membuang pita boneka ku." rengeknya dan mulai pura-pura menangis.
Wanita dewasa yang diketahui sebagai ibu dari anak-anak ini pun segera meraih gadis kecil berusia 5 tahun itu ke pelukannya. "Mungkin pitanya kotor jadi Hyura membuangnya agar tangan Younghye tidak kotor saat memegangnya." Bujuk sang ibu seraya membenarkan bando dikepala anak gadisnya.
"Mana Hyura? Akan ku marahi dia!" ujar si anak laki-laki saat melihat adik bungsunya menangis dengan air mata buaya.
"Wonho, biarkan saja adik-adikmu seperti ini. Tandanya mereka akrab, iya kan sayang?" si Ibu lalu memeluk Younghye dan berbaring diatas rumput. Halaman belakang rumah mereka memang sangat luas dan tenang, itulah alasan kenapa mereka berada disini.
"Huh!" Wonho kecil lalu memanyunkan bibirnya lucu kemudian ikut berbaring disamping ibunya.
Wanita itu lalu mengusap rambut hitam panjang milik Younghye dan tersenyum, "Menurut Wonho, Younghye lebih bagus rambut panjang atau pendek?" dia bertanya pada anak sulungnya. Wonho memiliki selisih usia sekitar 6 tahun dengan Younghye, tapi meski begitu dia masih agak manja.
"Aku suka rambut panjang! Seperti Mama!" jawabnya riang dan ibunya pun terkekeh. "Wonho jujur sekali ya." puji ibunya masih dengan kekehan.
"Younghye curang! Kenapa malah duluan ke tempat Mama." Tiba-tiba datanglah dua orang gadis berusia 7 tahun sambil membawa bunga mawar. Mereka tidak terlihat mirip secara wajah namun secara penampilan keduanya cukup mirip, rambut yang sama-sama panjang sepinggang dan gaya yang agak tomboy, itulah Hyoeun dan Hyura.
Sang ibu lalu duduk dan menatap kedua anak gadisnya dengan tatapan menyelidik. "Siapa yang membuang pita boneka Younghye?" tanyanya dan seketika dua anak kembar tak identik itu memberikan cengiran yang luar bisa menjengkelkan dimata Younghye.
"Aku suka melihatnya menangis!" seru Hyura lantang dengan senyuman lebar.
"Dia lemah." Ini suara Hyoeun yang ogah-ogahan.
Tiba-tiba saja Younghye menangis lagi dan membuat ibunya menepuk dahi pelan. "Kalian, jangan menjahili adik bungsu kalian terus. Mama tau dia agak cengeng tapi bukan berarti dia lemah." Dia menasihati kedua anak gadisnya sementara Wonho mulai menenangkan Younghye demi meringankan beban ibunya.
"Dia lemah." Untuk kedua kalinya Hyoeun berhasil membuat sang ibu mengeluarkan perempatan imajiner di dahinya.
"HYOEUN!!" murka wanita itu dan kini sudah berhasil menjitak kepala si sulung nomer dua.
Hyura sudah mentertawakan nasib saudari kembarnya sedangkan yang ditertawakan hanya menghela napas mengalah. Ibunya ini galak dan lembut disaat bersamaan.
"Aku tidak lemah. Aku akan kuat iya kan?" rengek Younghye pada Wonho dan anak berusia 11 tahun itu mengangguk. "Hm! Tapi kakak lebih kuat karena akan melindungi kalian semua." Sahut Wonho semangat.
Tanpa sadar ibu dari 4 anak itu tersenyum kecil, dia berharap bisa melihat anak-anaknya besar nanti dan membuktikan kata-kata mereka.
Anaknya yang pertama, Shin Wonho. Sudah dipastikan menjadi kepala keluarga kelak, anak yang ceria dan manja, sangat menyayangi keluarganya dan selalu membual tentang menjadi yang terkuat. Sudah menjalani latihan fisik sejak usia 7 tahun.
Anak kembarnya, kedua dan ketiga, Shin Hyoeun dan Shin Hyura. Terlihat lebih dewasa tapi sebenarnya sama saja dengan Wonho, namun keduanya lebih sering bersikap cool, mereka agak tomboy dan paling sering membuat menangis adik bungsunya. Sedang memulai latihan fisik mereka.
Anak keempat, Shin Younghye. Paling cengeng, paling banyak omong dan paling tidak bisa apa-apa. Selalu bersembunyi dibalik baju Wonho atau ibunya jika dijahili. Mata dan rambutnya hitam panjang tidak terlalu lurus, beda dengan kedua kakak perempuannya yang memiliki rambut lurus.
"Suyeon, apa kau bersama Wonho?"
Tiba-tiba seorang pria dewasa datang dengan ekspresinya yang terbilang agak datar.
"Oh, Deavo kau mencari Wonho? Dia memang sedang bersamaku." Ibu Wonho yang diketakui bernama Suyeon pun memberikan senyuman lembut pada pria yang baru datang tadi. Lalu dia menunjuk ke arah Wonho yang masih menenangkan Younghye.
"Wonho cepat latihan!" ujar pria itu dengan tegas. Wonho menatapnya dan menatap Younghye lagi, "Younghye, kakak akan pergi latihan ya." ujar Wonho seraya menepuk kepala adik bungsunya. "Tidak mau!" rengek Younghye.
"Kakak akan menjadi kuat dan melindungi kalian semua, jadi kakak harus latihan." Bujuk Wonho lagi dengan ekspresi yang sangat meyakinkan. Akhirnya Younghye pun mengangguk.
"Kau tidak boleh terlalu lembek pada semua orang, Wonho. Pewaris tahta Black Rabbit bukanlah seorang pengecut." Suara pria itu lagi seraya melipat kedua tangan di dada.
Suyeon dengan cepat menyahut, "Sayang, jangan seperti itu dengan anakmu sendiri. Kau sendiri juga orang yang baik menurutku." Dia menepuk kepala Wonho dan tersenyum ke arah Deavo, nama ayah Wonho dan pemimpin Black Rabbit saat ini.
Deavo menghela napas berat saat melihat istrinya sudah tersenyum seperti ini sambil berdiri dihadapannya, bisa-bisa dia kena tendangan maut istrinya jika berani melawan lagi. Tunggu dulu, sekarang siapa yang pengecut heh?! Haha!!
"Baiklah baiklah, katakan pada si kembar untuk latihan satu jam lagi. Aku pergi." Deavo lalu mencium kening Suyeon dan membawa Wonho berjalan mengikutinya.
"Jangan keras-keras pada anak-KU." ucap Suyeon memberikan penekanan pada kata 'Ku' dengan senyuman yang terlihat maknanya agak ambigu, entah itu senyuman manis atau justru senyuman penuh ancaman.
Wanita itu lalu berbalik lagi dan kini dia mendapati Younghye kembali menangis karena dikeroyok oleh kedua kakaknya.
"Jangaaannn... hikkss..."
Sebenarnya Suyeon agak setuju dengan Hyoeun, Younghye ini terlalu lemah dan cengeng. Bahkan saudaranya yang lain saat usia 5 tahun tidak secengeng ini.
"Syu syu~ Kalian berdua berhenti menjahili Younghye atau Mama akan minta Papa kalian mempercepat waktu latihannya." Ujar Suyeon melotot kearah dua anak yang lebih tua. Mereka berdua lalu memberikan cengiran dan menghentikan aksi untuk menghancurkan bando dan merusak baju milik Younghye.
Suyeon kemudian meraih Younghye lagi dan membenarkan posisi bando anak itu,
"Younghye, saat sudah besar nanti harus jadi gadis yang kuat ya. Jadilah jenius agar bisa membantu kakak-kakakmu sepenuhnya."
"Jadilah seorang yang ditakuti dan disegani semua penghuni dunia gelap tanpa perlu membuang sifat aslimu. Dan Mama harap suatu hari nanti kau akan menjadi Lady-Boss yang diberkahi Tuhan dengan cinta dan kasih sayang."
Kata orang doa seorang ibu itu selalu menyertai anaknya, dan Suyeon sangat mengharapkan hal tersebut. Dia yakin semua anaknya adalah anak-anak yang kuat.
"Mustahil. Younghye disegani? Impossible."
"Mama jangan terlalu berharap banyak."
"SHIN DEAVO! CEPAT SERET KEDUA ANAK INI!"
***
"Mama, apa yang harus ku minum?" tanya Wonho kecil seraya menatap ibunya.
"Jus jeruk untuk 4 orang dan segelas susu." Ucap ibu Wonho pada pelayan di Club itu.
Hari ini mereka semua berada di Club hanya untuk melepaskan lelah. Ah tidak, hanya anak-anak yang melepas lelah karena kedua orang tua mereka baru selesai berbisnis. Jika kalian lupa, Ibu Wonho adalah istri seorang leader Black Rabbit dan sudah dipastikan dia ikut berbisnis kalau diperlukan.
"Mama tidak mau minum seperti Papa?" tanya Hyoeun pada ibunya. Wanita itu menggelengkan kepala,
"Kalian tidak boleh meniru sifat buruk Papa kalian yang senang minum-minuman keras, paham? Tiru Mama saja, Mama suka jus jeruk dan susu."
Entah apa yang ada dipikiran orang-orang saat mengetahui sisi lain dari sang istri penjahat kelas satu ini. Mafia yang tidak minum minuman keras, Mafia yang suka jus jeruk dan susu, Mafia yang menjadi sosok orang tua hangat dan Mafia yang lebih mirip orang biasa.
"Wonho, bagaimana dengan latihanmu? Apa saja yang sudah kau capai?" tanya Suyeon seraya meneguk jus jeruk ditangannya. Wonho tersenyum bangga dan mulai memamerkan kebisaannya dalam kurun waktu beberapa tahun ini latihan.
"Aku sudah bisa menembak dengan sempurna dari jarak 50 meter, melempar pisau juga! Lalu aku sudah berhasil mengalahkan 3 orang pembimbingku dalam urusan bela diri. Nilai untuk strategi bisnis-ku pun sempurna. Aku memang sempurna!" bangga Wonho. Sepertinya dia tidak hanya membual tentang menjadi yang terkuat.
Suyeon tersenyum dan mengusap kepala anaknya, "Mama yakin kau pasti bisa melampaui ayahmu. Nah, sekarang Hyoeun dan Hyura, apa yang kalian capai?" tanyanya lagi pada si kembar yang mulai berniat mencuri segelas susu milik Younghye.
"Kami sudah mengusai dasar bela diri dan sudah diajari menembak dari jarak 5 meter." Jawab Hyura seraya menarik tangannya agar menjauh dari Younghye karena melihat tatapan sang ibu yang sudah berubah jadi agak horor.
Dor!
Tiba-tiba terjadi kericuhan begitu saja tanpa mereka sadari. Tembakan beruntun terdengar dari luar dan ada ledakan-ledakan yang menyusul.
"Suyeon! Cepat bawa anak-anak! Para polisi sedang mengepung!" teriakan dari Deavo, sang suami. Pria itu baru saja turun dari lantai atas, tempat untuk berjudi.
Suyeon kaget mendengar hal tersebut, bagaimana bisa para polisi melacak keberadaan mereka padahal selama ini Black Rabbit bergerak dengan hati-hati dan bahkan sampai dianggap mitos oleh beberapa orang.
"Suyeon! Bawa anak-anak!" teriak Deavo sekali lagi ditengah keributan. Orang-orang mulai berlarian keluar saat para polisi diluar sudah menembakkan pistol mereka.
Kaca-kaca pecah dan bangunan kini menjadi rusak. Younghye menangis ketakutan begitu pula dengan dua anak gadis lainnya sedangkan Wonho masih memegangi tangan ibunya dengan erat.
"Ayo kita pergi dari sini." Deavo menarik tangan istrinya dan sang istri menarik anak-anaknya. Dua orang petinggi Black Rabbit itu berlari ke arah dalam, sepertinya mereka tahu tentang jalan keluar rahasia atau sesuatu.
Dor!
"Akh!" Suyeon merintih sakit saat sebuah peluru buta mengenai kakinya.
"Suyeon!"
"MAMA!!"
"Aku tidak apa-apa, cepat gantikan aku memegangi anak-anak, aku akan berlari sebisaku!" Suyeon menyerahkan Wonho pada suaminya dan mereka kembali berlari dan menghindar. Beberapa anak buah Black Rabbit juga kini sudah mulai mengawal mereka.
"Sial! Jika tahu seperti ini maka aku akan membawa semua eksekutif dan bukannya memberi mereka misi." Umpat Ayah Wonho geram.
Para polisi sudah mulai menyebar dan hal yang tak terduga adalah mereka menumpahkan bensin dalam jumlah banyak, Deavo paham betul jika mereka benar-benar menyakini kalau Club ini milik Black Rabbit dan pergerakannya pasti sudah dimata-matai makanya mereka berani tanpa ragu mau membakar tempat ini.
"Deavo awas!" teriak Suyeon seraya mendorong suami dan anak-anaknya ketika melihat langit-langit diatas kepala mereka runtuh, beruntungnya ayah dan anak-anak itu berhasil didorong menghindar dan masuk ke lorong lain.
Namun sayang Suyeon harus rela tertindih bangunan tersebut setengah tubuhnya.
"MAMA! MAMA!!" teriak Wonho histeris melihat ibu yang sangat dia sayangi kini tertindih bangunan tersebut. Hyura, Hyoeun dan Younghye tidak meraung namun mata mereka menyiratkan keterkejutan dan kepedihan yang mendalam.
"Mama! Ayo keluar Mama!" teriak Wonho kecil sambil menangis memegangi tangan ibunya. Suyeon tersenyum lemah dan darah mengalir keluar dari mulutnya, dia menyempatkan untuk memegangi wajah Wonho sebentar.
"Won—ho, anak Mama..." ujar Suyeon pelan sementara air mata Wonho terus keluar. Deavo pun menundukkan kepalanya tak tega.
"Deavo, aku minta waktu sebentar." ucap Suyeon dan hanya dibalas anggukan kecil oleh suaminya.
"Wonho, jangan suka pilih-pilih makanan dan tumbuhlah kuat. Pastikan kau mandi teratur dan memasukkan bajumu ke tempat yang benar." Ucapnya pelan kemudian menyibak poni rambut Wonho.
"Oh, jangan begadang seperti ayahmu. Seorang pemimpin harus kuat dan cukup istirahat."
"Asahlah terus kekuatanmu tanpa melupakan kelemahanmu, kau lemah jika dihadapkan pada orang yang kau sayangi kan? Haha.. Kau sama seperti Mama." Suyeon tertawa hambar, hanya sekedar menghibur anaknya yang kini menangis tanpa disadarinya.
"Hormati ayahmu dan sayangi adik-adikmu, terutama tolong jaga Younghye dari Hyoeun dan Hyura. Jadikan adik-adikmu orang yang hebat meskipun susah tapi Mama yakin kau bisa melakukannya."
Air mata Suyeon terus mengalir saat ditatapnya wajah Wonho yang semakin ketakutan.
"Wonho... Kehidupan seorang Mafia itu berbeda. Mulai sekarang, kau akan merasakan sakit dan masa-masa sulit, tetaplah bertahan meskipun kau harus berperang dengan perasaanmu."
"Masih banyak, banyak, sangat banyak hal yang ingin ku ucapkan padamu."
"Aku harap bisa bersama kalian lebih lama."
"Aku menyayangimu."
Tiba-tiba kobaran api merambat cepat ditempat itu. Deavo lekas menarik Wonho agar menjauh dari ibunya.
"TIDAK! MAMA! PAPA KENAPA KAU MENINGGALKANNYA?!!" Wonho bereriak sangat histeris namun tidak digubris oleh ayahnya. Hyoeun, Hyura dan Younghye sudah dia serahkan terlebih dahulu pada para anak buahnya jadi mungkin sekarang mereka sudah aman diluar.
"KENAPA KAU MEMBIARKANNYA!!" teriak Wonho lagi namun sia-sia saja, jalan dibelakangnya kini sudah roboh dan tertutup rapat.
Ibunya tertinggal disana, dengan senyuman dan air mata yang menggenang.
Dan hari itu, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun bersumpah untuk mengutuk dunia yang memisahkan dia dengan ibunya.
***
"Princess, ayo kita jalan-jalan." Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun mengekori gadis kecil yang kita ketahui bernama Younghye. Gadis 5 tahun itu menoleh ke belakang sebentar lalu tersenyum seadanya, "Mungkin lain kali, Yuan." Jawabnya.
"Wonho dimana?!" suara cempreng khas anak 10 tahunan menyapa pendengaran Younghye. Lelaki lainnya mendekat dan menatapnya intens.
"Wonho sedang berlatih sendirian. Kihyun, jangan berteriak dimana-mana." Ujar Younghye dengan ekspresi datar menatap sepasang kakak-beradik ini. Keluarga Yoo memang orang kepercayaan di Black Rabbit, begitu pula dengan keluarga Im dan Jo.
Sudah dua bulan sejak kejadian itu. Sudah dua bulan rumah terasa sepi meskipun banyak orang.
Tidak ada yang bisa berhenti untuk bersedih, menangisi takdir dan mengutuk nasib yang menimpa mereka. Bahkan untuk Hyura dan Hyoeun yang biasanya tidak terlalu peduli pun kini menjadi lebih pendiam.
Dan hari ini, entah kenapa Deavo meminta anak-anaknya untuk berkumpul semua. Dia mengatakan kalau dia memiliki hal yang harus disampaikan.
Wonho, Hyoeun, Hyura dan Younghye pun berpikir tentang hal apakah yang dimaksudkan oleh sang Ayah. Meskipun sejujurnya mereka masih menyimpan rasa kesal karena pria itu meninggalkan ibunya begitu saja tanpa berusaha untuk menyelamatkannya. Dia berlari untuk menyelamatkan dirinya.
Disinilah mereka semua, diruang tamu yang besar keempatnya duduk dengan manis. Younghye disamping Wonho, ini dilakukan Wonho sesuai dengan apa yang dititahkan ibunya pada dia.
"Lady Eva?" ujar Hyura saat melihat wanita itu dihadapan mereka, disamping ayahnya.
Dia adalah wanita yang mereka kenal beberapa waktu lalu, dikatakan pada mereka jika Lady Eva adalah sahabat Suyeon. Bahkan mereka juga sempat berfoto bersama. Mungkin mereka terlalu kecil untuk paham urusan orang dewasa.
"Mulai hari ini, Eva akan menjadi ibu kalian."
Seperti disambar petir, Wonho dan ketiga adiknya terdiam.
"K-kapan? Sejak kapan kalian menikah?" tanya Wonho terbata. Dia masih tidak bisa mempercayai jika ayahnya menikah secepat ini setelah kematian ibu mereka.
"Eva sudah menjadi istriku sejak 1 tahun lalu."
Oh damn!
Sepertinya dunia tidak mau menatap mereka.
Satu hal yang baru saja mereka ketahui, inilah alasan kenapa Eva ikut dalam foto keluarga mereka beberapa bulan lalu.
"Apa Mama tau?" lirih Younghye pelan. Deavo mengangguk, "Dia sangat tau." Jawabnya.
Kaki anak-anak kecil itu melemas. Seingat mereka, kedua orang tuanya harmonis-harmonis saja, lalu bagaimana bisa?
"Dan ini adalah saudari kalian, namanya Hyerin. Choi Hyerin. Dia satu tahun lebih tua dari Younghye." Deavo menunjuk gadis yang duduk disamping Eva, gadis itu hanya diam didekat ibunya sedangkan Eva tersenyum terus sedari tadi.
"Apa itu saja yang ingin kau bicarakan?" suara Wonho dingin. Deavo menatap Wonho dengan tatapan marah, dia tidak mengharapkan sikap tidak sopan Wonho seperti sekarang.
"Wonho!"
"Aku mau melanjutkan latihan. Ayo Younghye, ikut dengan kakak."
Wonho tak peduli dengan ayahnya segera berdiri dan meraih tangan Younghye kecil untuk berjalan mengikutinya. Deavo murka melihat kelakuan anak sulungnya yang sembarangan tersebut, dia lekas berdiri dan berjalan cepat ke arah Wonho.
Plak!
Sebuah tamparan didapat oleh Wonho karena sikap sembrononya. Pipi putih lelaki kecil itu memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah saking kuatnya tenaga pukul dari sang leader Black Rabbit.
Wonho lalu berbalik ke arah Eva. Younghye mulai menangis kecil disamping Wonho. Hyoeun dan Hyura menatap ayah mereka dengan tatapan ingin membunuh.
"Apa yang akan kau lakukan sebagai Ibu-ku? Jika Mama ada disini, dia tidak akan membiarkan aku ditampar seperti ini. Lalu, bagaimana bisa aku mengatakan kau pantas menjadi pengganti Mama ketika kau hanya diam dan terus tersenyum konyol melihatku ditampar?" ujarnya sambil menatap Eva dingin.
Wonho berbalik lagi ke arah ayahnya yang semakin murka.
"Shin Suyeon pasti mengutukmu karena sudah melakukan hal ini." cibirnya dan tak mau kalah menatap tajam ke arah sang ayah.
Setelah itu Wonho pun segera menarik Younghye menjauh, begitu pula dengan Hyoeun dan Hyura yang lekas berdiri mengikuti kakak mereka berjalan.
***
Bugh!
Bruk!
"Cukup." Suara pembimbing pada kedua gadis yang sedang bertarung.
"Hyerin menang, Hyura kalah."
Hyoeun mendecih kesal melihat gadis baru yang katanya adalah saudari tiri mereka itu mulai ikut bergabung latihan dengan mereka. Belum lagi hal yang lebih gila adalah Eva sialan itu melihat kegiatan anaknya dan mulai berkokok ria, "Aku tidak menyangka Hyerin menang padahal dia baru berlatih beberapa bulan ini." ujarnya bangga.
Gadis berambut lurus itu lalu berjalan menghampiri saudari kembarnya yang tengah terbaring dan tersengah-engah. Hyoeun mengulurkan tangannya dan disambut oleh Hyura, "Kau sudah berusaha, adikku." Ucap Hyoeun seraya tersenyum.
"Kau menjijikkan." Cibir Hyura dengan wajah datar.
"Hey! Ku bunuh kau!" murka Hyoeun saat mendapati ekspresi super menyebalkan dari adiknya.
Sementara itu Hyerin hanya menatap si kembar yang sedang tertawa dan bercanda.
"Kenapa? Padahal aku yang menang, kenapa dia yang jadi pusat perhatian?" gumam Hyerin dan menatap ibunya.
"Karena hanya seorang pecundang yang patut untuk dihibur."
Hyoeun melirik ke arah ibu dan anak itu saat mendengr kata-kata yang terlontar dari mulut keduanya. Dia mengepalkan tangannya kuat karena kesal, sedangkan Hyura mulai mencoba menenangkan kakak kembarnya.
Sejak saat itu, keduanya mulai berlatih lebih keras dari siapapun. Mereka adalah anak dari Leader Black Rabbit tertinggi. Dan karena itulah mereka harus bekerja lebih keras dari orang biasa, karena gelar yang mereka sandang juga harus dibuktikan dengan kekuatan yang mereka miliki.
Sedangkan Wonho sudah berlatih keras terlebih dahulu. Bahkan para pembimbingnya pun hampir tidak percaya dengan apa yang dicapai oleh Wonho dalam kurun waktu beberapa bulan. Dia benar-benar seorang yang jenius dan sempurna. Hanya saja, itu juga mempengaruhi beberapa sifatnya.
Sudah tidak ada lagi Wonho yang periang dan ceria, yang ada hanyalah Tuan Muda yang pendiam dan dingin. Sudah tidak ada lagi Wonho yang bersemangat dan suka kabur latihan, yang ada hanyalah Tuan Muda penyendiri yang haus akan kekuatan.
Tanpa pembimbing pun dia berlatih sendiri, apapun yang dia lakukan selalu sempurna. Tembakannya, lemparan pisaunya. Bahkan saat usianya masih 11 tahun dia sudah mulai mengikuti misi sebagai tangan kanan dewan eksekutif.
Lalu melihat lagi sosok gadis berambut hitam dan mata hitam yang terkenal akan cengengnya. Usianya masih 5 tahun dan tidak ada orang yang mau melatih anak dibawah umur.
Gadis itu mulai berlatih sendiri, melakukan segala hal yang belum pernah dia coba meskipun tak jarang berakhir dengan diambang kematian. Beberapa orang yang diam-diam tau tentangnya mengatakan bahwa dia sudah depresi karena kehilangan ibunya.
Bahkan Hyoeun dan Hyura sudah tidak pernah menjahilinya lagi. Dia benar-benar ikut menyendiri, seolah membangun tembok besar antara dirinya dan ketiga kakak yang dia miliki saat itu. Kini usianya mungkin sudah hampir 6 tahun dan dia sudah bisa menemukan macam-macam metode latihan mengerikan.
Namun berita tentang keempat anaknya ini masih belum terlalu dianggap serius oleh ayah mereka. Untuk Eva sendiri dia tidak peduli, asalkan dia bisa bahagia hidup penuh kebahagiaan. Anaknya bahagia dan dia juga bahagia. Sebagai seorang istri dari penjahat kelas atas, dia sungguh menikmatinya.
"Eva, apa kau sudah bisa beradaptasi dengan anak-anakku selama beberapa bulan ini?" tanya Deavo pada istrinya. Eva melirik ke arah Hyerin yang sedang tertidur, "Setiap aku mendekat, mereka menjauh. Kurasa mereka hanya perlu waktu lagi untuk menerimaku." Jawabnya dengan senyuman yang menipu.
Padahal sekalipun dia tidak pernah mau mencoba untuk mendekati keempat anak tanpa ibu itu, yang dia lakukan hanyalah memberikan segala kenyamanan untuk anak tunggalnya. Bahkan sekarang Wonho dan ketiga adiknya hampir-hampir dilupakan sebagai para pewaris sah tahta Black Rabbit. Orang-orang di Black Rabbit saat ini lebih mengenal Hyerin sebagai sang Tuan Puteri dari Black Rabbit.
"Hey Wonho."
Yang namanya disebut menoleh dan mendapati adik bungsunya sedang bersandar pada sisi pohon lain disampingnya. Dia kesini untuk mengingat kenangan dengan ibunya dan ternyata bertemu dengan Younghye sang adik bungsu. Gadis itu juga sudah tidak memanggilnya 'Kakak' lagi, tapi bagi Wonho itu tidak penting, selama Younghye tetap menjadi adiknya dan bersamanya, dia sudah menjalankan amanah yang diberikan sang ibu.
"Wonho?"
"Hm?"
Younghye terkekeh kecil melihat ekspresi bodoh kakak sulungnya.
"Dulu Mama pernah memintaku agar menjadi Lady yang disegani dan ditakuti didunia gelap. Tapi sekarang ku rasa kita berempat sama sekali tidak dianggap oleh dunia ini. Hey Wonho, pernahkah kau berpikir untuk keluar dan menjalani kehidupan yang terang?" ucap Younghye seraya menatap langit yang cerah.
Wonho menatap nanar adik bungsunya. Dia tidak menyangka jika Younghye juga merasakan hal ini, rasa diasingkan dan digantikan oleh sosok yang lain.
Tiba-tiba Hyoeun dan Hyura juga datang ke arah mereka, dua gadis ini duduk disamping adik bungsunya dan mereka. Terlihat kaki dan tangan mereka penuh dengan memar karena terlalu sering berlatih bela diri, terutama Hyoeun.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Hyura dan ikut bersandar pada pohon. Wonho maupun Younghye tak menjawab.
"Oh iya apa kalian tau? Jika keluarga Jo dikepung oleh polisi saat menjalankan misi beberapa waktu lalu?" Hyura membuka topik baru.
"Aku rasa Kwangmin mirip seperti kita, tapi dia lebih parah. Kedua orang tuanya mati dan Youngmin hilang entah kemana." Hyura menghela napasnya ringan lalu ikut Younghye menatap langit.
Wonho terdiam sejenak lalu membuka suara, "Jadi Kwangmin adalah satu-satunya orang yang tersisa dari keluarga utama Jo?" tanyanya tak percaya dan Hyura mengangguk.
Lelaki berusia hampir 12 tahun itu mengepalkan tangannya erat. Dia tidak percaya jika masalah terus datang pada Black Rabbit, apa yang terjadi dengan organisasi ini? Apa mereka melemah? Tidak mungkin.
"Aku." Wonho berucap pelan namun dapat didengar oleh ketiga adiknya.
"Aku... Mama memberikanku tugas agar menjadikan kalian orang-orang yang hebat."
"Dan aku bersumpah akan mewujudkannya. Jadi, pinjamkan aku kepercayaan kalian semua dan mari kita sama-sama berdiri dipuncak dunia yang kejam ini."
Wonho berucap sungguh-sungguh. Hyura dan Hyoeun terdiam menatap kakaknya dan Younghye langsung tersenyum tipis, gadis 5 tahun itu berdiri dan menghampiri Wonho. Dia mengepalkan tangannya dan meletakkan didada Wonho,
"Hm! Aku percaya padamu." dengan sebuah senyuman yang sudah jarang dia perlihatkan, dia memberikan kepercayaan pada kakaknya.
"Kami sangat menantikan hari itu." sahut Hyoeun dan Hyura kompak.
***
"Wahh~ Lemparan pisau Nona Hyerin memang paling sempurna." Puji para pelayan saat melihat ruang latihan anak-anak di Black Rabbit.
Srug!
Semuanya tiba-tiba terdiam dan menatap sosok anak kecil yang melemparkan pisaunya tepat ditempat mendaratnya pisau Hyerin. Siapa lagi jika bukan Younghye yang tiba-tiba muncul disana.
Srug!
Srug!
Disusul oleh dua lemparan pisau lain milik Hyoeun dan Hyura hingga pisau yang tadi dilemparkan Hyerin pun jatuh ke lantai. Mereka bertiga lalu menatap Hyoeun dengan tatapan yang mungkin dapat diartikan, 'Ayo tunjukkan semua kemampuanmu.'
"Tunggu dulu, anak dibawah tujuh tahun tidak boleh masuk kesini!" ini adalah suara Eva yang menggelegar dan langsung menyeret Younghye keluar dari area pelatihan.
Gadis kecil itu hanya diam saat diseret namun di dalam hatinya dia bersumpah mengutuk wanita ini sampai ke neraka.
"Lepaskan aku, jalang." Eva membelalakkan matanya saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir Younghye. Mata hitam anak kecil itu menyorotkan kebencian yang amat mendalam.
"Jika kau ingin mengadukanku pada pria brengsek itu silakan. Tapi ingat satu hal, kau akan ku seret ke neraka." Bisik Younghye sebelum benar-benar menjauhi Eva.
Wanita itu terdiam ditempat melihat apa yang diucapkan oleh Younghye. Padahal dulu gadis itu adalah anak yang cengeng dan polos.
"Jika aku melihatmu sekali lagi menyeret adikku, maka anak perempuanmu itu akan ku jadikan sasaran tembak." Kali ini suara anak laki-laki yang lewat disampingnya. Eva bergidik ngeri melihat Wonho melewatinya begitu saja.
Sepertinya empat orang anak itu sudah tumbuh menjadi rumput liar yang susah dijinakkan kembali.
***
Dan hari itu ketika usia Wonho sudah melewati 12 tahun, anak laki-laki itu kembali menghampiri adik-adiknya yang sudah bertambah usia. Younghye sekarang sudah berusia 6 tahun namun sifatnya agak sedikit berbeda dari anak seusianya. Dia terlihat lebih senang menyendiri dan berkutat sendirian di laboratoriumnya.
Sedangkan Hyoeun dan Hyura terus berlatih keras, lebih keras dari siapapun. Mereka bersaing dengan Hyerin lebih sengit dari apapun. Hingga Hyoeun dan Hyura mendapatkan gaya bertarung mereka masing-masing.
"Apa yang sudah kalian capai?" tanya Wonho seraya memperhatikan wajah ketiga adiknya. Mereka terlihat agak berbeda dari saat ada ibu mereka dulu. Bukan agak berbeda, tapi sangat berbeda.
"Aku dan Hyoeun sudah pernah ikut beberapa Misi padahal usia kami baru 8 tahun, meskipun bersama dengan Hyerin juga." Ucap Hyura dan mendengus diakhir kalimatnya.
"Aku kebal terhadap racun. Aku bisa menembak dan melempar dengan sempurna dan batas titik tembakku adalah 100 meter."
Wonho tersenyum bangga, tiga gadis itu melampaui harapannya. Bahkan Wonho saat usia 6 tahun masih belum bisa apa-apa.
"Sudah berapa lama kita hidup tak dianggap? Bahkan si brengsek itu pun tidak peduli dengan kita." Suara Hyoeun dan tanpa sadar gadis paling tua itu menangis. Padahal biasanya Hyeoun adalah yang paling tegar.
Younghye mencoba untuk tertawa hambar, "Karena anak perempuannya yang lain lebih bisa diandalkan daripada kita. Karena istrinya yang sekarang mungkin lebih pandai menjilat daripada Mama kita." Ucap Younghye agak pedas.
Mereka semua memang diam tapi rasa sakit itu tidak mudah hilang. Ketika semua perhatian orang-orang tertuju pada Hyerin saat gadis itu latihan, ketika mereka berempat hanya bisa diam dan melihat. Ketika pria brengsek yang katanya ayah mereka itu mengacuhkan mereka berempat, liburan dengan Eva dan Hyerin ke Hawaii sedang mereka berempat ditinggalkan.
Semuanya, mereka kehilangan semuanya. Ibu mereka, ayah mereka, kasih sayang, orang-orang disamping mereka. Sudah tidak ada yang tersisa lagi.
Hanya satu keluarga yang masih setia pada mereka berempat, keluarga Yoo. Selain karena mereka mengetahui segalanya, keluarga itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu mereka. Sedangkan untuk keluarga Jo, hanya tersisa Kwangmin masih berusia sekitar 10 tahunan dan dari keluarga Im, satu-satunya orang dari keluarga itu masih belum ditemukan.
"Omong-omong, sekarang Hyerin tengah dibawa oleh Mr. Yoo ke London. Katanya dia akan diberi pelajaran tentang bagaimana menjadi sosok pemimpin, hmm.. calon Leader Black Rabbit pilihan Deavo dimasa depan kah?" celutuk Hyura.
Meskipun kata-katanya agak santai tapi dia benar-benar merasa sakit hati. Lalu kakaknya, Wonho, selama ini dianggap apa oleh ayah mereka? Apakah anaknya kini adalah Hyerin? Bahkan gadis itu adalah anak dari Eva dengan pria yang tak jelas asal usulnya.
"Menangislah jika ingin menangis." Ucap Hyoeun seraya memeluk Hyura.
"Tidak perlu memikirkannya, kita akan memimpin Black Rabbit bersama tanpa perlu dipilih oleh Deavo brengsek itu." ujar Wonho seraya mengepalkan tangannya kesal.
"Malam ini." ucapnya lagi.
"Mari kita rebut hak kita."
Ketiga gadis itu tiba-tiba paham dengan pemikiran Wonho, mereka bertiga tersenyum dan menatap sang kakak. "Serahkan jalang pada kami." Ujar Younghye.
Wonho untuk pertama kalinya tersenyum lebar lagi dihadapan keluarganya.
Tiba-tiba Younghye mengambil sesuatu dari sakunya, dia menyerahkan benda seperti jarum dengan tabung kecil itu pada Wonho, "Ini belum sempurna, tapi aku yakin ini bekerja."
"Terima kasih. Ayo kita rebut tahta kita malam ini."
"Yes, my lord!"
***
"T-tunggu! Apa yang kau lakukan?!" teriak Eva saat melihat Younghye berdiri dihadapannya, didepan ranjangnya. Sedangkan pintu kamar yang seharusnya dijaga oleh 9 orang pengawal itu sudah terbuka lebar.
"Mati." Ucap Younghye pada Eva.
Eva menatap Younghye dengan tatapan heran sekaligus agak takut, "Kau baru berusia 6 tahun dan sudah membual? Cepatlah kau keluar atau aku akan mengadukan ini pada ayahmu!" teriak Eva marah namun Younghye malah berjalan ke arahnya.
Dengan sebilah pisau dan sebuah pistol dia tanpa ragu mendataing Eva.
Wanita itu was-was dan mengambil pistol dibalik bantalnya,
Dor!
Younghye melompat dan berhasil menghindar dari tembakan tak terkontrol itu.
"Mati."
"AAAAAA!!" Eva berteriak histeris saat melihat Hyoeun dan Hyura sudah berdiri disampingnya, tepatnya lewat jendela dengan wajah dan tubuh yang terciprat banyak darah. Ditangan kedua gadis itu terdapat pisau yang basah, basah oleh cairan berwarna merah.
Dan sadarlah Eva jika anak-anak ini tengah melakuka kudeta keluarga.
Wanita itu dengan tergesak-gesal turun dari ranjangnya dan hendak mencoba kabur lewat pintu yang terbuka, namun sayang sepertinya dia terlalu meremehkan anak bungsu keluarga Shin itu.
"Younghye, sekarang!" teriak Hyura saat Younghye berhasil menusuk perut Eva dengan pisau. Bahkan Eva sendiri tidak melihat kapan Younghye bergerak dan menghadangnya.
Sraakk!
Suara daging dirobek oleh pisau pun terdengar ngilu ditelinga. Hyura dan Hyoeun tahu betul ini adalah pertama kalinya Younghye membunuh namun sepertinya gadis itu kehilangan akal sehatnya.
"Mati mati mati!" teriak Younghye saat melihat Eva sudah tidak bisa berkata-kata lagi namuan napasnya masih ada.
Srug!
Younghye menusuk leher Eva dengan pisaunya mengorek organ tersebut hingga Eva benar-benar meregang nyawa dengan keadaan mengenaskan.
Masih belum puas karena Eva mati duluan, Younghye menggunakan jari-jari kecilnya dan menusuk mata Eva, menarik paksa bola mata wanita itu dan meremasnya hingga hancur.
"Younghye, hentikan." Lirih Hyura saat melihat adik bungsunya kini sangat berbeda.
***
"Apa kau mau mencoba mengalahkanku? Haha! Terlalu cepat 100 tahun untukmu." Tawa Deavo saat melihat Wonho sudah penuh luka karena melawannya. Ayah dan anak itu sudah berkelahi sedari tadi dan pertandingan ini tetap lebih condong ke arah Deavo, seorang pria dengan pengalaman itu memang benar-benar berbeda.
"Aku tidak akan membiarkanmu hidup!" teriak Wonho marah lalu menembak Deavo namun pria itu bisa menghindar dengan baik.
"Kau benar-benar anak tidak tau diri. Mati!" balas pria itu juga dan memberikan beberapa tembakan namun Wonho berhasil menghindar.
"Sial, aku sudah hampir pingsan." Keluh Wonho pelan, dia sudah mengerahkan semua tenaganya dan dia sungguh bukan tandingan bagi pria dewasa ini. Setidaknya sang ayah memiliki keuntungan pada tubuhnya yang atletis.
Deavo pun berjalan ke arah Wonho yang sudah ngos-ngosan dengan pisau ditangannya. "Kau akan mati." Ujar Deavo dan bersiap menusuk wajah anaknya dengan pisau.
Srug!
Tinggal beberapa senti lagi pisau itu menembus mata Wonho, lelaki berusia 12 tahun tersebut berhasil menancapkan racun yang diberikan oleh Younghye ke leher sang ayah.
"Argh!" ringis Deavo saat racun itu masuk ke tubuhnya. Efeknya memang belum terlalu kuat namun itu cukup untuk membuat matanya kunang-kunangan.
"Berhasil." Ujar Wonho senang. Dan kini tinggal menunggu racun itu bekerja lebih lama lagi untuk hasil yang lebih baik.
"Anak brengsek!" umpat pria tersebut dan mulai menyerang Wonho membabi buta karena dia sudah hilang kontrol.
Dor!
Dan saat ada kesempatan, Wonho pun menembak sang ayah tepat dibagian jantung. Satu tembakan saja masih belum cukup untuk melampiaskan kekesalan Wonho dan rasa sakit hatinya.
Dor!
Dor!
Tiga buah peluru bersarang di jantung Deavo dan pria itu roboh seketika.
Anak laki-laki itu tersenyum puas, dia sudah berhasil mengalahkan monster yang menghancurkan hidupnya ini. Wonho lalu mengambil pedang yang ada diatas meja kerja Deavo,
Slashh!
Dengan segala kemampuan dan pengalamannya, Wonho memeganggal kepala ayahnya sendiri dalam satu kali tebasan pedang.
Wonho menatap kepala yang menggelinding itu lalu menginjaknya agar tidak terlalu jauh, dia mengambil ponselnya dan mengambil gambar kepala dibawah kakinya tersebut. Lalu Wonho mengirim foto itu ke seluruh kontak petinggi Black Rabbit yang dia kenal sambil tersenyum licik.
"Semoga Neraka sudi menerimamu."
***
Wonho benar-benar menaiki tahta Black Rabbit bahkan saat usianya 12 tahun, sebagian orang yang memberontak maka dia bereskan dari dalam pula, masih ada keluarga Jo dan keluarga Yoo yang sangat setia padanya.
Untuk masalah bisnis tidak akan ada yang meragukan Wonho karena otaknya bahkan lebih hebat dari pada otak sang ayah dan strategi yang dimilikinya jauh lebih efisien.
"Apa kau sudah membunuh anak jalang itu?" tanya Wonho pada ayah Kihyun.
"Sesuai perintah Anda, Tuan." Jawab Ayah Kihyun. Meskipun dia sangat jauh lebih tua dari Wonho, tapi anak umur 12 tahun ini tetaplah seorang pemimpin dan dia tetap menghormatinya.
"Baiklah sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk merebut kembali anak satu-satunya pewaris keluarga Im yang kini berada ditangan kepolisian." Ucapnya dengan senyuman yang sulit diartikan.
Sementara itu adik bungsunya, Younghye sedang mengalami masalah mental yang luar biasa. Gadis itu menjadi agak depresi sejak pembunuhan pertamanya. Dia sering berteriak ketakutan dan bahkan mencoba untuk bunuh diri.
"Tidak! Tidak! Aku tidak melakukannya!" teriak Younghye histeris seraya mencengkram kuat rambutnya dan menenggelamkan diri dalam bathup.
Hal itu terjadi berturut-turut selam hampir 3 bulan, semua orang mengatakan jika gadis malang itu sudah gila namun Wonho menyangkal dan tetap mempertahankan Younghye. Tanpa Younghye maka dia tidak akan bisa mewujudkan keinginan terakhir Mamanya. Wonho yakin jika adiknya akan baik-baik saja apapun yang terjadi.
Dan sejak saat itu juga lah perlahan rambut Younghye berubah menjadi merah dan matanya berubah warna. Entah karena faktor stres atau ada hal lain yang mempengaruhinya. Yang jelas, kini Shin Younghye, berusia 6 tahun sudah berubah total dan menjelma jadi sosok seperti saat masih bersama sang ibu, sosok yang ceria. Namun hal lainnya adalah dia juga suka menyiksa orang sebelum membunuhnya.
Wonho mengakuinya sendiri, jika mulai saat itu adiknya berubah menjadi gadis setengah psikopat.
Namun meski begitu, ketiga gadis penyuka darah itu tetaplah adik-adiknya yang berharga. Apapun yang terjadi, mereka adalah keluarga.
.
FINISh
.
First, Paking Pilen ganti cover loh~ /tebar kemenyan/
Uwaahh~ Akhirnya selesai, ini adalah kisah yg diungkap Yuan pada Hyungwon dichapter Sin & Angel ya. Sekarang udah pada tau kan? Ini banyak hubungannya dengan Fucking Villain Book 1. Tentang Lukisan yg kacanya pecah/?, tentang rambut Younghye, tentang asal usul Hyerin dan masih banyak hal yang akan membawa kita pada kebenaran/? *apa sih xD* Yah intinya Chapter ini mengungkap banyak rahasia dan teka teki, hwhw
Buat yg heran kenapa judulnya "Devil's Pearl", ini Devil's Pearl itu maksudnya Ibu si Wonho, hwhw... Sama kayak Hyungwon yang dpt julukan Permata Raja Iblis, nah emaknya Wonho ini juga diumpamakan sebagai Mutiara indah tapi pemiliknya adalah Iblis (ayah Wonho)
Oh iya adakah yang membingungkan? BabyWon open QnA jadi kalian bisa tulis pertanyaan kalian dikolom sini. Nanti akan ku jelaskan di chapter depan.
Ribet pas nentuin umurnya, takut jadi salah umur dan janggal. Jadi harus diitung tiap orang dan diurutkan terus dikaitkan lagi ke masa sekarang, hah, nyesel aku tuh bikin cast nya muda2, tau gini aku kasih umur 25-30an dari awal -__-
Lagi, nama ayah Wonho itu aku ambil acak duh, terinspirasi pas ngeliat nama ayahnya Todoroki Shoto. Omong2, si Shoto gans masa. Semenya Deku <3 Tapi ku lebih suka mereka threesome bareng Bakugou, satu uke dua seme akhh! /mimisan/ *abaikan*
Senin [17:17]
Kalsel, 3 Juli 2017
Love,
B A B Y W O N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top