8th: SMILE & DENY

First, Jangan lupa untuk membaca Spin Off yang di private^^ Kenapa private? Ini namanya menghargai orang2 yg sudah Follow. Hwhw..

.

Hyungwon membuka pintu kamar tempat dimana Wonho tidur. Dia mendapati kamar tersebut benar-benar sepi dan hanya terdengar dengkuran halur dari Wonho yang tengah terbaring manis diatas ranjang king size tersebut.

Lelaki manis itu berjalan mendekati ranjang dan segera merangkak perlahan keatasnya agar Wonho tidak terbangun. Tidak langsung tidur, Hyungwon menatap wajah yang sedang tertidur itu dengan seksama.

Perlahan lelaki manis menjulurkan tangannya dan merengkuh kepala pria yang tengah terlelap itu, membawanya dalam sebuah pelukan hangat dan lembut. Hyungwon yakin jika Wonho tidak akan terbangun karena jika tidur, pria itu memang cukup susah untuk terbangun.

"Hei... Wonho, aku minta maaf atas nama Ayahku karena sudah membuka pintu penderitaan untukmu. Meskipun aku tau kau yang campur tangan atas kematian orang tuaku, tapi kurasa itu tidak sepenuhnya salahmu." Ucap Hyungwon sangat pelan.

Hyungwon sudah tau lama sejak membaca buku yang diberikan oleh Younghye dulu, buku yang berisi coretan Wonho. Bukan sekedar coretan tak bermutu, buku itu berisi strategi dan macam-macam kerangka bisnis yang akan dibangun. Dan disana ada salah satu rencana campur tangan dengan sebuah perusahaan mobil yang memproduksi mobil untuk para polisi.

Yah sudah bisa ditebak, perusahaan itu sengaja memberikan barang cacat kepada mobil ayah Hyungwon. Hingga suatu hari terjadilah kecelakaan saat Ayah Hyungwon mencoba menghindar dari menabrak anak kecil. Stir mobil pun dia banting hingga menghantam trotoar jalan.

Pantas saja Hyungwon sempat merasa heran, mengapa mobil ayahnya saat itu benar-benar cepat meledak bahkan hanya karena sebuah percikan kecil?

Ternyata jawabannya adalah pada mobil tersebut.

Itu hanyalah sedikit kisah masa lalu. Tapi Hyungwon bukanlah tipe orang yang akan memiliki dendam kepada Wonho karena hal itu, atau Hyungwon harus merasa bersalah dengan Wonho karena ayahnya yang membuat Wonho menderita? Tidak tidak. Hyungwon tidak selebay itu. Ini kehidupannya, bukan drama yang diatur oleh sutradara.

Hyungwon kehilangan orang tuanya dan dia hidup bersama adik-adiknya, tapi saat itu dia sudah besar dan juga kehidupannya tetap nyaman. Beda dengan Wonho, dengan kisah pilunya yang membuat Hyungwon kesal setengah mati. Lagipula, jika Hyungwon ingat, Wonho sudah berulang kali menyelamatkan nyawanya.

Hyungwon mengeratkan pelukannya pada Wonho, dia mencium aroma shampoo pria itu. Tetap wangi seperti biasanya. Hyungwon tersenyum kecil.

"Aku tidak akan seperti ibumu yang meninggalkanmu. Aku akan tetap bersamamu, disini dan dimanapun kau berada." Ujar Hyungwon berbisik.

Tiba-tiba sepasang tangan merengkuhnya. Hyungwon kaget setengah mati.

"Sial! Kau pura-pura tidur heh?!" umpat Hyungwon setelah melihat seringaian diwajah Wonho.

"Brengsek!" teriak Hyungwon dan segera meronta minta dilepas namun Wonho lebih kuat untuk tetap mencengkramnya.

"Terima kasih untuk kata-katamu dan maafkan aku juga atas segala yang kulakukan atas kedua orang tuamu." Ujar Wonho seraya menangkup wajah Hyungwon. Lelaki manis itu terpana untuk beberapa alasan, pertama, Wonho itu tampan, dan kedua, suara Wonho malam ini seolah menyiratkan kelegaan.

Hyungwon memalingkan wajahnya, "Apa kau mendengar semua yang ku ucapkan?" tanyanya pelan. Wonho mengangguk lalu mengusap rambut Hyungwon. "Aku panik saat mendapatimu tidak ada disampingku. Tapi saat aku keluar kamar, aku tidak mendapati apa-apa. Dan entah kenapa aku yakin jika kau pasti sedang mencari tahu tentang diriku." Jelas Wonho dengan jujur.

Pria itu membaringkan Hyungwon diranjang sedangkan dia berada diatas Hyungwon. Lelaki manis itu merasakan tanda bahaya namun dia hanya diam saja.

"Aku takut dan gelisah. Aku takut melihat ekspresimu saat kau tau tentangku. Tapi kata-katamu tadi membuktikan segalanya. Aku mencintaimu." Ucap Wonho pelan kemudian dia turun kebawah hingga ke ujung kaki Hyungwon.

Mata Hyungwon memicing saat merasakan Wonho yang mencium ujung kakinya. Sial, pria itu benar-benar membuat Hyungwon gila.

"Kau tau? Kata sebagian orang, ini adalah lambang kesetiaan. Aku menyerahkan seluruh jiwaku padamu. Yah tapi apapun itu, aku memang sudah memberikan segalanya untukmu. Kau duniaku, kau milikku." Sambungnya lagi dan Wonho dapat melihat semburat merah di wajah Hyungwon.

Pria itu lantas mendekati Hyungwon lagi dan meraih tengkuknya. Memberikan ciuman pada bibir yang sudah mengeluarkan pengakuan berharga. Wonho tau jika bibir itu adalah aset paling berharga.

"Nghh..." lenguh Hyungwon sesaat setelah Wonho melepas ciumannya.

"Gawat, padahal aku sudah bercinta denganmu sore tadi." Bisik Wonho kemudian menjilat telinga Hyungwon. Lelaki manis itu mendorong kepala Wonho pelan, "Tidak biasanya kau memikirkan kapan terakhir kali bercinta." Cibir Hyungwon dengan senyuman tipis.

"Baiklah kalau begitu. Mau atau tidak, kau harus menemaniku."

Selanjutnya Wonho mendaratkan ciumannya lagi di bibir Hyungwon. Melumat bibir tebal dan seksi itu dengan pelan. Tangannya bergerilya di dalam baju Hyungwon, mulai menelusuri bagian tubuh yang sudah sensitif itu.

"Ungh.." Hyungwon melenguh ketika Wonho mulai memelintir putingnya. Pria berkulit putih itu memberikan seringaian terbaik saat menyadari jika Hyungwon tidak melawan kemauannya.

Hyungwon merasakan seluruh tubuhnya mulai menegang. Syarafnya benar-benar sudah sangat terbiasa dengan sentuhan dan suara Wonho hingga merespon berlebihan. Bahkan rasanya dia sudah basah hanya dengan diperlakukan seperti ini.

Wonho terus mencumbuinya, mengaduk-aduk mulutnya dan mengabsen satu persatu gigi rapinya. Hyungwon bahkan sudah tidak sadar jika bajunya kini dilepas. Yang bisa dia lakukan hanya menikmati apa yang dilakukan Wonho padanya.

"Akhh! Sial!" umpat Hyungwon seraya menggigit bibri bawahnya saat tangan Wonho meremas sesuatu miliknya dibawah sana. Wonho laknat, mau sampai kapan dia mempermalukan Hyungwon terus heh?

Pria itu mengocok benda yang tengah berdiri dan basah itu dengan telisi, sesekali Wonho menyeringai mendapati wajah Hyungwon yang memerah dan mengeluarkan keringat. Dia -Hyungwon, berkali-kali lipat seksinya jika seperti ini.

"Untuk ukuran pria kau terlalu menawan. Kurasa Tuhan salah memberikan kelamin padamu." Gumam Wonho saat benda panjang ditangannya menyemburkan cairan kenal. Hyungwon bernapas berat dan menantap Wonho kesal.

"Jika aku wanita, kita tidak akan pernah bertemu karena kau gay." Cibir Hyungwon namun disambut gelak tawa oleh Wonho. "Mana mungkin, aku akan straight jika kau wanita dan aku akan gay jika kau pria. Jika kau wanita dan aku wanita, maka aku akan menjadi lesbi untukmu." Ujar Wonho kemudian menurunkan celananya.

Hyungwon menatap benda diselangkangan Wonho yang sudah berdiri tegak dan mengeras. Masih belum cukup keras untuk masuk ke dalam milik Hyungwon sepertinya.

Lalu tanpa diminta atau apa pun itu, Hyungwon bangun dan meraih penis milik Wonho. Dia -Hyungwon, langsung mengulumnya dan Wonho langsung melenguh nikmat.

"H-hei.. Kau menyerangku tanpa aba-aba." Gerutu Wonho ditengah kenikmatannya.

Hyungwon masih mengulum penis besar itu, menjilati batangnya dan sesekali menggigit pangkalnya. Mendorong kecil kepala penis Wonho dengan ujung lidahnya dan mulai jahil menggelitik hingga Wonho sesekali juga mengumpat dan meremas rambut Hyungwon.

Setelah dirasa puas untuk bermain-main dan menjahili Wonho, Hyungwon membuka mulutnya dan mengeluarkan benda tersebut. Kini penis Wonho benar-benar sudah menegang sempurna akibat service yang diberikan oleh Hyungwon.

Tanpa ba bi bu, Wonho mendorong tubuh Hyungwon kini lelaki manis itu terbaring dibawah. Wonho mengangkat satu kaki Hyungwon dan meletakkan kaki itu pada bahunya. Ini agar mempermudah akses masuk ke dalam Hyungwon.

Jleb.

Satu kali hentakan dan sebuah teriakan menandai berhasilnya masuk Wonho ke dalam Hyungwon.

Wonho tak perlu bertanya lagi pada Hyungwon karena lelaki manis itu juga tidak suka menunggu. Rasanya memang sakit namun Hyungwon sudah terbiasa dengan itu, sepertinya dia juga sudah sangat menikmati kegiatan penuh dosa ini.

Wonho bergerak dengan segera, mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan menciptakan suara gesekan antar kulit dan cairan ditubuh mereka. Hyungwon sudah mengeluarkan precum nya lagi dan itu mempermudah Wonho untuk semakin bergerak leluasa.

Hyungwon mencengkram kuat bahu Wonho dan mendesah berulang kali,

"Won-hoo.. nhh nhh...." lenguhnya pelan dengan wajah yang memerah, Wonho menatapnya dari atas dan pria itu entah kenapa jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya pada sang lady-boss.

Belum pernah rasanya Wonho merasakan jatuh cinta yang berulang kali seperti ini. Apakah dia sedang dikutuk atau bagaimana? Tapi apapun itu, meski pun itu kutukan maka Wonho akan sangat mensyukurinya. Dia mencintai orang yang juga mencintainya.

Wonho terus bergerak, mendorong penisnya lebih dalam dan membuat Hyungwon meracau minta lebih. Gerakan penis itu masih teratur, menghantam dinding rektum Hyungwon berulang kali dan menubruk sweetspotnya tanpa ampun. Hyungwon benar-benar ditangani Wonho dengan sempurna.

Pria itu lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Hyungwon, tangan Wonho membelai wajah yang tengah memerah itu dan tersenyum.

"Hyungwon."

"Aku mencintaimu."

***

Changkyun berdiri didepan sebuah bianglala raksasa. Katanya ini adalah salah satu bianglala terbesar didunia dan beruntungnya Changkyun datang ke london saat ini. Dia menatap banyak orang yang datang bersama dengan keluarga atau kekasihnya. Tanpa sadar Changkyun tersenyum, seharusnya tadi dia mengajak teman-teman eksekutifnya yang lain juga agar dia tidak terlihat menyedihkan karena sendiri.

Lelaki manis itu kemudian berjalan lebih jauh dan melihat lebih dekat bianglala yang indah itu.

Waktu yang dia pakai untuk sampai kesini memang lumayan lama tapi melihat pemandangan yang seperti ini sepertinya Changkyun rela-rela saja.

London Eye.

Tiba-tiba Changkyun teringat dengan kata-kata Jooheon beberapa waktu lalu saat mereka naik bianglala. Demi tuhan, wajah Changkyun seketika memerah dan bercampur kesal. Iya dia sangat kesal, kenapa dia harus ingat kejadian itu heh?!

"Changkyun?"

Sepertinya Changkyun berhalusinasi tentang ada seseorang yang memanggilnya. Mana mungkin para eksekutif diam-diam mengikutinya, iya kan? Tapi pengecualian untuk Younghye, gadis itu terlalu suka ikut campur urusan orang dan memiliki rasa penasaran tingkat tinggi.

"Hoi Changkyun, aku yakin itu kau."

Changkyun langsung berbalik dan sepertinya dia benar-benar kekurangan darah sekarang karena dia melihat sebuah ilusi didepan matanya.

"Ah aku harus segera minum penambah darah." Gumamnya sendiri seraya mengusap-usap kepala.

"Aku ini nyata. Demi Tuhan, Im Changkyun!" pria itu meraih bahu Changkyun dan mengguncangkannya berulang kali hingga Changkyun benar-benar sadar jika ini bukanlah mimpi atau halusinasinya. Ini benar-benar nyata.

"Kenapa kau bisa disini?!" teriak Changkyun detik itu juga saat menyadari ini kenyataan. Yang diteriaki hanya menghela napas dan melepaskan Changkyun.

"Aku sedang ada keperluan. Kenapa? Kau kaget kita bisa bertemu? Aku juga kaget." Ujar orang itu seraya menghela napasnya.

Ya, di hadapan seornag Im Changkyun kini ada sosok yang sangat tidak asing baginya. Lee Jooheon, kakak semasa kecil sekaligus musuh -Polisi, dimasa sekarang.

Lelaki manis itu untuk sementara mencerna apa yang terjadi. Apakah ini kebetulan yang sangat luar biasa atau bagaiman? Hei maksudnya, kenapa dia bisa bertemu pria ini dimana-mana? Tidak di Korea tidak di London tetap saja mereka bertemu.

"Karena sudah disini, bagaimana jika kita naik?" tanya Jooheon dengan semangat menunjuk ke arah bianglala super besar itu. Changkyun menggelengkan kepalanya tanda menolak, "Aku hanya sebentar disini. Aku mau mencari tempat duduk saja."

Jooheon mengekori Changkyun dengan patuh hingga lelaki manis itu menemukan sebuah kursi panjang yang kosong, tepat menghadap ke arah bianglala dari kejauhan. Mereka berdua kemudian duduk di kursi itu ditemani cahaya dari lampu yang berjejer rapi.

"Jadi, apa yang kau lakukan di London?" tanya Jooheon membuka pembicaraan karena si manis disampingnya masih terdiam saja seolah tanah yang mereka pijak sangat menarik.

"Untuk menjemput seseorang. Salah satu kegiatan Black Rabbit juga." Jawab Changkyun jujur.

"Bagaimana keadaan organisasimu? Apa leader kalian sudah pulih?" tanya Jooheon sekali lagi. Changkyun menatap pria sipit itu dengan seksama. "Kenapa kau sangat penasaran tentang Organisasiku? Kenapa kau tidak masuk saja dan bergabung dengan kami heh?" tanyanya dengan senyuman mengejek.

Jooheon menghela napas, dia sudah terbiasa dengan kelakuan Changkyun. Ya, dia sudah sangat terbiasa jadi tak apalah.

"Hanya penasaran saja." Jawab Jooheon lalu dia menatap Changkyun dengan lekat, yang ditatap mendadak salah tingka namun tetap bisa menutupinya, "Seandainya aku bertemu denganmu sebelum aku menjadi polisi, maka akan kupastikan aku bergabung denganmu."

Sebuah kecupan berhasil dicuri oleh Jooheon saat Changkyun lengah. Sialan, dia benar-benar mempermainkan Changkyun. Kini Changkyun mulai bersungut dan mengumpat dalam hatinya, apakah semua top itu egois dan selalu mesum?

Tiba-tiba terdengar dering ponsel yang bukan milik Changkyun, artinya itu milik pria disampingnya. Jooheon bergegas meraih benda itu dari sakunya dan mulai menjawab,

"Halo, Ibu?"

Changkyun terdiam. Ibu? Bukankah orang tua mereka-Tunggu sebentar, apa maksudnya ini?

"Ah iya aku sedang di London. Maaf aku jarang memberi kabar, tapi aku baik-baik saja."

".................."

"Sekarang? Aku sedang berada di London Eye bersama adikku."

Adik ya? Changkyun masih diam.

"Dia laki-laki."

"............"

"Ahahaha~ Ibu, jangan membahas hal itu. Aku masih belum berniat untuk menikah muda."

Menikah? Changkyun semakin diam. Apa orang yang dipanggil oleh Jooheon 'Ibu' ini sedang membahas pernikahan?

Tiba-tiba saja Jooheon berdiri dan memberikan isyarat pada Changkyun bahwa dia permisi sebentar. Lelaki manis itu tidak mau ambil pusing namun dia menajamkan telinga untuk mulai menguping-baiklah, tolong coret kata menguping dan gantikan dengan kata lain yang lebih bagus.

"Bagaimana kabar Mina? Bagaimana kabar kalian?"

".............."

"Ah syukurlah. Sekali lagi aku minta maaf karena lama tidak memberi kabar."

".............."

"Hahaha... Sudah ku bilang aku belum berniat untuk menikah muda apalagi membawakan cucu untuk mu."

Changkyun bisa mendengar samar-samar pembicaraan itu. Dia tidak yakin dengan telinganya tapi sepertinya itu benar-benar sebuah telpon dari keluarga. Mina? Gadis mana itu? Siapa dia? Apakah dia kekasih Jooheon? Untuk beberapa detik selanjutnya Changkyun melamun lagi.

Tak lama setelah itu datanglah Jooheon yang sudah selesai dengan urusannya. "Maafkan aku, tadi Ibu asuhku menelpon." Jooheon menggaruk kepalanya pelan sambil memberikan sedikit cengiran kecil.

"Ibu asuh?" Tanya Changkyun yang sepertinya penasaran.

"Bukankah kau meninggalkanku sendirian? Saat itulah aku memiliki ibu asuh, ada sebuah keluarga yang mengadopsi-tidak, mereka hanya merawatku dan memastikan aku makan serta hidup layak. Aku tetap tinggal dirumah yang dibangun ulang dan tetap bisa hidup dari gaji serta tabungan ayah dan ibuku."

Jelas Jooheon lumayan ringan. Pria itu tak menyadari perubahan raut wajah pada Changkyun.

"Lalu bagaimana selanjutnya?" cicit Changkyun pelan.

"Kurasa 2 tahun lalu dia memintaku agar menikah dengan Mina, anak gadisnya. Tapi aku menolak, aku menganggapnya seperti adikku dan aku juga tidak memiliki ketertarikan yang yahh-padanya."

Changkyun benar-benar menundukkan kepalanya saat ini. Dia sadar betul kalau Jooheon pasti sangat menderita setelah apa yang dia perbuat dulu. Tidak, rasa bersalah itu kini mulai memuncak.

"Kenapa? Seharusnya kau menikah saja dengannya agar kau bisa hidup bahagia. Kau tidak perlu menanggung beban lagi, kau bisa bahagia dengan istrimu." Ujar Changkyun dengan napas yang tak terkontrol. Jooheon memiringkan kepalanya keheranan. "Apa maksudmu? Aku menyukaimu, tidak ada alasan untukku bersama gadis itu karena aku tak memiliki perasaan apapun." Jooheon menjulurkan tangannya mencoba meraih wajah Changkyun namun ditepis oleh lelaki manis itu.

"Aku ini hanya adikmu. Iya, aku adalah adik bodoh yang sudah membuatmu menderita bertahun-tahun. Mana pantas aku dicintai." Changkyun mengepalkan kedua tangannya yang ada dipaha dengan kuat.

Entah kenapa dia merasakan perasaan yang belum pernah muncul sebelumnya. Tidak, ini bukan rasa cemburu. Changkyun hanya teringat tentang berapa besar perannya dalam menghancurkan hidup Jooheon. Dan itu adalah 100%, 100% alasan dari hancurnya hidup Jooheon adalah dia.

"Cinta tidak memandang apapun. Oh hei maksudku, kenapa kau ini? Kau aneh. Selama ini ku rasa kita baik-baik saja." Jooheon menyuarakan kebingungannya. Changkyun pun sadar jika Jooheon pasti sangat bingung dengan kelakuannya malam ini.

"Apa yang terjadi padamu? Apa kau tidak enak badan?" Jooheon memegangi bahu lelaki manis itu namun detik selanjutnya Changkyun langsung berdiri.

"Aku tersadar sesuatu. Aku lah dalang dari semua kemalanganmu di masa lalu. Maka dari itu, setelah ini aku ingin kita menjaga jarak."

Bagaikan disambar petir, Jooheon langsung ikut berdiri dan mencengkram erat bahu Changkyun. Mata sipitnya menerawang dan menatap wajah yang tengah menghindari kontak mata dengannya itu.

"Semuanya adalah takdir. Apapun yang terjadi itu sudah berlalu. Sekarang aku mencintaimu, tidakkah kau bisa mengerti perasaanku? Ku pikir kau sudah mengerti dan bisa menerimanya!" suara Jooheon meninggi. Itu suara orang yang sedang kecewa, Changkyun masih hapal dengan nada bicara yang seperti itu.

"Maaf, aku tidak bisa."

Jooheon menggigit bibir bawahnya sendiri. Dia melihat ekor mata Changkyun sudah siap untuk meneteskan air mata.

"Apa maksudmu? Lupakan semuanya dan ayo mulai lembaran baru bersamaku!" pinta Jooheon bersungguh-sungguh sekali lagi.

Selanjutnya tangan Jooheon ditepis oleh Changkyun hingga lelaki manis itu berhasil melepaskan diri. Dia segera berbalik dan berjalan sedikit menjauh dari Jooheon. Namun setelah jarak sekitar 2 meter, dia berhenti sejenak dan bersuara,

"Maaf jika aku bersikap egois lagi."

.

TBC

.


Akhirnya bisa post. Hwhw.. Baiklah, selanjutnya insyaallah fast up :3 Btw, saya lagi kesemsem/? sama Dispenser ganteng dari Boku no Hero Academia, siapa lagi jika bukan Todoroki Shoto. Eh sumpah, itu anak gans sekali, semenya Deku /tebar lope2/. Dan aku lagi baca manganya, hwhw.. Saking gak sabarnya nunggu anime jadi baca manga, wkwk... Makanya ini rada lelet up, harusnya udah selese 2-3 hari yg lalu ini chapter tapi malah gasempet, Todoroki terlalu tamvan untuk dilewatkan :")

Minggu [19:55]
Kalsel, 9 Juli 2017
Love,
B A B Y W O N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top