35th: ME, YOU & DESTINY
DOR!!
Hyungwon melepaskan tembakannya bahkan tanpa berpikir panjang.
Tepat ke arah Wonho.
Namun dia melihat hal yang lain, bukan Wonho yang berlinang darah atau terkapar melainkan sosok gadis tengah berdiri didepan Wonho, dengan tangan kirinya yang digunakan menangkis peluru tadi.
"Eve, aku tidak memberimu perintah." ucap Wonho pada Hyerin yang sudah melindungnya dari tembakan milik Hyungwon.
"Maaf, Tuan. Ini gerakan refleks." Sahut si eksekutif terakhir seraya beringsut kembali ke tempat asalnya.
Wonho tersenyum tipis kemudian melihat barisan para polisi disana, "Hyungwon, jika tembakanmu hanya seperti itu kau bahkan tidak bisa melindungi seekor anak kucing." Cibir Wonho dan tak lupa menyelipkan senyuman meremehkan miliknya. Lelaki manis itu menggeram kesal, dia benar-benar kesal setengah mati dengan Wonho saat ini.
Tidak mau menyerah, Hyungwon kembali membidik Wonho dengan pistolnya. Sebuah tembakan dilancarkan namun Wonho berhasil menghindar hanya dengan sedikit menunduk. Bahkan para polisi kini mulai tidak habis pikir, Chae Hyungwon adalah polisi yang terkenal dengan akurasi tembakannya namun kali ini dia tidak berkutik dihadapan Leader Black Rabbit? Ah ya, mereka mungkin lupa jika Black Rabbit memiliki monster pembidik -Hyerin.
"Ayo Hyungwon, jangan buat dirimu malu dihadapan rekan-rekanmu." Bisik Wonho yang entah bagaimana caranya tiba-tiba saja sudah berada disamping Hyungwon.
Bugh!
Sebuah pukulan telak mengenai rahang bagian bawah Hyungwon, lelaki manis itu meringis dan mengusap darah yang mulai nampak pada sudut bibirnya.
Brak!
Hyungwon lekas berbalik dan mengayunkan kakinya sehingga mengenai kepala Wonho, membuat pria itu sedikit oleng untuk sejenak namun sepertinya itu bukan hal yang terlalu besar, dia sudah biasa mendapatkan serangan kejutan seperti ini.
Pria tersebut lalu kembali meluncur dan berputar menedang tubuh Hyungwon dengan salah satu kaki terkuatnya, membuat si polisi muda terpental sejauh dua meter dan membentur tiang gantungan.
Sedangkan si gadis masih siaga dengan baretta di masing-masing tangannya, dia menatap dengan waspada setiap orang yang ada disana. Jangan sampai ada yang menganggu pertarungan tuan nya atau dia akan mengamuk saat ini juga.
"Hyura, aku tau kau ada disana." suaranya yang sebenarnya agak risih melihat Hyura tengah berjongkok tak jauh dari Jooheon dan Changkyun sambil mengemut permen.
"Ah ketahuan ya." sahut gadis lainnya dan kini semua mata polisi tertuju pada seorang gadis yang baru saja berdiri menampakkan keberadaannya. Mereka mulai was-was, apakah gadis yang satunya itu akan bergerak licik mengganggu pertarungan menegangkan ini?
"Aku tidak ada urusan. Jadi aku hanya menonton!" suara Hyura nampak tidak bersalah sambil melambai-lambaikan tangannya. Hyerin terdiam kemudian mengangkat tangannya, menunjukkan kelima jarinya yang masih sangat utuh. Kemudian perlahan dia membuat bentuk kepalan dari sana. Seperti sedang meremas angin.
Hyura paham dengan tanda itu.
"Sudah di mulai ya? Hei, seharusnya itu perintah adikku." Protes Hyura yang sepertinya tidak terima mendapat perintah dari Hyerin.
"Apa masalahnya? Dia adikmu juga kan, Hyura?" suara Wonho nyaring dan bersamaan dengan tembakan Hyungwon yang mengenai lengan kirinya.
"Tuan." Lirih Hyerin yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Baiklah, sekarang dia bingung harus bahagia atau sedih. Bahagia karena dianggap keluarga atau sedih karena melihat Tuan nya tertembak.
Darah di lengan Wonho berceceran akibat tembakan Hyungwon namun itu tidak mengurangi gerakan si leader sedikit pun. Dia hanya tertawa dan sesekali mengambil napas pelan. Hyungwon sudah berulang kali mengisi peluru namun hanya satu peluru yang bisa mengenai Wonho.
"Apa hanya ini yang kau punya, Hyungwon? Bahkan tembakan ku saat berumur 10 tahun tidak seburuk dirimu."
"Sial!"
***
Dor!
Dor!
Akurasi tembakan Youngmin itu benar-benar baik tapi skill menghindar Kwangmin lah yang terlalu gila!
Bahkan sampai detik ini dia masih belum bisa mengenai adiknya sedikitpun. Kwangmin pun tidak mau membuka pedang nya dan masih bermain-main dengan sarung pedang tersebut, hal itu tentu saja membuat Youngmin kesal setengah mati. Dia sudah menghabiskan banyak peluru namun adik brengseknya ini tidak lecet barang seinci.
"Keluarga Jo itu pandai berpedang, kenapa kau malah memilih pistol? Memalukan." Cibir Kwangmin lalu menghantam pungguh Youngmin menggunakan pangkal pedangnya. Lelaki yang lebih tua beberapa menit itu meringis sakit, dia bahkan hampir tidak menyadari kapan Kwangmin berpindah ke belakangnya.
"Apa masalahmu? Jika kau benar-benar membanggakan skill pedangmu itu, ayo cepat bertarung sungguh-sungguh denganku." cibir Youngmin kemudian melepaskan pelurunya namun kembali bisa ditangkis oleh Kwangmin.
Yang berambut hitam lalu menggaruk pipinya pelan, "Aku main-main seperti ini saja kau tidak berkutik, bagaimana jika aku serius?" tanyanya dengan wajah yang polos namun demi tuhan itu adalah ekspresi paling angkuh yang pernah dilihat Youngmin.
Merasa mood kakaknya semakin buruk, Kwangmin lalu tersenyum kecil dan menarik keluar pedangnya. Pria itu memiliki dua pedang saat ini dan dia membuka salah satu dari mereka.
"Youngmin," panggilnya dan si pemilik nama pun menoleh.
Kwangmin melemparkan pedang yang tadi dia buka lalu disambut oleh Youngmin dengan sangat baik,
"Kau menyuruhku berpedang?" Youngmin menyelidik dan disambut anggukan dari Kwangmin. Pria itu lalu membuka pedangnya juga seolah dia akan serius setelah ini.
Lalu dia tersenyum, sebuah senyuman yang bahkan Youngmin bergidik melihatnya. Ditambah dengan ucapan yang dia ucapkan,
"Kita dilahirkan bersama, jadi ayo kita juga mati bersama, Youngmin."
Kwangmin benar-benar sudah gila!
***
"Kau mengikuti ku ya?" ujar lelaki yang kini memain-mainkan pisaunya. Di hadapannya ada seorang polisi yang sudah bersiap dengan pistol ditangannya.
"Apa yang kalian rencanakan?" tanya si polisi bertanya dengan serius namun laki-laki yang lebih kecil hanya mengusap-usap dagunya. "Membunuh kalian semua, mungkin?" dia malah balik bertanya dan memasang wajah paling menjengkelkan.
Hyunwoo, sebagai seorang polisi tentunya dia tidak tahan mendengar serangkaian kata-kata mengancam nyawa diucapkan semudah itu. Apalagi keterlibatan semua orang didalamnya, itu hanya akan membuat dia merasa gagal sebagai seorang polisi.
Dor!
"Aww!" teriak Kihyun saat peluru ditembakkan ke arahnya. Hyunwoo menggertakkan gigi karena melihat bagaimana Kihyun menganggap peluru tadi sebuah mainan, bagaimana tidak, lelaki manis itu hanya mengangkat satu kakinya dan mengibaskan pisau ditangannya untuk menangkis peluru tersebut, sungguh gerakan dan ekspresi yang mengejek.
"Hyunwoo... Itu berbahaya. Kau tidak boleh menembak ke sini." Kihyun menunjuk lengannya, tempat sasaran peluru Hyunwoo. "Seharusnya kau langsung menembak kesini. Itu baru diperbolehkan, Hyun~Woo~" sambungnya seraya menunjuk ke arah jantungnya sendiri dengan senyuman yang Hyunwoo yakin itu dapat disamakan dengan senyuman psikopat.
"Kihyun, aku tidak bisa membunuhmu. Tapi jika kau terus sep-"
"Hah?" Kihyun memotong ucapan Hyunwoo dengan senyuman manis di dan tatapan tajam di wajahnya.
"Seyakin apa dirimu memangnya? Apa kau sangat yakin sanggup membunuhku meski itu keinginanmu? Cepat bangun dari tidurmu, Hyunwoo. Sampai kiamat terjadi pun, kau berada di level yang berbeda denganku." sambungnya pedas lalu melempar salah satu pisau ditangannya dan berhasil dihindari oleh Hyunwoo.
Hyunwoo menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak mengenal Kihyun yang ini. Dia tidak pernah mengenal orang yang memiliki tatapan pembunuh ini. Yang menganggap nyawa adalah sebuah mainan. Dia hanya kenal Kihyun yang selalu tertawa dan tersenyum.
Lalu,
Dihadapannya ini...
Siapa?
"Kihyun, apa yang sudah terjadi padamu?" lirihnya pelan namun yang ditanyai langsung memasang wajah datar, mengangkat satu alisnya kemudian bersuara, "Satu-satunya hal yang terjadi padaku adalah aku sangat murka karena ada orang yang berani mengganggu organisasi kesayanganku lalu menyandera leader ku." jawabnya dingin lalu menggenggam pisau ditangannya dengan sangat erat.
"Jika selama ini kau berpikir aku tersiksa atau tertekan karena harus mengabdikan diri pada organisasi kotor ini maka kau salah besar. Aku adalah satu-satunya orang yang mencintai organisasiku lebih dari apapun. Meski itu nyawaku sendiri, aku akan mengorbankannya jika demi Black Rabbit ku tersayang." Celotehnya dengan ekspresi yang sungguh membuat Hyunwoo geleng-geleng kepala.
Kihyun kemudian menjilat pisaunya, "Ahh... Hanya Black Rabbit yang selalu bisa memuaskan hasrat membunuhku." Ucapnya lalu menatap Hyunwoo tajam dan menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman paling bahagia yang pernah ada,
"Ayo bertarung sampai salah satu dari kita mati, Hyunwoo."
***
Bugh!
Sepatu Changkyun tepat mengenai kepala Jooheon dengan keras, polisi muda itu terhunyung namun segera kembali berkonsentrasi. Sedari tadi dia lebih sering melakukan adu fisik dengan eksekutif dihadapannya.
Jooheon lalu dengan cepat mencengkram rambut Changkyun, menghantamkan kepala eksekutif Black Rabbit itu pada lantai. Wajah Changkyun sukses menghantam lantai yang dingin namun beruntung dia masih sempat menahan dengan tangannya sehingga tidak terjadi hal yang terlalu fatal. Tulang hidungnya patah misal? Oh tidak tidak tidak.
"Changkyun, apa sebenarnya yang kau incar?" tanya Jooheon yang masih was-was setelah Changkyun berhasil menjauh darinya. Jooheon mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia juga sudah memuntahkan darah setidaknya dua kali akibat pukulan dan tendangan milik Changkyun.
Hal yang menguntungkan adalah yang lebih muda tidak mau menggunakan pistol atau pedangnya, dia hanya menggunakan kekuatan fisik serta pelingdung tangan seperti milik Hyerin untuk menangkis peluru jika Jooheon melayangkan peluru padanya.
Mungkin memang terlihat tidak adil karena Jooheon menggunakan senjata api sedangkan Changkyun tidak menggunakan apa-apa, tapi percayalan jika pertandingan mereka benar-benar lebih adil dari yang terlihat, bahkan hanya dengan kekuatan fisik saja, Changkyun berhasil membuat Jooheon memuntahkan darah berulang kali.
Gelar eksekutif tertinggi miliknya bukan hal yang hanya di dapat dari mengandalkan garis keturunan. Dia benar-benar setengah setan yang sesungguhnya.
"Kenapa? Uhukk! Kenapa kau melakukan ini?" lirih Jooheon seraya memegangi perutnya yang baru saja ditendang Changkyun untuk kesekian kalinya. "Hanya iseng, mungkin?" sahut Changkyun kemudian dia duduk di ujung atap, memperhatikan bagaimana keadaan fisik Jooheon yang sudah sangat tidak meyakinkan.
Lelaki yang lebih muda kemudian mendecih, "Apa hanya seperti ini kemampuanmu? Ayahmu akan sangat sedih jika tau." Dia mencibir. Jooheon sudah tidak mampu tertawa seperti biasanya, bibirnya terlalu sakit untuk sekedar ditarik membentuk senyuman,
"Aku ini memang bukan tandinganmu, Changkyun." Ucapnya lembut dan Changkyun bisa melihat ekspresi yang tenang itu dari wajah orang yang dulu pernah dia panggil 'kakak'.
"Berapa peluru yang masih kau punya?" tanya Changkyun. Jooheon tidak menjawab dan hanya mengacungkan satu jari telunjuknya. Artinya dia hanya memiliki satu peluru lagi, setelah itu habis dia benar-benar akan bergantung pada kekuatan fisik dan keberuntungan yang dia miliki.
Changkyun lalu menatapnya dengan datar, lelaki manis itu kemudian berdiri pada jarak kira-kira 4 atau 5 meter dari Jooheon.
"Aku tidak akan bergerak. Gunakan satu pelurumu itu untuk menembakku dimana pun kau mau." Ucap Changkyun tanpa di duga-duga. Anak buahnya yang berada tidak jauh dari sana juga langsung membelalakkan mata. Apa maksud dari pemimpin mereka ini?! Bahasa tsundere dari bunuh diri dan mengalah?
"Kau tidak takut aku akan menembak kepala atau jantungmu?" ujar Jooheon terdengar mengejek dengan suara yang lemah.
"Laki-laki sejati tidak akan pernah menarik kata-katanya." Sahut Changkyun dengan mantap.
Jooheon menatap Changkyun, lelaki yang ditatap hanya memberikan ekspresi datar sambil berdiri tak bergerak.
Pria bermata sipit itu kemudian mendecih sambil tersenyum tipis, "Che... Aku kalah telak." Cibirnya lalu mengambil pistol dan kemudian mengarahkan pada Changkyun.
Yang menjadi sasaran hanya diam, dia benar-benar tidak akan bergerak. "Anggap saja ini sebuah keadilan, karena kau dan aku ada di level yang berbeda." Ujarnya bersuara mengejek. Mungkin jika dia -Changkyun, mendapatkan tembakan di lengan atau kaki, itu tidak akan menjadi masalah yang serius.
Jooheon tersenyum tipis lalu dengan cepat dia membalik posisi pistol hingga tepat ke arah dadanya,
"Kau menang, Changkyun."
DOR!
"BRENGSEK!!"
***
"Bisa kau dengar dulu? Halo? Kau mendengar bukan?" suara Younghye samar-samar ditengah tembakan yang tidak henti-hentinya terlayang ke arahnya. Gadis merah itu meloncat dengan cekatan ke sana kemari demi menghindari peluru. Dia bahkan sudah melepaskan heels nya karena itu benar-benar merepotkan jika harus duel seperti ini.
"Dengar, aku tidak memiliki niat untuk membunuhmu. Aku hanya ingin membunuh Wonh-tidak, maksudku aku hanya ingin hidup damai. Bisa kah kau diam sebentar?! Aku lelah!" rengek Younghye yang bahkan tidak bisa menghela napas dengan baik.
Mingyu, orang yang sedari tadi diajak bicara masih saja tidak peduli dan terus menembak ke arahnya dalam berbagai kesempatan.
Gadis merah itu juga tentunya tidak bisa menghindari semua serangan sekaligus, bahkan bagian lengan dan paha nya sudah lecet akibat peluru yang tidak sengaja lewat disampingnya.
"Aku akan membunuhmu." Hanya itu yang diucapkan oleh Mingyu dan demi tuhan Younghye lelah mendengarkan kata-katanya. Dia jadi tidak bisa menjalankan rencana yang sudah dia susun sangat sempurna.
Dor!
Darah muncrat begitu saja dari paha milik si gadis, sebuah peluru berhasil menembusnya. Younghye mengumpat pelan dengan bahasa umpatannya yang fasih. Gadis itu kemudian menatap Mingyu sambil menghela napas. Younghye membuang pisau dan pistolnya, begitu pula dengan ponsel yang tadi sempat dia gunakan untuk merekam. Si merah kemudian menepuk kedua tangannya satu kali,
"Baiklah jika kau ingin berakhir dengan kekerasan, aku juga bisa melakukannya."
***
Bugh!
Hyungwon menangkis pukulan Wonho dengan tangannya, namun dia masih kurang cekatan karena itu terbukti dari dia tidak menyadari pergerakan kaki Wonho yang kini sudah membuatnya terhempas ke lantai.
Yang sedang berdiri mencoba untuk melayangkan tinjunya pada wajah Hyungwon namun beruntung lelaki manis itu masih sempat berguling dan menghindari pukulan tersebut.
Jika ada orang yang dirugikan disini maka itu adalah Hyungwon, pistolnya sudah melayang entah kemana setelah Wonho menendang tangannya, dia hanya bisa mengandalkan kekuatab fisik, mungkin ini tidak jauh dari apa yang terjadi dengan Jooheon dan Changkyun.
Bugh!
"Ayo brengsek, kau ingin melindungi teman-temanmu bukan?" umpat Wonho setelah menghantam wajah Hyungwon dengan keras.
Lelaki manis itu meludahkan darah segar kemudian menyapu sudut bibir dengan lengannya. Entah ini sudah pukulan keberapa yang dia dapatkan. Hyerin masih setia dengan janjinya untuk menjaga pertarungan ini. Gadis itu benar-benar tidak membela siapapun dan hanya berfokus pada mengawasi polisi.
Napas Hyungwon sudah tidak teratur, ini bukan pertama kalinya dia berhadapan dengan Wonho tapi ini pertama kalinya dia melihat Wonho serius. Pria itu bahkan tidak mendapatkan memar serius akibat pukulannya, memangnya Wonho ini kulit badak atau apa?!
"Evelyn, jika Hyungwon kalah. Apa yang akan dilakukan selanjutnya?" tanya Wonho seolah bertanya pada gadis pemegang senjata api tersebut. "Perintahmu adalah kewajiban, Tuan." Jawabnya yang berarti semua perintah akan dibatalkan jika ada perintah baru dari Wonho, sang leader.
Pemimpin organisasi itu kemudian tersenyum lebar,
"Jika ini berakhir, ayo kita musnahkan semua polisi di Seoul, Eve."
"Sesuai keinginanmu, Tuanku."
Mata lelaki manis dihadapannya langsung membulat, dia mengepalkan tangan dengan kuat apalagi melihat ekspresi paling brengsek milik Wonho. "Brengsek. Ternyata selama ini aku sa-"
"Jika kau baru menyadari kesalahanmu maka itu adalah kesalahan besar, Hyungwon." potong Wonho dengan cepat.
"Sejak awal, kata 'Kita' memang tidak pernah ada untuk 'kau' dan 'aku'."
Tanpa Wonho duga, Hyungwon melesat ke arahnya dan menghantam wajahnya dengan menggunakan kaki terkuat. Wonho kehilangan keseimbangan dan bahkan terjatuh ke lantai, namun dia segera bangkit sambil memegangi pipinya yang terasa sakit akibat tendangan tersebut.
Hal pertama yang dia lihat dari Hyunwon adalah lelaki manis itu menangis.
Ya, dia menangis.
"Tidak masalah jika semua yang kau lakukan selama ini adalah kebohongan. Tidak masalah jika semua yang kau ucapkan itu hanyalah omong kosong. Tidak masalah jika kau mengancurkan hati ini. Tapi jika kau macam-macam dengan teman-temanku, aku juga tidak masalah untuk menghancurkan diriku sendiri!" ucapnya dengan lantang meskipun Wonho melihat dengan jelas air mata jatuh dari sana.
Tertawa gelak. Pria yang menyandang titel leader tertinggi itu tertawa gelak kemudian menatap Hyungwon dengan tajam,
"Baiklah Hyungwon, ayo bertarung dengan taruhan nyawa semua teman-temanmu-"
"-Atau mungkin nyawa seluruh orang terkasihmu."
.
TBC
.
Mungkin satu chapter lagi tamat. Jadi sebelum tamat, kuy komentar rame-rame supaya saya semangat :))
Btw, COBA TULISKAN KESAN KALIAN TTG FF INI. DALAM ARTI KESELURUHAN YA, BUKAN CUMA KOMENTAR UNTUK CHAPTER. MAU DILETAKIN DI BLURB JUGA, BIAR KEK APA GITU DAH /Alah mbuh/
Minggu [17:57]
Kalsel, 17 Desember 2017
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top