32th: THE REBEL & THE LOVER

“Youngmin?” Hyungwon memanggil nama adiknya yang baru saja selesai latihan menembak itu. Nampak Youngmin langsung menoleh kala mendengar suara sosok kakak yang merawatnya dari kecil hingga sekarang.

Dengan senyuman dia menjawab, “Ya, ada apa?” tanyanya dengan ramah. Yang dia lihat saat ni adalah kakaknya seolah sedang berpikir, mungkin memikirkan sesuatu yang rumit, entahlah dia juga tidak tau.

“A—apa kau sudah tau kalau kau adalah bagian dari Black Rabbit?” dia setengah berbisik bertanya dan hal itu membuat Youngmin kaget. Lelaki manis yang lebih muda langsung melirik ke kiri dan ke kanan sebelum pada akhirnya menarik Hyungwon agar mendekat ke arahnya.

“Bagaimana kau mengetahuinya? Apa Tuan yang memberitahukannya?” Youngmin balik bertanya dengan pertanyaan yang menuntut. Hyungwon menggelengkan kepalanya perlahan. “Hanya firasat.” Bohongnya.

Ah mirisnya kehidupan yang dia jalani saat ini, dia hanya bisa berbohong dan berbohong. Berbeda dengan saat masih bersama organisasi terkutuk namun menyenangkan itu, dia bisa berbicara jujur dan tak ada seorang pun yang mempermasalahkan itu.

Youngmin menghela napas lalu menatap Hyungwon seksama, “Jika aku mengatakan ‘iya’, maka apa yang terjadi selanjutnya?” ujarnya jujur. Hyungwon hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan, “Tidak ada yang bisa ku lakukan.” Dia menundukkan kepalanya sangat dalam. Dia bahkan merasa bersalah dihadapan Youngmin.

Sial!

***

“Hei apa menurutmu Wonho benar-benar akan mati? Sayang sekali, padahal dia masih sangat muda.” Kicau Minhyuk yang kini tengah duduk didepan komputernya sambil merapikan kuku. Lelaki itu memiliki pekerjaan yang penting namun terlihat santai, dia adalah si pengamat saat ini.

Yuan yang duduk tak jauh dari saja menghela napasnya, entah sudah pertanyaan keberapa yang dia dapat. Yang jelas semua orang terlihat biasa-biasa saja jika leader muda itu mati. Oh ayolah, apa hanya Yuan yang tidak mau itu terjadi?! Jika dia menjadi leader karena kematian Wonho maka hilang sudah hidup bebasnya.

“Bukan kah bagus? Younghye sangat ingin jadi leader, kau jadi punya kesempatan menikahinya. Setidaknya dia akan bahagia mengetahui anaknya dipastikan jadi leader selanjutnya.” Sambung Minhyuk lagi dan yakinlah jika Yuan tersedak ludah sendiri. Dia lupa membayangkan bagian yang ini, sungguh!

“Aku hanya berharap semua yang menimpa kita adalah takdir terbaik.” Tak mau berkomentar leih jauh, itu lah yang bisa Yuan ucapkan.

Sepertinya Yuan tidak bisa melihat peluang besar, itu yang ada di pikiran Minhyuk. Ya sudah lah, dia juga paham bagaimana perasaan saudara Kihyun beda ibu ini. Dia –Yuan, pasti masih merasa tidak enak dengan keluarga Shin, atau mungkin jika disini nama keluarga mereka adalah Royalty.

“Peliharaan Younghye, mana kopi ku?!” teriak Minhyuk memanggil dan tak lama kemudian datanglah Shizuya sambil menghempaskan secangkir kopi panas dihadapan Minhyuk. “Jika saja kau tidak lebih tua, sudah ku siram kau.” Geram Shizuya. Sepertinya dua makhluk ini juga kurang bisa akur.

“Shizuya,” panggil Yuan.

Ha’i, master.” Sahut Shizuya dengan riang kala dipanggil oleh sang master.
“Apa kau dapat kabar dari Korea?” nampak Shizuya hanya mengusap-usap dagu pelan. Ingatan gadis itu mungkin kurang baik jika berhubungan dengan tugas-tugas.

“Kurasa tidak ada. Kegiatan mereka tetap lancar di urus oleh Kwangmin dan Kihyun. Tidak ada musuh atau sekutu yang melakukan pemberontakan dan juga sepertinya mereka malah sibuk berpesta.” Cerita Shizuya. Dia tidak bohong, dia selalu tau perkembangan disana karena hampir setiap hari dia selalu membanjiri Younghye dengan pesan-pesan tidak jelas yang dia kirim.

Yuan mengusap dahinya. Rasanya dia migrain mendadak.

“Aku tidak tau apa yang mereka pikirkan. ARGH!! Shizuya! Aku lelah, gantikan pekerjaanku.” Benar saja, Yuan memang langsung migrain dadakan.

Pada akhirnya gadis berambut merah itu lah yang dia suruh untuk menggantikan tugasnya. Minhyuk yang melihat hal itu hanya tertawa geli.

Memang tidak ada tempat yang lebih nyaman di dunia ini selain bersama Black Rabbit.

***

Hyungwon hampir tidak bisa tidur semalaman. Dia terus memutar posisi tidurnya dan itu juga tetap tidak berpengaruh terhadap apapun. Semua yang dia lakukan sepertinya sia-sia. Mungkin karena dikepalanya terlalu banyak pikiran yang berkecamuk?

“Sial sial sial!” dia mengumpat pelan lalu menutupi kepalanya dengan bantal berusaha mencari ketenangan namun tidak dia dapatkan juga.

Hal yang selalu membebani pikirannya terlalu banyak. Hyungwon, di umur yang masih muda ini harus memikul banyak beban dan pilihan. Pilihan untuk dirinya sendiri, untuk rekan-rekannya atau untuk orang lain? Yang benar saja, dimana-mana pilihan yang sulit itu hanya ada dua namun kenapa kini dia malah mendapati 3 pilihan rumit? Jangan bercanda, Hyungwon juga tidak mau menerimanya jika bisa!

Jam dinding berdetak dengan jelas di telinga Hyungwon, seperti jam itu kini ada didekat kepalanya dan berdetak terus menerus. Hyungwon menghela napas dan mengeluarkannya berulang kali. Lelaki manis itu lalu berbaring dan menatap langit-langit kamar tidurnya.

“Haruskah aku bunuh diri?” gumamnya tak jelas. Dia sudah kehilangan kontrol jiwa jadi harap dimaklumi. Lelaki manis itu mengusak rambutnya kasar. “Mana mungkin, Wonho pasti akan marah-marah di neraka nanti.”

Ya, Hyungwon juga tidak pernah berharap bisa mengelak dari neraka mengingat apa yang sudah dia perbuat selama ini. Dia pendosa tapi setidaknya dia sadar diri.

“Apa yang harus ku lakukan?” dia mendesah frustasi dimalam yang berangin.

***

Hyungwon memberanikan diri untuk berjalan ke tempat yang mungkin seharusnya dia jauhi. Lelaki manis itu mengepalkan tangannya sepanjang jalan karena dia yakin ini adalah hal yang tidak baik. Bahkan beberapa polisi yang mengenalnya pun enggan untuk menyapa kala melihat aura tidak menyenangkan darinya itu.

Setelah semalaman berpikir dan mempertimbangkan, mungkin Hyungwon sudah mendapatkan jalan keluar paling mudah atas segala masalahnya. Ya, dia harap setelah ini berakhir maka hidupnya akan tenang dan semuanya kembali normal, setidaknya yang dia tahu.

“Hyung, apa yang terjadi denganmu?” tanya Mingyu yang kebetulan lewat didepan Hyungwon, lelaki yang lebih muda menghentikan langkah sang kakak yang terkesan aneh hari ini. Hyungwon yang tadinya terus menunduk kini mengangkat kepalanya hingga sang adik dapat melihat bagaiaman wajahnya saat ini.

Benar-benar berantakan, setidaknya itu lah yang terlihat dari bagaimana ekspresi Hyungwon. Lelaki manis itu seolah baru saja keluar dari yang namanya penderitaan dan kini dia harus memulai masalah yang baru untuk dihadapi.

“Eh? Apa maksudmu? Aku baik-baik saja.” Hyungwon tersenyum. Palsu. Dia kemudian mendorong kecil adiknya ke samping dan berbisik pelan, “Jangan ganggu aku, Mingyu.” Ujarnya seraya berlalu meninggalkan Mingyu yang tengah kebingungan.

Lelaki manis itu terus melangkah hingga dia sampai pada sebuah ruangan yang kini sudah terasa sangat tidak asing. Bibirnya tersenyum tipis, dia membuka pintu ruangan itu dan mendapati sebuah sosok tengah tertidur didekat jeruji.

Hati nya langsung sakit melihat hal itu. Bagaimana bisa seorang yang terbiasa tidur diatas ranjang mewah kini harus tidur tanpa alas dalam sebuah jeruji. Hyungwon merasakan nyeri lagi pada bagian dalam tubuhnya, namun sayang luka itu bahkan tak terlihat sama sekali.
Dia berjongkok dan memperhatikan bagaimana pria dihadapannya bernapas dengan teratur.

“Wonho,” bisiknya pelan lalu mengulurkan tangan dan mengusap surai yang nampak kotor dan tak terawat itu. Hyungwon mendecih pelan dalam hatinya.

“Wonho, kau harus hidup lebih baik setelah ini. Masih banyak orang yang mengharapkan dirimu.” Ujar Hyungwon tersenyum tipis dan masih mengusap rambut Wonho. Lelaki manis tersebut menghela napas sebelum melanjutkan kembali, “Younghye dan Hyura masih perlu bimbinganmu, para eksekutif masih memerlukan seorang pemimpin hebat sepertimu dan organisasi tentunya tidak akan mau kehilangan penerus yang berharganya.”

Tiba-tiba gerakan tangan Hyungwon dihentikan oleh sebuah tangan lainnya. Hyungwon membelalak kaget saat si pemilik tangan yang tak lain tak bukan adalah Wonho kini sudah bangkit dan menatapnya tajam.

“Jadi kau bermaksud untuk mati konyol hanya demi hal tersebut?” ujarnya tajam. Hyungwon tidak bisa menjawab, lebih tepatnya dia langsung blank dengan pertanyaan seperti itu.

“A-aku tidak mati.” Belanya kala tersadar. Wonho menghempaskan tangan Hyungwon, menepisnya menjauh dan menatap lelaki manis itu dengan serius. “Tapi kau AKAN mati jika melakukan hal yang aneh. Apa yang akan kau lakukan?!” Wonho memberikan penekanan pada beberapa kata yang dirasa penting untuk di pahami.

Yang ditanyai hanya diam tak mau menjawab. Satu hal yang dia pikirkan kali ini, apakah dimata Wonho keputusannya adalah salah?

“Aku akan melepaskanmu.” Lirih Hyungwon sangat pelan namun Wonho masih bisa mendengar kata-kata itu. “Jaga mulutmu Chae Hyungwon. Apa kau berubah menjadi bodoh saat kembali ke kepolisian? Bukankah sejak awal kau berniat tinggal bersamaku untuk ini? Berbahagialah! Ada apa dengan wajah kusutmu itu?” Wonho mencoba menyadarkan bagaimana keadaan Hyungwon saat ini.

Dia –Wonho, berbohong jika mengatakan kalau tidak khawatir. Sejujurnya Wonho adalah orang yang paling khawatir melihat perkembangan mental Hyungwon sampai saat ini. Jelas sekali bahwa lelaki itu kini dilanda masalah batin yang hebat. Wonho selalu terlihat baik-baik saja agar bisa meringankan beban lelaki manis itu namun sepertinya malah berefek terbalik.

“Aku berniat baik kenapa kau malah membentakku?!!” kini balas Hyungwon yang meninggikan suaranya di hadapan Wonho. Lelaki manis itu bahkan berdiri dan menatap pria di sel dengan tatapan kesal setengah mati.

“Itu bukan niat baik sama sekali! Itu namanya bunuh diri!” Wonho tidak mau kalah dalam beradu argumen disaat-saat kritis seperti ini. “Kau membebaskanku lalu selanjutnya siapa yag akan di eksekusi? Satu-satunya orang yang akan dibawa ke tiang gantung selanjutnya adalah dirimu! Kau yang akan dicap pemgkhianat, tidak kah kau memikirkan dirimu sendiri?!” murka Wonho pada orang yang dulu menjadi ladyboss-nya.

Hyungwon menggelengkan kepalanya berulang kali, “Tidak! Masih banyak yang memerlukanmu! Dan aku juga tidak akan bisa hidup dalam rasa bersalah ini, Wonho.” Suaranya merendah di akhir. Rasa sakit yang dia tahan-tahan akhirnya keluar juga. Alasan utama kenapa dia memilih jalan ini adalah karena dia tidak mungkin bisa hidup diatas penyesalan selamanya. Lebih baik dia mati daripada harus menanggung derita seumur hidup.

“Younghye dan Hyura sudah cukup untuk hidup sendiri, para eksekutif ku lebih kuat dari yang terlihat dan organisasi ku adalah organisasi terhebat. Adalah hal yang sia-sia jika kau memikirkan mereka, mereka tidak akan hancur jika hanya kehilangan satu orang sepertiku!” balas Wonho lalu memegangi kedua bahu Hyungwon, mencengkramnya kuat seolah mengatakan kalau dia saat ini benar-benar marah dengan keputusan yang hendak diambil oleh polisi muda itu.

Kemudian keduanya diam, seolah tidak ada yang mau membuka suara. Yang terdengar hanyalah hembusan angin yang menerpa keduanya itu pun juga sangat pelan. Hyungwon menggigit bibir bawahnya sendiri, kenapa niat baiknya malah berujung seperti ini? Wonho seharusnya tidak egois, dia –Hyungwon, juga tidak ingin menderita sendiri. Bagaimana bisa Wonho meninggalkan beban yang begitu besar di pundaknya? Ini tidak adil.

“Kau orang paling buruk yang pernah ku temui.” ucap Hyungwon sinis pada Wonho dan menatapnya sangat marah. Pria yang di tatap juga tidak mau kalah. “Dan kau juga orang paling bodoh yang pernah ada.” Sahutnya. “Kau!! Kau seorang pengecut yang hanya akan bersembunyi dibalik kematian lalu meninggalkan semua orang! Kenapa tidak dari dulu saja kau mati?!!” ucapan itu keluar begitu saja dari mulut seorang Chae Hyungwon.

Plak!

Sebuah tamparan terdengar dan kini yang menjadi korban langsung terdiam. “Aku mengorbankan nyawaku demi nyawamu, setidaknya bisa kah kau menghargainya?! Kau tidak menghargai nyawa yang ku berikan!” bentak Wonho setelah menampar lelaki yang lebih tinggi darinya itu.

Hyungwon memegangi pipinya yang memerah, sudah sangat lama Wonho tidak melakukan kekerasan seperti ini padanya. Yang dia ingat mungkin Wonho melakukan ini saat awal-awal mereka bertemu, namun kali ini Wonho menamparnya? Apa pria itu benar-benar marah?

“Kau...” Hyungwon tidak tau harus marah atau kesal atau apapun itu, yang jelas dia menatap Wonho dengan tatapan tidak percaya sekaligus tidak terima.

“Aku rela tertangkap demi dirimu. Setidaknya tolong hargai nyawa yang ku berikan. Jika pada akhirnya kau memilih untuk mati, sama saja kau tidak menghargai semua pengorbanan dan penderitaanku.”

“Aku menyerah bukan karena takut mati, aku menyerah karena aku takut kehilangan dirimu, Chae Hyungwon.”

***

“Hei hei Kwangmin, kenapa kita tidak memiliki tim pembunuh? Maksudku setiap mafia biasanya memiliki hitman.” Younghye mengoceh ria sambil menonton televisi, acara yang menampilkan sebuah kartun anak-anak sebuah sponge berwarna kuning dan sebuah bintang laut.

Kwangmin yang kini tengah bermain ps bersama Changkyun pun hanya menggidikkan bahunya, “Changkyun, kau bisa menjawabnya?” tanya Kwangmin yang sebenarnya malas berbicara disaat dia sibuk bertarung dengan Changkyun.

“Yang lebih tua harus menjawab pertanyaan yang lebih muda.” Changkyun sialan! Dia mengejek umur Kwangmin rupanya!

“Untuk apa hitman? Bukankah kita, para eksekutif ini sudah merangkap sebagai hitman?” sahut Kihyun yang tiba-tiba muncul sambil membawa beberapa gelas jus dan diiringi oleh Hyerin yang membawa cemilan. Hyura pergi ke gym katanya.

“Ku pikir hitman bagus untuk mendapatkan perintah-perintah yang tidak berhubungan dengan organisasi.” Bela Younghye lalu menyeruput jus jeruk yang dibawa Kihyun.

“Kau bisa bertanya pada Wonho kenapa dia tidak ingin membuat tim hitman.” Kihyun mengakhiri pembicaraan singkat itu.

“Besok dia akan di eksekusi kan? Kapan aku bisa bertanya? Apa saat dia di tiang gantung?” cibir Younghye dan langsung membuat Kihyun tertawa gelak.

***

“Hyungwon?” sapa Jooheon pada seorang lelaki yang tengah duduk termenung disebuah meja dengan segelas kopi. Si pemilik nama langsung mendongakkan kepalanya dan mendapati sosok sipit itu tersenyum tipis. “Boleh aku duduk?” tanya Jooheon lalu disambut anggukan dari Hyungwon.

Sebenarnya Jooheon ingin bertanya sesuatu, yah seperti bagaimana perasaan Hyungwon saat ini, maksudnya besok dia sudah harus mengeksekusi seseorang yang berharga baginya.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya pelan dan disambut kekehan kecil dari Hyungwon, “Apa-apaan pertanyaanmu itu.” cibirnya lalu menegak kopi hingga tandas. Lelaki manis itu lalu terdiam lagi, Jooheon memilih untuk tidak bicara dan kini fokus pada ponsel di tangannya.

Kemudian tak lama setelah itu Jooheon mendesah pelan, “Ada apa?” tanya Hyungwon yang melihat ekspresi kesal dari atasannya. “Ada hal yang harus ku urus sebentar, ya ampun.” Keluhnya kemudian berdiri meninggalkan Hyungwon sendirian.

Namun lelaki manis itu menangkap sebuah benda persegi yang tidak sengaja di tinggalkan oleh Jooheon. Tangannya tiba-tiba saja bergerak untuk meraih benda elektronik tersebut. Hyungwon melirik ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang melihat kegiatannya.

Lelaki itu lalu menekan sesuatu pada ponsel Jooheon. Hingga dia menemukan sesuatu yang dia cari-cari, Hyungwon pun mengeluarkan pulpen dan mulai mencatat sesuatu di tangannya dengan ekspresi paling mencurigakan yang pernah dia buat. Beruntungnya tidak ada yang melihat hal itu.

“Ahh ponsel ku tertinggal!” seru Jooheon lalu berjalan cepat ke arah Hyungwon lagi. “Ahaha.. Baru saja aku mau mengantarkannya.” Ucap yang lebih tinggi kemudian tersenyum dan menyerahkan ponsel pada pemiliknya.
Keduanya pun kemudian berpisah lagi.

Dulu dia pernah berkata tentang hitam belum tentu buruk dan putih belum tentu baik, bukan? Dan sekarang Hyungwon benar-benar mulai mempercayai kata-katanya itu dari hati yang paling dalam.

Kaki nya terus melangkah keluar dari markas yang selalu melindunginya. Langkah kaki itu terasa sangat kosong namun juga berat. Hyungwon bahkan sampai lupa dengan keberadaan sebuah telepon umum didekat markas nya. Aneh, dalam sebuah pulau terpencil seperti ini ternyata ada juga telepon umum. Yah mungkin itu diperlukan jika sedang tidak ada jaringan internet.

Dia lalu melangkah masuk ke dalam box telepon itu,

Dengan gemetar, tangannya mulai bergerak untuk menelpon seseorang di ujung sana. Dia dekatkan gagang telepon ke telinganya dan menunggu seseorang untuk menjawabnya.

Tersambung!

“H-halo?” ucapnya gugup atau bahkan sampai keringat dingin.

“Halooo! Pemilik ponselnya sedang sibuk. Disini dengan Younghye, ada yang bisa dibantu?”

.

TBC

.

Saya ngetik ini sambil dengerin lagu 9Nine - With You / With Me (ED 2 Magi S2)

MAKASIH BUAT 2K NYA!! SAYA SANGAT MENCINTAI KALIAN SEMUAAAA 💞💞💞💞

Maaf banget ya sabtu kemaren gak up, kemaren itu males ngetik karenan simulasi hahaha 😂😂 Ditambah saya lagi marathon nonton Katekyo Hitman Reborn dan hamdalah baru selese kemaren 😂😂 Sama namatin manga Magi, sumpah ya Ja'far itu uke banget, saya SinJa shipper loh /oke cukup/

Dan soal KHR, mungkin kalo ada yg temenan sama saya di IG bakal tau betapa alaynya saya pada story 😂 Animenya lumayan bagus loh, meski tidak sesuai ekspektasi/? awal saya, kisahnya rada bertele-tele /seperti kisah ini uhukk/ dan konfliknya terlalu biasa 😢 Tapi gapapa, yg penting banyak kopel humunya *ggg 😂 Dan kini saya mencetuskan diri sebagai allx27 shipper garis tegang 😂 Suka sama G27, 1827, 5927, R27, 6927, alah mbuh semuanya saya suka 😂 Tapi awal2 nonton saya jatuh cinta sama 5927 😻 Lalu tiba2 dilema sama 1827, dan setelah semakin jauh saya mengaku sebagai 6917 garis depan 😂 I love 182769 😂😂 Apalagi pas saya buka myreadingmanga, itu doujin yg mendominasi ya 6927 😢 Makin gakuku kan jadinya, Muku-chan nya ganteng sih 😢😢

Oke fix ini gabakal selese kalo saya ngomongin anime terus.

Dalam waktu dekat, spin off akhir milik JooKyun akan di post, masih ngetik heh :')

Sampai jumpa minggu depan, update gak menentu ya, karena setiap sabtu saya jalan2 sama keluarga jdi mungkin up nya bisa berubah jdi Jumat 😙

Saya cinta kaliaaan 💞💞

Jumat [17:15]
Kalsel, 24 November 2017
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top