2nd: HE & LIES

Kwangmin, Changkyun, Hyura dan Younghye berlarian disepanjang lorong gedung medis, berulang kali mereka hampir menabrak para suster yang berjaga namun itu tidak menyurutkan semangat mereka sama sekali.

Bruk!

Hyura dengan tak tau dirinya mendobrak paksa pintu kamar yang mereka tuju hingga penghuni di dalamnya kaget dan menoleh refleks ke arah pintu.

"Wonho...." lirih Hyura dan Younghye bersamaan ketika melihat Wonho duduk diranjangnya dengan Hyungwon yang kini menemani, mata Hyungwon terlihat memerah akibat menangis.

Entah kerasukan apa dua gadis remaja itu melepsat menghampiri Wonho dan memberikan sambutan terbaik mereka.

"Hei! Hei! Younghye! Hyura! Hentikan!"

Hyungwon hanya tertawa melihat Wonho dikerubungi dua gadis tersebut, Hyura menjambak rambut Wonho dan mengguncangkan kepalanya berulang kali sementara Younghye sibuk mengguncang bahu Wonho berlawanan dengan arah guncangan Hyura. Yakinlah jika Wonho bisa saja mabuk akibat ini.

"Senang anda sudah kembali, Tuan." Ucap Kwangmin mewakili saat Changkyun sudah berhasil menenangkan dua hama yang menempel pada Wonho.

"Ayolah Kwangmin, haruskah aku menebas kepalamu agar kau paham?" Wonho berucap dengan wajah datar dan langsung mendapat kekehan semuanya.

"Hahaha.. Maafkan aku Wonho hyung, aku hanya rindu memanggilmu seperti itu." Tawa Kwangmin sambil memegangi perutnya.

Wonho lalu menatap semua eksekutifnya satu persatu, dia tersenyum dan kini menatap ke arah Hyungwon.

"Apa kau yang merawat semua anak-anak ku?" tanya Wonho seraya memegangi tangan Hyungwon, lelaki manis itu terlihat malu untuk mengakuinya dan kebingungan mau menjawab apa.

"Mungkin maksudnya adalah 'anak kita', benarkan?" celutuk Changkyun hingga membuatnya mendapatkan empat buah jempol dari Younghye dan Hyura.

Dan sekarang Wonho yang agak salah tingkah.

"Aku yang mengurus Black Rabbit selama kau tidak sadar." Jujur Hyungwon seraya menundukkan kepalanya. Wonho tersenyum lembut dan kini menepuk kepala Hyungwon, "Kau memang yang terbaik." Bisiknya pelan.

Yakinlah jika Younghye dan Hyura saat ini sedang bergandengan tangan sambil meloncat-loncat slow motion gara-gara melihat interaksi Hyungwon dan Wonho yang sudah sangat lama mereka nanti-nantikan.

"Omong-omong, dimana Kihyun?"

***

"Kihyun, apa sudah selesai?" tanya Hyunwoo dari meja makan sedangkan nama yang dipanggil kini berada di dapur untuk memasak.

"Bisakah kau bersabar hyung? Aku bahkan baru berdiri disini 15 menit yang lalu. Jika kau terlambat itu salahkan dirimu yang bangun kesiangan."

Hyunwoo hanya bertanya satu kalimat namun Kihyun menjawabnya dengan beberapa kalimat. Inilah alasan kenapa Hyunwoo tidak pernah menang berdebat dengan makhluk mungil ini.

Mengalah karena tidak mau memperpanjang perdebatan tidak bermanfaat ini. Hyunwoo memilih untuk emnunggu saja didepan meja makan dan duduk dengan manis mendengarkan sesekali celotehan Kihyun yang sangat bermanfaat namun dia malas mendengarkannya.

Tak lama setelah itu datanglah Kihyun dengan makanan yang dia bawa, di letakkannya didepan Hyunwoo makanan itu dan dia juga ikut duduk pada kursi di hadapan Hyunwoo. Hyunwoo menghela napas lega, sepertinya dia tidak akan terlambat.

Perlahan, Hyunwoo mulai mengambil makanan yang dia inginkan sedangkan Kihyun masih memperhatikan.

"Kau suka tamagoyaki?" tanya Kihyun seraya melirik ke arah telur dadar khas jepang yang kini menggulung manis di salah satu piring. Hyunwoo mengeryitkan alisnya, "Ku rasa tidak terlalu." Jawab Hyunwoo dan sekarang malah Kihyun yang mengeryitkan alisnya bingung.

"Aku rasa dulu aku sering membuat tamagoyaki, tapi untuk siapa? Jika kau tidak terlalu menyukainya."

Pertanyaan menakutkan dari Kihyun. Hyunwoo langsung memutar keras otaknya menjawab pertanyaan itu.

"Ah itu, kau memang sering membuatkannya untukku hanya saja aku jarang memakannya, jadi kau berulang kali membuatnya agar aku terbiasa." Jawab Hyunwoo mencoba tenang namun Kihyun sepertinya masih kurang puas dengan jawaban itu.

"Benarkah? Aku merasa jika aku sangat senang membuat itu karena selalu ada yang menghabiskannya lalu memuji masakanku."

"Aku selalu memuji masakanmu dan aku juga selalu menghabiskannya, meski pun aku tidak terlalu suka."

Hyunwoo kini mengambil tamagoyaki itu dan mulai memakannya agar tidak membuat Kihyun semakin kemana-mana pikirannya. Dan sepertinya berhasil karena lelaki mungil itu hanya mengangguk-angguk kecil berulang kali.

"Apa kau memiliki adik perempuan, hyung?" tanya Kihyun lagi secara tiba-tiba.

"Tidak." jawab Hyunwoo seadanya. Namun kini Hyunwoo kembali berpikir, kira-kira apalagi yang akan Kihyun tanyakan? Dia harus bisa menjawab semuanya tanpa janggal.

"Aku merasa jika dulu aku akrab dengan beberapa gadis dan mereka memanggilku 'Daddy'." Kihyun mengambil cangkir berisi kopi kemudian meminumnya perlahan. Lelaki itu memejamkan matanya menikmati aroma menenangkan dari kopi tersebut.

"Itu adalah anak tetangga, tapi sayangnya mereka sudah pindah baru-baru ini." Hyunwoo benar-benar pintar menyembunyikan rasa gugupnya. Mungkin karena dia sering berbohong pada atasannya tentang laporan pekerjaan, jadi mengarang kisah sudah biasa. Haha!

Kihyun mengangguk-angguk paham.

"Baiklah, ku rasa semuanya jelas." Ujarnya dengan senyuman manis yang membuat kedua matanya hilang.

"Aku akan membuat banyak tamagoyaki untukmu." Sambungnya lagi terlihat riang.

Hyunwoo tidak tau harus senang atau sedih, senang karena Kihyun dengan mudah percaya kisahnya atau sedih karena dia harus menjadi orang lain yang dimaksud oleh Kihyun dan menghabiskan seumur hidupnya makan telur dadar jepang itu.

***

"Begitu ya." ujar Wonho seraya meremas selimut yang ada di atas pahanya.

"Aku tidak menyangka Kihyun akan menghilang. Apa kalian sudah mencarinya betul-betul?" sambungnya lagi dan menatap Kwangmin penuh tanya.

"Semuanya sangat yakin. Kami bahkan mengerahkan hampir semua anggota divisi untuk mencari Kihyun sebelum tempat itu diledakkan." Kwangmin meyakinkan.

Hyura, Younghye dan Hyungwon hanya diam menyimak sambil menundukkan kepala mereka. Terlintas rasa bersalah di benak ketiganya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa melakukan apa-apa, Wonho." Lirih Hyungwon membuka suaranya. Namun lelaki manis itu segera terdiam saat tangan Wonho kini berbalik mengusap punggung tangannya.

Wonho tersenyum tulus, "Apanya yang tidak melakukan apa-apa? Kau merawat semua eksekutifku saja itu sudah lebih dari cukup, apalagi kau ikut terjun ke lapangan Black Rabbit. Kau itu yang terbaik dari segalanya." Pujinya pada Hyungwon.

Wonho memang tidak melebih-lebihkan, faktanya mengurus semua eksekutifnya saja suatu hal yang merepotkan, terutama kedua adik tidak warasnya yang entah kenapa sedari tadi Wonho perhatikan mereka terlihat sangat menempel dan manja dengan Hyungwon.

Mungkin ada sesuatu yang Hyungwon miliki tapi tidak Wonho miliki makanya membuat Younghye dan Hyura sangat nyaman bersama Hyungwon? Ah entahlah, setelah ini Wonho harus belajar bagaimana mendidik dua setan itu pada Hyungwon.

"Tapi aku memiliki sebuah informasi. Ehmm.. Ini informasi lama hanya saja aku menyimpannya karena tidak mau membuat Hyungwon berpikir lebih banyak." Changkyun sekarang membuka suara dan semua pasang mata menatap ke arahnya.

"Aku bertemu dengan Kihyun sekitar 2 bulan yang lalu."

Sontak kalimat itu membuat syok semua penghuni ruangan, bahkan mata Hyungwon saat ini hampir tak berkedip. Hyura dan Younghye sudah menganga dan Kwangmin malah menatap seolah mengatakan 'kau yakin?' pada Changkyun.

"Aku benar-benar bertemu dengannya di taman hiburan. Saat itu aku baru saja turun dari Bianglala dan tiba-tiba aku bertemu dengannya sebentar." jelas Changkyun tanpa ada unsur kebohongan didalamnya.

"Dia tidak menyapaku sama sekali dan hanya tersenyum, dia bersama seseorang. Aku merasa itu aneh. Kemudian aku pergi ke restoran terdekat untuk makan dan setelah aku keluar dari restoran, aku mendapati dia dan orang itu duduk di salah satu bangku panjang, aku mendekat dan pas sekali orang itu tiba-tiba menjauh jadi Kihyun sendirian." Dia melanjutkan dengan panjang lebar. Changkyun mengambil napas untuk selanjutnya dan kembali membuka suara.

"Dia lalu menyapaku 'Oh hai.' Seperti itu."

"Lalu aku mengatakan padanya 'Yoo Kihyun. Itu namamu bukan?' dan dia seperti kebingungan denganku."

Baiklah, disini ada sedikit bagian yang di cut oleh Changkyun, bagian ketika Kihyun bertanya 'Emm.. Kau kekasih Sir Jooheon yang tadi kan?'. Mana mungkin Changkyun mengatakan hal sememalukan itu pada semua eksekutifnya, apalagi dia sudah melihat gelagat-gelagat aneh dari Younghye dan Hyura yang mulai memasang ekspresi abstraknya.

"Dia hilang ingatan." Potong Hyungwon cepat dan langsung disambut anggukan oleh Changkyun. Semua mata saling tatap bergantian, mereka tidak pernah membayangkan jika akan seperti ini.

Wonho terlihat berpikir, "Apa kau kenal dengan siapa Kihyun?" tanyanya pada Changkyun dan lelaki manis itu menganggukkan kepalanya pelan. "Dia Son Hyunwoo. Bisa dibilang wakil kepala polisi korea yang sekarang."

Seketika Hyungwon merasa tersedak ludahnya sendiri. Son Hyunwoo? Bahkan Hyungwon sangat mengenal orang itu, rekan kerjanya dulu.

Sedangkan Younghye dan Hyura malah salah fokus pada bagian kepala polisi korea. Heh dasar.

"Kenapa kau naik Bianglala? Hyunwoo dan Kihyun tidak akan menghampirimu jika kau tidak mengenal Hyunwoo atau kau bersama seorang kenalannya."

Boleh kah Changkyun menebas kepala Younghye sekarang juga?

"Apa kau sedang makan malam romantis? Mana mungkin kau mau makan sendirian."

Jika besok adik tertua Wonho alias Hyura ditemukan tewas mengambang disungai, jangan tanyakan siapa pelakunya.

"Benar juga, kau dengan sia-"

"Ada beberapa hal yang memang tidak bisa dibagi ke semua orang. Tolong hargai privasi Changkyun."

Baru saja Wonho ingin menyelidiki juga mengikuti naluri aneh kedua adiknya, suara Hyungwon sudah menghentikan bibir itu dengan suara datar dan wajah sinis. Wonho langsung memberikan cengiran terbaiknya dan Changkyun ingin bersujud rasanya di atas kaki Hyungwon.

"Baiklah, lupakan masalah Changkyun. Sekarang bagaimana caranya kita mengambil Kihyun sedangkan dia amnesia?" ini adalah suara Kwangmin, orang yang terlihat paling waras diantara mereka semua.

Changkyun menghela napas lega.

Wonho terlihat mulai berpikir. "Kira-kira, dimanakah Kihyun berada?" tanyanya. "Aku rasa dia bersama Hyunwoo. Dirumahnya mungkin." Changkyun memberikan sebuah kemungkinan yang ada dikepalanya.

"Kau serius mau langsung bergerak padahal kau baru sadar?" Hyungwon terlihat menyela pembicaraan mereka dan menatap Wonho serius. Dia memikirkan kesehatan Wonho saat ini.

Melihat reaksi dari Hyungwon yang seperti itu, Wonho langsung besar kepala. "Heee~ Tenang saja babe, aku akan istirahat besok. Satu hari saja aku akan pulih. Jadi tugasku masih ku amanahkan padamu sampai besok." Dia berucap dengan senyuman yang menurut Hyungwon-

"Menjijikkan Shin."

Seketika tawa diruangan itu pecah.

***

"Aku akan menugaskan Younghye untuk memata-matai Hyunwoo." Ujar Hyungwon yang sedang duduk di kursi kebesaran milik leader Black Rabbit.

Hyura tidak terima apalagi melihat Younghye yang tersenyum kemenangan. "Tunggu dulu, dia terlalu mencolok apalagi wajahnya terkenal dimana-mana. Kenapa kau tidak menugaskan seseorang seperti Changkyun atau Kwangmin? Atau aku." Ucapnya seraya mengepalkan tangan ke arah gadis berambut merah yang kini menjulurkan lidah padanya.

Hyungwon menghela napas, entah kenapa sekarang dua bersaudara ini sudah seperti tom dan jerry saja, semuanya berawal dari perebutan perhatian Hyungwon. Dan kini malah berakhir dngan rival disegala hal. Ya ampun.

"Ku rasa dia cocok untuk ini, dia sangat peka terhadap keadaan sekitar dan itu memberi sedikit peluang untuk tertangkap. Belum lagi dia bisa menyamar, dia itu yang terlicik dari Black Rabbit." Sebenarnya Hyungwon setengah menyindir, mengingat Younghye lah dulu yang menyeretnya kemari.

Akhirnya Hyura mengalah dan mengatakan, "Baiklah, tapi jika kau ada masalah cepat hubungi kami. Aku tau kau itu juga yang paling ceroboh." Dan sebuah jitakan pun di dapat oleh Younghye namun gadis itu hanya tertawa menanggapi perhatian sang kakak.

"Kwangmin dan Changkyun, malam ini kalian pergi ke pasar gelap dan beli beberapa senjata untuk semua divisi. Aku baru saja memeriksa persenjataan mereka kemarin dan ternyata sudah banyak yang tidak stabil." Lanjut Hyungwon seraya menatap ke arah dua eksekutif terpercayanya.

"Yes, my lord."

Kemudian Hyungwon balik menoleh ke arah Hyura, dia sudah menyiapkan misi lain untuk gadis itu. Intinya, tidak ada eksekutifnya yang menganggur jika dia yang menjadi leader, tidak ada malas-malasan dan semua harus bekerja keras.

"Kau akan mengawasi pergerakan kepolisian. Aku mendengar jika misi kalian kemarin membuat cukup banyak keributan diperbatasan. Aku tebak, mereka akan bekerja sama untuk mengejar Black Rabbit." Dia -Hyungwon, tersenyum lebar khas mafia.

Tidak akan ada orang yang mengira jika lelaki berwajah manis itu adalah seorang polisi sebelum di 'culik' ke Black Rabbit, terlebih lagi dia adalah kepala polisi prefektur Seoul.

"Wow, seperti yang diharapkan dari pemikiran seorang polisi." Ujar Changkyun dan hanya dibalas kekehan oleh Hyungwon. Dia sendiri juga masih bimbang, apakah dia benar-benar yakin dengan jalannya atau ini hanyalah sekedar membuang jenuh. Entahlah, mungkin waktu yang akan menjawab semuanya.

"Jika sudah merasa jelas, kalian bisa bergerak sekarang." Hyungwon berdiri dari kursinya dan memberi isyarat pada semua eksekutif untuk mulai bekerja.

"Yes, my lord." Ucap mereka serempak kemudian segera keluar dari ruangan itu.

***

Wonho masih duduk di ranjangnya dengan sebuah tab di tanga, dia memperhatikan perkembangan Black Rabbit dan perkembangan perusahaan bersihnya selama dia tidak ada. Dan sungguh itu membuat Wonho tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Bagaimana bisa Hyungwon bahkan lebih pandai mengurus Black Rabbit dari pada Kwangmin yang mengurus perusahaan?" gumamnya bangga. Dia melihat selisih angka dari keduanya dan itu di menangkan oleh bisnis gelap mereka, Black Rabbit.

Clek

Pintu kamar dibuka dan Wonho segera menoleh ke arah pintu tersebut, dia mendapati wajah orang yang baru saja dia sebut namanya.

"Apa kau sudah makan?" tanya Hyungwon seraya duduk di kursi samping ranjangnya. Wonho menganggukkan kepala, "Tentu saja, infus tidak akan membuatku kenyang." Dia mengangkat tangannya yang masih terhubung dengan selang infus dan itu membuat Hyungwon tertawa.

"Kau menjadi kurus dan badanmu tidak bagus lagi."

Damn!

Hyungwon terlalu jujur mencibir dan itu membuat Wonho frustasi.

"Hah?! Hyungwon, jadi selama ini kau menyukaiku karena tubuhku?!" pekiknya bahkan membuat telinga Hyungwon agak berdengung. Sialan, pria itu mulai menyebalkan.

"Sejak kapan aku menyukaimu?" balas Hyungwon dan seketika membuat Wonho salah tingkah.

"k-kau tidak menyukaiku?" tanya Wonho dengan wajah memelas pada Hyungwon.

Lelaki manis itu menggeleng dengan wajah datarnya.

"Lalu kenapa kau menungguku bangun? Kenapa kau rela mengambil pekerjaanku? Padahal kau bisa kabur saat aku tidak sadar." Sepertinya Wonho benar-benar tidak terima jika Hyungwon masih belum menyukainya.

"Kau menyukaiku?" Hyungwon balik bertanya sambil memiringkan kepalanya didepan Wonho.

"Tentu saja! Aku mencintaimu!" ucapnya lantang. Benar-benar pria sejati, Shin Wonho.

"Aku juga." Balas Hyungwon dengan senyuman yang tulus.

"Kau saja yang terlalu bodoh dengan kata-kataku." Sambungnya seraya menyentil dahi Wonho dan mencibir.

Wonho masih terdiam. Dia agak loading untuk kasus yang satu ini.

"Hah sudahlah, aku mau mandi." Hyungwon beranjak dan segera keluar dari kamar dimana Wonho berada.

"Maksudnya Hyungwon mencintaiku?" gumam Wonho seraya menggaruk-garuk pipinya.

"Apa dia mencintaiku? Sungguh?!" ulangnya sekali lagi seraya terlihat berpikir.

Selamat kepada Shin Wonho yang memenangkan penghargaan dalam kategori pria paling bodoh tentang cinta!

.

TBC

.

Gabisa nulis apa2, saya lagi marathon nonton Naruto, yosh, Semangat untuk saya :")

Sabtu [17:08]
Kalsel, 3 Juni 2017
Love,
B A B Y W O N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top