29th: TRUST & REASON

"Selamat siang, sir."

"Halo, sir."

"Bagaimana kabarmu, sir?"

Hyungwon hanya bisa tersenyum dan menjawab sesekali pertanyaan semacam itu. Sejak semuanya tau bahwa dia yang memiliki peran besar menangkap leader Black Rabbit, kini semua orang mulai memperlakukannya dengan sangat berbeda. Sebenarnya Hyungwon sendiri agak risih dengan ini tapi ya sudahlah, dia tidak dalam posisi untuk mengeluh saat ini.

Lelaki manis itu kemudian melihat ke arah ruangan latihan terbuka dan mendapati adik pirangnya tengah memegang sebuah pistol lalu mulai membidik. Hyungwon berjalan pelan ke arahnya dan setelah Hyungwon perhatikan ternyata terdapat banyak bekas luka yang terlihat baru. Itu sebenarnya adalah bekas luka yang Youngmin dapat saat bersikeras melawan Changkyun.

"Aku tidak akan pernah kalah." Ucapnya seraya mengepalkan tangan. Hyungwon terhenti sejenak, dia dapat melihat aura yang berbeda dari adiknya itu. Youngmin tidak terlihat seperti Youngmin yang dia kenal. Dia lebih terlihat seperti seekor hewan yang masih liar.

Dan Hyungwon sangat amat kenal dengan aura yang mirip seperti ini, aura hewan buas yang berkelas, Kwangmin. Ah akhirnya Hyungwon sadar jika yang namanya anak kembar memang tidak benar-benar berbeda meski terpisah sekian lama.

"Hyung, apa yang kau lakukan?" tegur Mingyu yang tiba-tiba ada di sampingnya. Youngmin yang mendengar suara Mingyu pun tiba-tiba menoleh ke arah Hyungwon, menyadari keberadaan dua orang lainnya Youngmin lekas melepaskan pistolnya lalu berjalan ke arah Hyungwon.

"Ah apa kau sudah lama disana? Maaf aku tidak menyadarimu." Ucapnya lalu tersenyum tipis.

Saat ini justru Hyungwon yang merasa tidak enak. Ya, dia merasa aneh dengan perubahan mendadak ini. Lelaki manis itu hanya memilih tersenyum dan memberikan cengirannya saja.

"A-aku hanya lewat. Kau berlatih keras ya." Hyungwon berucap setengah gugup.

Mingyu kemudian menepuk bahu Youngmin pelan, "Dia berlatih sangat keras sejak kekalahannya dari salah satu eksekutif Black Rabbit." Jawab Mingyu. "Tapi aku yakin jika dia melawannya sekarang maka Youngmin pasti menang. Dia berkembang pesat beberapa hari saja." Puji Mingyu lagi namun sepertinya Youngmin kurang setuju dengan itu.

Dia berucap sangat pelan hingga hanya Hyungwon yang dapat mendengarnya,

"Kau tidak tau bagaimana para monster Black Rabbit jika serius."

Merasa keadaan kurang baik, Hyungwon pun berpamitan dengan alasan dia ada keperluan. Lelaki manis itu berjalan meninggalkan kedua adik angkatnya dan mulai menyerahkan arah tujuan pada kaki jenjangnya.

Banyak hal yang terjadi selama dia berada di Black Rabbit dan Hyungwon tau hal-hal itu bukanlah hal yang baik. Dia masih sangat ingat bagaimana para rekan polisi nya menceritakan bahwa mereka melihat banyak nyawa teman mereka mati akibat ulah para eksekutif Black Rabbit.

Dan Hyungwon tentunya salah satu orang yang merasa bertanggung jawab atas itu. Karena saat Wonho tidak sadar maka dia lah yang sepenuhnya memberikan perintah pada semua eksekutif.

Ya, Hyungwon juga seharusnya pantas untuk mendapatkan hukuman mati ini. Dia juga sudah memberi perintah yang membuat nyawa orang-orang melayang.

Sementara melamun, kakinya tiba-tiba terhenti dan membawanya pada sebuah pintu ruangan yang amat dia kenal. Sel tunggal dimana Wonho di tahan. Hyungwon mengintip lewat celah-celah disana dan dia menemukan Wonho kini duduk di dekat pembatas sel. Keadaannya memprihatinkan namun Hyungwon tidak bisa mungkin melakukan hal gila kali ini.

Otak dan tubuhnya bekerja bertentangan, saat dia ingin menjauh kaki dan tangannya malah membuka pintu itu dan berjalan masuk. Hyungwon melihat keadaan di dalam, masih sama seperti saat dia bersama Jooheon, terasa sunyi dan sepi. Apa Wonho betah saja ditempat ini? Mengingat dia orang yang lumayan banyak bicara.

Lelaki manis itu kemudian dikejutkan saat Wonho mengangkat kepala lalu menatap ke arahnya. "Akhirnya kau datang." Ucap Wonho pelan seraya tersenyum melihat Hyungwon.

Dia –Hyungwon, membatu ditempat. Dia sepertinya bingung harus bereaksi seperti apa kali ini saat menghadapi Wonho. Mungkin benar kemarin dia juga sudah melihat keadaan Wonho tapi itu terjadi saat pria yang ditahan ini sedang tidak sadar, namun kali ini Wonho benar-benar sadar bahkan menyapanya terlebih dahulu.

"Hyungwon, apa kau baik-baik saja?" tanya Wonho tersenyum. Dia kini berdiri dan memegangi sel yang menghalangi mereka.

Hyungwon berjalan mendekat ke arah Wonho dan menatap nanar keadaan pria itu, kakinya bahkan terlihat membiru dengan darah kering di beberapa bagian lalu tangannya juga memiliki banyak bekas luka. Hyungwon sangat yakin jika para polisi sampai sekarang masih tidak bisa menutupi kemarahannya dari pria bermarga Shin dihadapannya.

Satu tangan Wonho kemudian keluar dan seolah berusaha meraih wajah Hyungwon yang tak jauh darinya. "Syukurlah kau baik-baik saja." Bisiknya pelan lalu mengusap pipi Hyungwon yang hangat.

Lelaki manis itu masih tidak bisa menjawab bahkan saat tangan Wonho yang terasa dingin tersebut menyentuhnya. Hyungwon hanya bisa menundukkan kepala sambil menutup mulutnya rapat-rapat.

"Apa kau sudah tidak mau berbicara denganku lagi?" tanya Wonho yang membuka suara untuk ketiga kalinya. Kepala Hyungwon saat ini terangkat dan dia menatap tepat ke manik-manik mata leader Black Rabbit tersebut, "A—aku.. Kau aneh." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Hyungwon dan membuat Wonho mengeryitkan keningnya.

"Kenapa kau masih bersikap seperti ini padahal aku adalah alasan mengapa kau akan di eksekusi." Ujar Hyungwon yang dengan lancarnya kalimat menyakitkan itu meluncur dari bibir indahnya. Bibir yang selalu menyebut nama Wonho dan selalu tersenyum menyambut kedatangan semua eksekutif Black Rabbitnya.

"Haruskah aku berwajah murung saat kau menjengukku?" jawab pria itu dengan polosnya seolah dia tidak melakukan kesalahan apapun. Hyungwon menggeram kesal. Dia sangat kesal.

Padahal yang dia harapkan adalah Wonho menatapnya sinis lalu tidak mau berbicara dengannya. Setidaknya itu akan mengurangi sedikit perasaan yang mengganjal miliknya. Tapi ternyata itu semua tidak sesuai dengan yang di harapkan, bahkan Wonho menyambutnya seperti ini.

Hyungwon... apa sebenarnya yang sudah kau lakukan?

"Setidaknya bisa kah kau memaki ku? Mengataiku munafik dan melemparkan semua amarahmu padaku?! Apa kau berniat menyiksaku dengan rasa bersalah?!" teriak Hyungwon dengan nada yang tidak terlalu tinggi. Dia menepis tangan Wonho dari wajahnya dengan kuat lalu mengepalkan tangan kesal.

Wonho malah tertawa dengan wajahnya membiru, dapat Hyungwon lihat pria itu mencoba tertawa dengan hati-hati karena pada sudut bibirnya terdapat bekas darah dan memar.

"Jika ada orang yang ingin ku kutuk saat ini maka aku ingin mengutuk eksekutifku, mereka pasti sedang mengadakan pesta karena aku ditangkap. Dan tentu saja bukan dirimu." Jawab Wonho setelah puas tertawa. Pria itu menyunggingkan senyuman yang tiba-tiba membuat Hyungwon sakit dibagian dadanya.

Tidak ada yang melihat hal ini, tentu saja. Jika ada yang melihat mungkin mereka akan terheran-heran. Bagaimana bisa seorang yang katanya terkenal di dunia bahwa kini malah tertawa lepas sambil tersenyum dihadapan seorang polisi.

"Kau masih kekasihku, karena seingatku aku tidak pernah mengatakan kalimat putus padamu, sayangku."

Selanjutnya air mata Hyungwon benar-benar mengalir deras. Lelaki manis itu lekas berbalik dan meninggalkan Wonho dengan cepat. Air matanya turun sangat deras dan dia bahkan tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri.

Semakin dia mendengarkan pria itu maka semakin sakit pula rasa di dadanya. Rasanya sakit, sesak dan juga perih. Ini disebut perasaan apa? Hyungwon hanya bisa berjongkok dan memegangi kepalanya sambil menangis dibalik pintu sel ruangan Wonho.

"Sial."

***

Youngmin berjalan dengan pelan sambil melemas-lemaskan tangannya, dia benar-benar berlatih sangat keras padahal lukanya akibat bertarung dengan Changkyun beberapa hari lalu belum sembuh, benar-benar masih perlu perawatan namun karena darah mafia yang dia miliki membuatnya juga mempunyai rasa gengsi super tinggi. Dia tidak boleh kalah dari eksekutif lainnya.

Lelaki manis itu kemudian menatap langit sore dan mengingat bagaimana keadaan Hyungwon hari ini, tepat sebelum dia kembali ke Seoul, sepertinya kakak angkatnya itu sedang dalam kondisi yang kurang baik, matanya memerah karena menangis. Entah kenapa Youngmin meyakini jika Hyungwon baru saja bertemu dengan Wonho.

Dia menghela napas kemudian berjalan-jalan sambil melihat sekeliling, toko-toko penjual cokelat dan bunga terlihat ramai pengunjung. Haruskah dia membelikan kakaknya itu bunga untuk memperbaiki moodnya? Mungkin besok Youngmin akan kembali lagi ke pulau terpencil itu, dia kembali ke Seoul juga atas perintah Jooheon untuk mengambil dan mengurus sesuatu.

Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada seorang pria berambut hitam dengan syal di lehernya dan plastik belanjaan yang dipangkunya. Pria itu berjalan dengan santai seolah tidak memiliki beban apapun. Dan Youngmin tau jika itu adalah Kwangmin, adik kembarnya.

"Kwangmin." Tegur Youngmin dan membuat si pemilik nama menoleh merasa terpanggil.

"Oh Youngmin? Jika kau berharap untuk menangkapku sekarang maka tempat ini akan jadi lautan darah." Jawabnya dengan ekspresi yang santai. Youngmin menggeram kesal.

Kwangmin kemudian mengunyah roti melon di tangannya tak kalh santai. Youngmin mati-matian latihan tapi adik sialannya ini malah santai-santai saja. Belum lagi rambutnya kini kembali berwarna hitam, Youngmin berani bertaruh jika warna blonde rambutnya kemarin adalah tidak permanen.

"Bagaimana bisa eksekutif sepertimu santai sementara leader mu sebentar lagi akan mati." Cibir Youngmin sinis. "Kau sendiri juga santai, bukankah dia leader KITA." Balas Kwangmin dan tersenyum licik.

"Setidaknya sedihlah karena dia akan dieksekusi." Youngmin kembali menyahut dan membuat Kwangmin menghela napas. "Apa yang harus kami lakukan tanpa perintah? Membantai habis kepolisian? Menghancurkan ibu kota? Katakan padaku, mana yang kau pilih?" Kwangmin berbisik ditelinga Youngmin hingga si blonde merinding.

"Ah sudahlah. Aku kesini hanya untuk membeli beberapa bahan barbeque, bukan meladenimu." Sambung Kwangmin lagi dan berjalan melewati Youngmin begitu saja. Namun sebelum lebih jauh, dia berhenti sebentar, "Dan para polisi jangan terlalu senang dulu. Leader kami tidak selemah itu dan ladyboss kami tidak sebaik yang terlihat."

Tanpa mau menunggu ucapan protes dari Youngmin, Kwangmin pun berjalan dengan cepat dan tak sabar untuk memulai pesta barbeque dirumahnya. Bukannya tidak setia, para eksekutif lebih senang bergerak saat diperintah, bergerak sendiri mungkin akan merusak kepercayaan yang ada.

Toh jika terjadi hal yang paling buruk, mereka hanya sekedar eksekutif. Setidaknya mereka saat ini sedang mematuhi perintah Wonho yang terakhir untuk tidak ikut campur atau tidak macam-macam.

Tiba-tiba saja ponsel pria itu bergetar, sebuah panggilan masuk dan dia langsung meletakkan roti melon di mulutnya. Kwangmin mengangkat ponsel,

"Haaahoo heeooh?" ucapnya dengan mulut yang dipenuhi roti. Maksudnya adalah Halo Vernon.

"Kwangmin, Black Syvers membuat membuat onar dan kali ini mereka mengambil sebagian wilayah Black Rabbit. Master sedang pergi ke cina untuk memeriksa beberapa kebun ganja."

"Hoh? Haho hahahaha heaa—"

"Cepat selesaikan makanmu dulu, sial."

Dan akhirnya Kwangmin baru sadar jika dia bisa memegangi roti melon dan ponselnya dia apit dengan kepalanya.

"Lalu bagaimana? Apa yang kau perlukan?"

"Black Syvers adalah organisasi saingan yang berat. Bisakah kau mengirim beberapa anak buah? 1000 orang tidak masalah."

"1000 orang Black Janus akan berangkat."

Sambungan dimatikan kemudian Kwangmin menghela napas sambil kembali mengunyah roti melonnya yang hampir habis.

"Hah... Melelahkan."

***

Hari selanjutnya, mungkin Hyungwon benar-benar mengharapkan sebuah makian dan cacian dari Wonho. Karena itu terbukti dari kantung matanya yang agak besar, dia tidak bisa tidur nyenyak sedangkan saat dia masuk ke ruangan sel Wonho, terlihat pria itu malah asik tertidur pulas.

Hyungwon meringis, ingin rasanya dia menangis darah saat ini. Apa hanya dia disini satu-satunya yang merasa paling jahat? Tidakkah Hyungwon menjahati kedua belah pihak? Dia mengkhianati kepercayaan Wonho dan dia juga sebenarnya tidak menyangkal jika ditanyai tentang menghilangkan nyawa para polisi.

Hyungwon berjongkok didepan Wonho, pria itu tertidur bahkan sambil duduk dan memegangi jeruji besi. Terlihat wajah itu sangat tenang namun juga tersiksa, tak jauh darinya Hyungwon melihat sebuah kotak p3k. Hal yang aneh, namun setelah Hyungwon amati itu bukanlah kotak p3k biasa, itu adalah kotak p3k pribadi milik Jooheon.

Menghela napas pelan, ya, semua orang juga punya perasaan karena mereka manusia. Jooheon melakukan semua ini mungkin karena dia mengingat Changkyun. Itu hanya prasangka Hyungwon saja, jangan diambil hati.

Tiba-tiba mata Wonho terbuka dan hal pertama yang dia lihat adalah kedua bola mata Hyungwon yang menatapnya. Wonho tersenyum lalu mengusap wajah Hyungwon pelan, "Selamat pagi." Ucapnya lalu terkekeh kecil. Dia tidak terlalu tau jam berapa saat ini namun yang jelas dia baru bangun tidur.

"Kenapa kau terlihat sangat menikmati tempat ini?" ujar Hyungwon dan kini kedua tangannya juga memegangi jeruji besi. Dia berhadapan dengan Wonho namun rasanya jauh sekali untuk menggapai pria itu.

"Mungkin karena kau mengunjungiku?" Wonho malah balik bertanya kemudian tertawa pelan.

"Aku bertanya serius." Sahut Hyungwon setengah kesal. "Aku juga menjawab dengan serius." Balas Wonho tak mau kalah.

Kemudian keduanya sama-sama tersenyum. "Kau yang terburuk." Ujar Hyungwon dengan senyumannya, "Terimakasih." Jawab Wonho kemudian.

Lalu Hyungwon menjauhkan kepalanya dari Wonho, dia menatap tubuh pria itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, sepertinya luka dan memar itu bertambah, namun bagaimana bisa Wonho tidur dengan rasa sakit seperti itu?

"Eksekusimu mungkin sudah dekat dan orang yang akan melakukannya ad—"

"Chae Hyungwon."

"........" Hyungwon terdiam saat Wonho menyebut namanya.

"Aku benar 'kan?" sambung Wonho seolah sangat tenang. Dia –Wonho, kemudian menggidikkan bahunya pelan.

"Kurasa impianmu sudah terwujud. Tuhan memberi apa yang kau inginkan, ingat? Kau ingin membawaku ke tiang gantung." Ujar Wonho lagi dan tersenyum. Tangannya kemudian mengusak rambut Hyungwon pelan.

"Kenapa kau tidak terlihat frustasi sama sekali?" lirihnya pelan.

Wonho hanya tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Hyungwon,

"Mati di tanganmu kurasa tidak akan terlalu menyakitkan."

.

TBC

.

Rencananya ini bakalan tamat di chapter 30-an. Yosh, semangat :)

Maaf kemaren gak bisa update, saya lagi ke wifi.d buat donlot anime eh ternyata entah kena angin apa si wifi malah lelet minta ampun :((

Sudah ah, sampai ketemu di chapter selanjutnya ><

Minggu [17:12]
Kalsel, 29 Oktober 2017
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top