18th: ORGANIZATION & YOU

"Dimana ponselku? Apa tercecer tadi malam? Ah tidak mungkin, tadi malam aku sempat memberi makan kucing virtualku." gumam Younghye sambil berjalan keluar dari kamarnya, dia berencana untuk bermain My Talking Tom -Game kesukaannya, namun sayang ponselnya raib entah kemana.

Gadis itu kemudian memilih untuk berjalan keluar lebih jauh. Yup, dia berjalan keluar rumah, ke arah halaman rumah mereka yang besar, kebetulan di halaman itu terlihat seperti taman karena di hias dengan bunga-bunga dan tanaman cantik.

Dia kemudian duduk di sebuah kursi panjang sendirian. Masih sambil memegangi tiang infus, dia melamun sendiri. Memikirkan perkataan Youngmin tadi malam,

"Aku akan tetap menjadi polisi karena ini takdirku. Tapi aku juga tidak akan mengkhianati Black Rabbit."

Younghye tersenyum mendengar jawaban Youngmin, dia menghela napas kemudian menatap langit malam.

"Aku hargai keputusanmu, Jo Youngmin." Ucapnya mantap.

"Oh, apa kau tidak mau menjalin hubungan dengan Kwangmin? Dia selalu memperhatikanmu dari kejauhan." Goda Younghye selanjutnya dan mendadak wajah Youngmin memerah.

"H-hah?! Apa-apaan kau?! Aku ini kakaknya." Ujar Youngmin setengah panik. Younghye tertawa gelak mendengarnya.

"Omong-omong, apa lelaki itu masih mengejarmu sampai sekarang?" tanya Youngmin serius. "Kau mengingatnya juga?" tanya Younghye agak salut dengan ingatan milik Youngmin yang pulih. "Tentu saja, aku yakin dia masih hidup sekarang."

Younghye tersenyum kemudian, "Ah, Yuan masih hidup."

Gadis itu lalu mengangkat kepalanya, menatap langit yang cerah tanpa awan namun tidak panas. Angin yang sejuk berhembus membuat Younghye betah berada disini, dia kemudian berpikir sejenak,

"Jika aku keluar dari Black Rabbit, mungkin hidupku akan sedamai ini. Ahh~ Menyenangkan." Ucapnya dengan senyuman tipis. Dia memikirkan semua kemungkinan tentang organisasinya terlebih dahulu, makanya dia meminta 6 eksekutif padahal dia hanya ingin eksekutif itu menjadi penggantinya. Younghye benar-benar berniat untuk keluar dari organisasinya.

"Apa kau berniat untuk menjadi sepertiku?"

Younghye kaget kala sebuah suara menyadarkannya, dia menoleh ke samping dan disana dia menemukan Minhyuk sudah duduk di kursi itu juga, tepat tak jauh disampingnya.

Mau tak mau hal ini membuat mood Younghye rusak, "Aku bukan pengkhianat sepertimu." Cibirnya dingin dan detik selanjutnya berdiri hendak meninggalkan Minhyuk.

"Apa bedanya? Bukankah kau juga mau meninggalkan kakakmu?" tanya Minhyuk seraya menarik tangan Younghye dan memaksa gadis itu untuk duduk lagi. Younghye menatapnya marah namun Minhyuk hanya tersenyum,

"Wonho sudah cukup merasa terkhianati olehku, kenapa kau juga harus menambah lukanya?"

Tertegun.

Younghye masih tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Minhyuk. Apa niat lelaki ini kembali sebenarnya? Dia mau merebut Wonho kembali atau hanya sekedar mampir? Younghye tidak merasakan adanya kebohongan dan kebencian dalam setiap kalimat itu.

"Tapi aku tidak berniat untuk mengkhianatinya. Aku hanya ingin kehidupan yang damai." Ujar Younghye dan membuang wajahnya tanpa mau melihat ke arah Minhyuk. Lelaki dengan wajah yang manis itu terkekeh pelan, dia menepuk kepala Younghye,

"Dulu saat aku pergi, aku berniat untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Jadi, apa bedanya dengan dirimu? Dan hasilnya apa? Aku menyakiti kalian semua, benar?" cerita Minhyuk kemudian menghembuskan napas berat. Dia sepertinya sudah menceritakan bebannya.

"Aku berbeda denganmu." Ucap Younghye lagi tetap keukeuh dengan pendapatnya namun jujur dari dalam hatinya dia agak setuju apa yang dikatakan oleh Minhyuk.

"Memangnya setelah ini kau akan kemana? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Minhyuk pada gadis berambut merah yang tengah melamun itu.

"Kurasa, aku ingin berhenti menjadi seorang penjahat. Aku ingin menjadi orang biasa." Jawab Younghye yang kini agak ragu-ragu.

Dia agak ragu dengan keputusannya saat ini. Haruskah dia berhenti dan melukai saudaranya atau tetap disini dan mengorbankan keinginannya?

"Kau ingin mengejar seseorang?" tanya Minhyuk sambil menatap langit. Younghye tidak menjawab,

"Kau tau? Sangat sulit mencari seseorang yang tulus."

"Kenapa kau harus berubah hanya demi mendapatkan cinta? Padahal ada orang yang selalu mencintaimu bahkan setelah mengetahui apa yang kau lakukan di masa lalu, sekarang dan siap menanggungnya bersamamu di masa depan."

Younghye menoleh ke arah Minhyuk yang tiba-tiba saja memberikan sebuah kata-kata yang menurut Younghye agak 'waw' untuk seorang Lee Minhyuk. Jarang-jarang bukan Younghye mendapati Minhyuk bersikap bijaksana? Bahkan dulu pun Minhyuk bukan tipe pemikir dewasa seperti itu.

Minhyuk menoleh kebelakang dan mengeryitkan alisnya, dia merasa seperti ada orang yang baru saja menjauh setelah menguping pembicaraan mereka. Tapi yah sudahlah, Minhyuk juga tidak mau ambil pusing, merepotkan saja.

"Hei Minhyuk, jika aku berhenti menjadi eksekutif Wonho dan menjadi orang biasa, apa Yuan masih menyukaiku?"

Strike!

Minhyuk yang tadinya memasang wajah kalem kini tiba-tiba memasang wajah syok setengah mati. Apa dia salah sasaran dari tadi? Maksudnya, apa Minhyuk salah menangkap maksud Younghye?!

"Tunggu dulu, sebenarnya kau melakukan ini untuk siapa? Siapa orang yang kau kejar? Argh! Aku terlihat seperti orang bodoh. Memalukan." Frustasi Minhyuk seraya mengacak-acak rambutnya kesal.

Sedangkan Younghye kini menatap Minhyuk dengan tatapan aneh, hei Younghye salah apa memangnya?

"Tidakkah kau ingin menjadi orang biasa agar bisa dekat dengan adik Hyungwon itu?" tanya Minhyuk dan menatap si gadis merah dengan tajam.

Younghye menggaruk kepalanya, "Y-yah.. Kurasa itu niat awalku. Tapi sekarang mungkin sudah berbeda." Jawabnya agak gugup dan Minhyuk menepuk dahi pelan. "Tunggu! Kau tau itu darimana?!" histeris Younghye selanjutnya kala menyadari kalau Minhyuk tau tentang hal rahasia itu.

"Aku punya banyak jalan untuk mendapat informasi." jawab Minhyuk dengan bangga.

"Kalau begitu ini lebih mudah." Sambungnya lagi bersemangat dan tersenyum lebar, "Mau menjadi seperti apapun dirimu, 'dia' pasti selalu menerimamu dengan tangan terbuka." Sambungnya lalu mengusak rambut merah Younghye dengan gemas.

"Tapi kau tidak harus menjadi orang biasa, mengorbankan keluargamu adalah hal yang buruk. Apapun yang terjadi diantara kalian, jika kalian saling mencintai, maka semuanya pasti akan berakhir bahagia." Ucap Minhyuk lagi dengan bangganya.

"Lalu, apa itu artinya kau dan Wonho dulu tidak saling mencintai?" tanya Younghye dengan ekspresi datar dan membuat wajah bangga Minhyuk berubah,

"Ahh Younghye, jangan membuatku sedih." Jawabnya berpura-pura sedih dengan ekspresi yang di buat-buat lucu dan mau tak mau Younghye terkekeh melihatnya.

"Aku tidak tau kau ini berada di pihak mana, tapi aku ingin mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang kau berikan." Minhyuk tersenyum lebar kala mendengar itu dari Younghye,

"Ayo kita tos!" ucap Minhyuk riang.

"Yoshh!!"

***

Kihyun menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Dia menatap langit-langit dan memikirkan kata yang diucapkan Minhyuk tadi. Pikirannya mulai kemana-mana dan dia benar-benar perlu kejelasan tentang ini.

Hyunwoo tiba pernah mengatakan apapun padanya tapi sepertinya dia memiliki suatu hubungan dengan Minhyuk. Hal ini membuat Kihyun jengkel sekaligus kesal dengan Hyunwoo. Kenapa pria itu menyembunyikan sesuatu darinya saat dia tidak menyembunyikan apa-apa?

Kihyun masih ingat bagaimana pertemuan mereka, lewat sebuah situs tak jelas yang akhirnya membuat keduanya tidur di sebuah hotel. Yah awalnya Kihyun hanya coba-coba setelah dia mengundurkan diri dari Black Rabbit dengan alasan mencari kebebasan, meskipun saat itu dia sempat berdebat dengan adiknya -Yuan.

Karena kejadian dihotel tersebut, mereka jadi sering berkomunikasi dan juga mereka sering bersama.

Kihyun tengkurap diatas ranjang dan memperhatikan Hyunwoo yang tengah membaca buku di mejanya.

"Hei Kihyun, aku penasaran sampai saat ini. Kau itu sebenarnya-Apa pekerjaanmu?" tanya Hyunwoo blak-blakan dan Kihyun terlihat tidak kaget dengan pertanyaan itu, dia hanya mengusap-usap dagunya dan kemudian menjawab.

"Aku musuhmu." Jawabnya enteng. Kihyun tau kalau Hyunwoo adalah seorang polisi.

Hyunwoo menutup bukunya dan menatap Kihyun, "Kau pembunuh?"

"Kurasa iya."

"Perampok?"

"Kurasa juga iya."

"Kau seorang mata-mata?"

"Kurasa itu salah satunya."

"Kau tergabung dalam sebuah organisasi?" tanya Hyunwoo semakin penasaran. Kihyun masih menganggap semuanya enteng, dia sama sekali tidak takut jika membeberkan semuanya pada Hyunwoo. Dia tipe orang yang cuek tentang itu.

"Kau kenal Black Rabbit?" bukannya menjawab, Kihyun malah balik bertanya dan Hyunwoo pun mengangguk.

"Aku adalah mantan intelijensi Black Rabbit." Jawabnya santai dan Hyunwoo mengangguk-angguk.

"Baiklah."

Wajar saja jika Hyunwoo tidak terlalu kaget saat mengetahui kalau Kihyun adalah musuhnya. Emh... Bukannya tidak terlalu kaget, hanya saja tidak terlalu ambil pusing tentang hal itu dan jujur saja Kihyun merasa nyaman ketika dia bisa jujur tentang keadaannya.

Dan omong-omong, sudah berapa lama dia tidak menghubungi Hyunwoo?! Sejak ingatannya pulih, dia sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Hyunwoo. Yah dan Kihyun juga sedikit sebal karena Hyunwoo membohonginya dan memanfaatkan amnesia yang dia derita.

Dia benar-benar harus meminta penjelasan entah dari Minhyuk atau dari Hyunwoo. Dia tidak mau di cap oleh Minhyuk sebagai si perebut milik orang.

Yang benar saja, dia dan Minhyuk dari dulu memang sering bertengkar tak jelas meski pun posisi Minhyuk lebih tinggi darinya.

"Sialan, aku tidak pernah merebut milik siapapun!"

***

Pada akhirnya disinilah Changkyun berada, bersadar pada sebuah tembok yang di sisi lainnya juga di sandari oleh Jooheon. Keduanya tidak saling bisa menatap namun sepertinya itu sudah lebih dari cukup bagi Jooheon, asalkan dia bisa berbicara dengan Changkyun yang keras kepala dan tsundere luar biasa ini, dia sudah bersyukur.

"Aku rasa kau menjadi aneh setelah aku membahas Mina dan keluarga angkatku saat di London dulu." Ucap Jooheon memulai pembicaraan dan Changkyun mendengus sebal.

"Ya. Kau seharusnya memikirkan hidupmu dan bukannya membahayakan hidupmu dengan mendekatiku." Balas Changkyun yakin.

Jooheon menghela napas berat, "Tapi faktanya kau melindungiku, kau yang melindungiku dari kematian yang sia-sia. Kau ingat dulu saat aku ingin menyerang pelelangan di kapal?" ujar Jooheon.

"Itu hanya kebetulan dan keberuntungan. Dengarkan aku Lee Jooheon, jika tuanku yang absolut itu memerintahkan untuk menghancurkan kalian semua. Maka yang bisa ku lakukan adalah menurut. Kecuali jika adiknya menolak dan membantah, mungkin itu bisa di batalkan." Ucap Changkyun jujur.

"Y.iE adalah adik leadermu iya kan? Dia kemarin juga melindungiku. Kenapa ya?" Jooheon seolah bertanya-tanya dan membuat Changkyun kesal.

"Mungkin dia menyukaimu." Cibir Changkyun yang sudah jengkel dengan Jooheon. Entah kenapa akhir-akhir ini setiap melihat Jooheon dia menjadi jengkel. Hahaha...

"Hei Changkyun,"

"Hm?"

"Tapi ku rasa kau benar. Cepat atau lambat, kita akan bertemu di medan yang tidak bisa dihindari." Ucap Jooheon membuat Changkyun agak heran sekaligus penasaran.

"Maksudmu?" tanyanya.

"Kepolisian sudah membuat rencana untuk penyerangan dadakan ke markas kalian. Kebetulan sekali orang-orang yang dicurigai sebagai sang kepala Black Rabbit semakin diperkecil."

Changkyun terdiam.

"Para pembisnis yang hadir saat pertemuan di gedung dulu. Waktu penyerangan kelompok yang menamai diri mereka Zero, kau ingat kan? Kau juga saat itu melindungi Tuanmu, benar kan?"

Tubuh Changkyun menegang. Apakah Jooheon menganalisa ini semua?

"Black Rabbit memiliki beberapa eksekutif wanita. Dan hanya ada seorang pria yang membawa gadis muda sebagai pengawalnya."

Tanpa sadar Changkyun mengeluarkan keringat dingin di tubuhnya. Sepertinya Changkyun benar-benar cemas saat ini. Bukan mencemaskan tentang dirinya, tapi mencemaskan organisasinya.

"Dan ternyata gadis-gadis muda itu bahkan jauh lebih kuat dari yang terlihat. Kau pikir gadis mana yang bisa menghabisi puluhan orang sendirian tanpa rasa takut? Bahkan melihat darah dan tubuh yang mengenaskan pun mereka seolah biasa. Jawabannya adalah mereka sudah terlatih dalam hal itu."

Jooheon hendak kembali membuka suaranya namun di potong terlebih dahulu oleh Changkyun,

"Lee Jooheon, aku bisa saja menghancurkan markas kepolisian saat ini juga jika kau macam-macam dengan Tuanku." Ucap Changkyun tajam dengan nada yang sinis.

"Ini masih aku rahasiakan. Hanya ada beberapa orang yang tau teoriku. Tapi dilihat dari bagaimana reaksimu, sepertinya aku benar. Iya 'kan?" ujar Jooheon lagi dan kini Changkyun sudah mengepalkan tangannya geram.

"Aku sarankan untuk tidak macam-macam atau seluruh polisi di negara ini akan di musnahkan oleh Tuan ku. Kekuatan kalian masih belum setara dengan kekuatan kami. Senjata saja yang digunakan tidak akan bisa menghancurkan kami." Ucap Changkyun tegas dan memberitahukan bahwa mereka dan organisasinya berada dalam level yang berbeda.

"Black Rabbit sedang memasuki era 6 eksekutif dan eksekutif baru kali ini adalah tipe jarak jauh. Sniper kalian tidak akan bisa setara dengan mereka. Apalagi ketua eksekutifnya memiliki akurasi tembak sejauh mata memandang." Jelas Changkyun dan sebenarnya itu membuat Jooheon agak kaget. Dia baru tau jika Black Rabbit menambah eksekutif baru. Apakah ketua eksekutif kali ini adalah gadis asing yang dia lihat saat malam itu?

Tiba-tiba saja Jooheon teringat saat dia sempat mendengar Y.iE berteriak ke atas. Eve. Itu adalah nama yang masih asing. Dan Jooheon yakin jika Eve adalah ketua eksekutif baru itu. Meski pun Jooheon juga penasaran alasan mengapa Y.iE tertembak dan melindungi Mingyu.

"Dan kami juga memiliki Y.iE. Dia bisa menciptakan berbagai macam bom dan ramuan untuk menyiksa kalian. Jika kau masih menyayangi nyawamu, jangan ganggu organisasiku." Final Changkyun memperingatkan.

Jooheon terdiam setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Changkyun. Dia tau betul tentang hal itu sebenarnya. Ya, dia tau kalau mereka mungkin masih belum cukup untuk melakukan perlawanan. Tapi apa boleh dikata, yang di harapkan Jooheon hanyalah keajaiban.

"Changkyun, apa kau mencoba untuk melindungiku?" tanya Jooheon dan tersenyum tipis. Dia yakin saat ini Changkyun memasang wajah syok saat mendengar pertanyaannya.

"H-hah?! Apa-apaan itu?! Aku hanya membicarakan tenga betapa hebatnya organisasiku! Bodoh!" balas Changkyun berteriak. Jooheon terkekeh pelan.

"Tapi, ku rasa ini tidak dapat di hindari. Karena apapun yang terjadi, cepat atau lambat, kita pasti akan berhadapan." Ujar Jooheon mengakhiri pembicaraannya.

***

"Tuan, ada pesan masuk dari cabang London. Vernon yang mengirimnya." Ujar Kwangmin seraya menyerahkan ponselnya pada Wonho.

Pria itu mengambil ponsel di tangan Kwangmin dan mulai membaca pesan singkat yang di kirim oleh Vernon, eksekutif Black Janus di London.

"Organisasi itu-jangan harap mereka berhasil mengambil wilayahku." Geram Wonho kala membaca pesan yang di kirimkan oleh Vernon. "Yuan sialan, seharusnya dia bisa menyelesaikan ini seperti biasanya. Kenapa dia?!" gerutu Wonho selanjutnya dan memijat dahi sendiri.

"Shizuya rajin melaporkan keadaan Ares kepada saya, Tuan." Ucap Kwangmin dan Wonho menatapnya penuh penasaran. "Apa saja yang terjadi pada lelaki masokis itu?" ujar Wonho lalu meminum vodka pada gelas yang bertengger manis diatas mejanya.

"Shizuya mengatakan sejak Ares pulang ke London, fokusnya berkurang dan sering melamun." Jawab Kwangmin dengan singkat, padat dan sangat jelas.

Wonho menghela napas berat, pria itu memasang ekspresi datar dan kemudian membenturkan kepalanya ke atas meja. Wonho lelah dengan semua ini, dia perlu Hyungwon untuk memeluknya.

Baiklah Wonho, cukup kemesumanmu.

"Hei Kwangmin," ujar Wonho masih tidak mengangkat kepalanya dari atas meja.

"Iya, Tuan?" jawab Kwangmin.

"Haruskah aku mengirim Younghye ke London?"

Kwangmin diam dan tak menjawab. Apa maksudnya Wonho mengaitkan segala tentang Yuan itu pada Younghye?

"Ahh tapi aku masih tidak rela. Dia adalah salah satu adikku yang berharga. Mungkin Hyura akan kesepian jika Younghye pergi. Meskipun ada Hyerin, tapi mereka berdua tipe yang hanya akan bicara jika diajak bicara duluan." Ujar Wonho panjang lebar setengah menggerutu.

"Parahnya, nanti Hyungwon juga kesepian karena kehilangan salah satu anak kami."

"Dia adikmu, Tuan." Sahut Kwangmin dengan ekspresi datar.

Kwangmin yakin jika Yuan tidak beres bukan karena apa-apa, tapi karena memang semua Leader Black Rabbit seperti ini. Black Rabbit memiliki sekitar 5 orang leader yang artinya ada 4 cabang. Dan jika di kumpulkan maka dapat Kwangmin pastikan tidak ada satu pun dari mereka yang beres.

"Tapi aku tidak bisa membiarkan kerja Yuan menurun. Hmm.. Black Syvers.. Organisasi sialan itu tidak boleh semakin menjadi-jadi di London." Gumam Wonho kemudian mengangkat kepalanya dan menopang wajah dengan tangan.

"Kwangmin, perintahkan kepada Vernon untuk mengambil alih perintah Black Rabbit disana sementara." Perintah Wonho dan membuat Kwangmin agak kaget. "Lalu bagaimana dengan Ares?" tanyanya.

"Tenang saja, aku akan segera membereskan anak itu." dan selanjutnya Wonho berdiri lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.

"Tuan, mau kemana?" tanya Kwangmin sambil mengikuti sang Tuan.

"Menemui sumber masalah Yuan."

.

TBC

.

Nanti mungkin saya bakal post Spin Off spesial, jadi yang betah nongkrong disini ya >^<

Sengaja postnya hari ini, anggep aja bonus chapter gitu ya, hahaha... Pengennya tadi masukin HyungWonho, tapi saya masih belum dapet ide, masih kurang greget kalau dimasukin sekarang :)) Biarkan mereka bahagia dulu disini yakan :))

Omong2, gausah diambil pusing soal Black Syvers. Ending di book ini gak kayak di book 1 yg berakhir dengan bentrok gaje kok, ini beneran Police vs Villain ntar *eh. Black Syvers hanya sebuah pajangan nama 'untuk book ini'. Hehehe.. Hehe.. /Apasih by/

Ciee ada yang kapalnya berlabuh *gg. Padahal niat saya mau bikin Spin Off khusus ShowKi, tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan, jadi saya cancel dan hanya dimasukkan sedikit ingatan Kihyun di chap ini. Terima kasih untuk yang sudah mau membaca dan memberikan dukungan serta komentar, saya cinta kalian ><

Minggu [17.00]
Kalsel, 27 Agustus 2017

Love,
B A B Y W O N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top