[S2] 2. Hera: Lo Cuma Mau Joshua

"Let me get this straight. Lo masih pacaran sama Davin?"

Jujur, Rena ketar-ketir sekarang. Soalnya ekspresi Hera beneran nggak enak—pake banget—diliat. Kayak mau nelan Rena ampe nggak ada sisa abis. Tapi kalau Rena nggak nyaut juga bakal abis di tangan Rena. Udah kadung ini.

Toh, dari awal Rena emang udah neguhin niat buat cerita dan “minta tolong” sama Hera meskipun awalnya ogah-ogah in the club. But, yeah, Hera ini yang paling bisa diandelin soal ginian.

Rena ngangguk pelan. "Yes …."

"Dan lo jalan sama Joshua?"

"Jalan dalam arti—"

"WHAT THE HELL IS WRONG WITH YOU, BANGSAT!?"

Yep. Rena nggak salah tebak. Hera auto ngamuk.

"Her ...."

"SIAPA YANG BIKIN LO JADI GINI, HAH?" Hera mencak-mencak. Dia mijit pelipis. Ekspresinya beneran kek nggak habis pikir gue. "Lo abis kesambet apa, Belalang Nungging? NGAKU!"

"Kagak kesambet ya, anjing!" Rena nggak terima. Bibirnya ngerucut. "Gue emang jalan sama Joshua, tapi gue sama dia nggak pacaran. Jelas, Hera Sayang? Apa perlu gue korek telinga lo pake tang?"

"MATA LO GUA COLOK SEKARANG JUGA!"

Rena kira Hera ngancem doang, ternyata kakaknya satu itu beneran miting Rena terus nyosorin dua jarinya ke mata Rena.

"HERA BANGSAT! GUE ADEK LO!"

"KAGAK!" Hera ngencengin head lock di leher Rena. "Adek gue kagak selingkuh!"

"GUE NGGAK SELINGKUH!"

"Tolol! Masih ada muka lo buat ngelak?" Hera ngelepasin Rena juga akhirnya.

Mereka tuh lagi duduk sebelahan, di sofa di ruang tengah. TV nyala tapi nggak ada suaranya. Sengaja dikecilin Hera ampe nol pas Hera bilang mau cerita soal Joshua.

Sekarang, abis Rena cerita, Hera malah hampir ngebunuh dia.

Ini mending Rena kabur ajalah! Bisa mati muda di tempat kalau lama-lama di sini.

"Coba aja kalau lo mau kabur, gue bakar tuh apartemen sama lo-nya sekalian ampe angus," ancam Hera.

Rena ngerengut. "Lo udah janji nggak marah ya, babik!"

"Lo yang bikin gue naik darah!" Hera emosi. "Gosh … Re, gue emang bilang jangan bikin Davin jadi pelarian, tapi nggak gini juga caranya. Yang lo lakuin malah makin parah."

"GUE NGGAK SELINGKUH!" sembur Rena. "Kapan lo stop nge-judge gue, setan? Gue udah bilang dari awal. Gue pacaran sama Davin. Sampe sekarang pun masih. Tapi gue nerima perasaan Joshua. Itu doang!"

Hera ngeremas rambut. Rambut shining shimering splendid-nya auto berantakan pas dia berdiri terus ngacir nggak tau ke mana.

Rena nengok ke mana kakaknya ntu. Elah ternyata ngambil stok wine dong, Sayang.

"Anjay. Good stuff." Rena hampir ikutan mau nuang sebelum ditampar tangannya ama Hera. Kenceng banget lagi. "BANGSAT KOK GITU?"

"Ini buat gue ya, goblok!" Hera nengguk wine yang udah dia tuang ke gelas. "Gue butuh yang lebih strong dari ini. Whiskey enak keknya. Sekalian biar gue mampus aja dari dunia ini," dia malah ngegumam.

Rena muter bola mata dengernya. "Alay banget, tolol."

"Jangan ampe nih botol melayang ke muka lo, Renata," Hera ngedesis. Tatapannya setajam belati. "Kali ini, gue beneran serius."

Ngedenger itu Rena auto mingkem.

Hera beneran murka rupanya.

Buat sesaat hening, nggak ada yang ngomong. Hera beneran ngambil whiskey terus dia minum. Rena mau negur tapi mager. Takut betulan dihantam pake salah satu botol yang diembat kakaknya.

"Kapan lo mau putusin Davin?" tanya Hera mecah hening.

Rena ngelirik Hera. "Gue nggak tau."

"Goblok!" Hera ngumpat. "Biar gue tebak: lo nggak mau nyakitin Davin. Iya kan?"

"Jangan sotoy!" Rena ngebuang tatapan ke arah lain. "Gue cuma nggak tau kapan momen yang pas buat ngelakuin itu. Terus—"

"Terus?"

Rena ragu ngomongnya.

"Rena." Hera ngedesak.

"Gue masih nggak tau apa Joshua bakal nepatin janjinya atau nggak," sahut Rena.

"Takut kemakan janji bangsat, ya?" Hera ngambil sebatang rokok terus dia nyalain. Ada jeda pas Hera mulai ngisap rokoknya. "Gue nggak yakin Joshua bakal bisa nahan kontolnya buat nggak nyolok sana-sini."

"Soal itu, biar gue yang ngurus. Gue cuma mau minta satu hal sama lo, dua hal. Makanya gue dateng ke sini dan ceritain ini ke lo."

Hera diem.

"Jangan sampai Bang Bian tau," pinta Rena.

Hera yang awalnya udah mulai chill jadi bereaksi lagi. Bedanya sekarang dia ketawa hambar. "Dari semua possibility yang bisa aja terjadi, lo lebih mentingin opini Bian soal hubungan lo?"

"Lo tau dia kayak gimana. Dia bahkan hampir berantem sama Joshua waktu itu."

"Itu karena dia sumbu pendek. That's why." Hera nyesap panjang rokoknya. Asap keluar perlahan dari sela bibir dan lubang hidung cewek itu. "Lagi, Bian nggak ada hak buat ngatur kehidupan lo. Dia pun sama aja. Nggak mungkin dia nggak punya labaan sana-sini."

"Lo santai banget ke Bang Bian, tapi marah ke gue. Tinggal anggep aja Joshua labaan gue. Kelar."

"Karena lo nggak kayak Bian, Re." Hera noleh, natap Rena di mata. "Lo juga nggak kayak gue, bahkan Olla."

"Gue nggak ngerti."

"Kalau gue kasih paham pun, lo nggak akan mau dengerin gue. Karena yang lo dengerin cuma Bian sama Olla." Hera ngangkat bahu. "Giliran kayak gini baru lo dateng ke gue. Gue selalu berusaha mikir kalau lo punya rasa sayang ke gue kayak ke Olla sama Bian, tapi lo gengsi ngeliatin itu ke gue. Cuma abis dipikir, lo dateng ke gue karena butuh sesuatu."

"Her ...."

"Gue ngerti, Re. Tenang aja." Hera matiin puntung rokok ke asbak. "Oke. Gue bakal bikin Bian nggak tau soal ini, tapi lo kudu milih salah satu dari mereka."

Rena ngerjap. "Hah?"

"Davin atau Joshua." Hera natap dia. "Lo nggak bisa milikin keduanya, Re. Choose one. Hati lo lebih condong ke siapa."

"Gue bukannya nggak bisa milih, Her," desah Rena. "Cuma—"

"Lo tuh emang nggak sadar diri?" Hera ngegeleng. "Lo pengen dapet pasangan yang sempurna, tapi lo sendiri nggak sempurna. Konsep macam apa itu?"

Rena langsung nyes dalam hati.

"Gue liat lo lebih condong ke Joshua, tapi lo takut dia nggak sesuai ekspektasi lo. Apa lo pernah mikirin soal ekspektasi lo ke Davin pas nerima perasaan dia? Gue tau jawabannya: nggak. Karena lo butuh pelarian," tohok Hera.

Rena hampir nyaut tapi nggak jadi pas Hera nyela lagi,

"Sekarang, lo udah sejengkal lagi buat bisa bareng Joshua, tapi lo dengan bangsatnya ngebangun overthinking, apa Joshua beneran orang yang tepat buat lo. What the fuck is wrong with you, Re? Lo pengen belajar kayak abang lo itu? Yang matahin hati banyak cewek cuma karena masalah sepele?"

"Jangan bawa-bawa Bang Bian!" Rena motong. Hera makin lama malah gaje. Sampe ngatain Bian segala. "IYA! Gue akui yang lo bilang bener, tapi gue nggak butuh ceramah lo soal itu. Yang gue pengen cuma lo jaga rahasia ini dari Bang Bian. Itu aja."

Hera mijet kepalanya. "Gimana sama Olla?"

"Menurut lo?"

"MENURUT LO!?" Hera membalikkan itu. "Ya lo pikir ajalah, tolol! Lo mau Olla curiga ada yang nggak beres terus dia nanya ke Bian, dan akhirnya Bian stalking soal lo sama Joshua dan Davin?"

Rena manggut-manggut. "Suruh Olla ke sini, ntar. Biar gue ngomong sama dia."

"Ada teknologi yang namanya chat sama call, bodoh!"

"Nggak aman, anjeng!" Rena ngerengut. "Gimana kalau direkam sama Olla?"

"Ha-ha." Hera nyesap wine-nya. "Ternyata trust issue lo makin gede ampe ke kakak sendiri pun nggak percaya. Pasti ada yang bikin lo jadi kek gini."

Ekspresi Rena jadi kaku. "Nggak usah sok tau lo, Hera."

Hera ngelipat tangan di depan dada. "Kalau gue salah, reaksi lo nggak bakal kayak gitu. Please, Re. Meskipun kita sempat kepisah negara dan baru sekarang bisa rutin ketemu, gue kenal lo. Lo adek gue. Sesimpel itu."

Rena mandang Hera jeri.

"Well, ada lagi yang mau lo omongin selain hal nggak penting ini? Kalau nggak ada, mending lo pergi dari sini. Gue mau kerja."

"Tumben ngusir." Rena berseloroh.

"Gue nggak setuju sama pilihan lo ngerespons perasaan Joshua. Dia ngingetin gue sama Bian, dan lo tau seberapa benci gue sama kelakuan Bian." Hera ngehela napas. "Gue masih bisa nolelir dia sebagai temen lo, tapi nggak lebih dari itu."

Rena ngerjap. "Tapi, lo nanya kapan gue mau mutusin Davin ...."

"Karena gue percaya sama lo, Re," jawab Rena. "Gue mungkin bukan kakak favorit lo, tapi gue percaya sama keputusan lo. Satu hal yang gue pinta: segera putusin Davin, sebaik apa pun dia. Dari awal, lo nggak pernah tulus ke dia. Lo cuma mau Joshua. Akui aja."










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top