26. She Chooses Him

"Abis dikontolin berapa ronde sama Joshua?"

"TOLOL!" Rena ngegebrak meja. "Kalau naksir sama Joshua, bilang. Jangan ngatain gue, bangsat!"

Aleya, yang barusan nanya, nyebik. "Capek ngeliat lo gini terus. Sebelumnya nggak pernah. Sekarang? Dikit-dikit galau karena Joshua."

"Gue setuju sama Leya." Kifa mengamini. "Lo diapain Joshua?"

Rena lagi nongki bareng Aleya sama Kifa di kafe deket kampus sambil nugas. Ya, di tempat langganan. Di mana lagi? Lisa masih ada kelas. Katanya ntar gabung lima belas menit lagi.

Duduk bertiga sama dua bohay ini bikin Rena makin pusing. Udahlah tugas nggak ngotak, ini kancut berdua nanya soal Joshua mulu.

Joshua, Joshua, Joshua. Kayak nggak ada orang lain buat dibahas.

"Kagak tau." Rena ngebales cuek. "Gue juga males ketemu dia. Baunya udah ketempelan si lontay."

"Yailah ciuman lagi?" Aleya tiba-tiba nanya.

Dan Kifa nyembur. "LAGI!?"

"ALEYA BANGSAT!" Rena ngelempar tas tangan ke muka Aleya.

"RENATA!?" Kifa histeris.

Kacau!

Aleya bangsat! Kalau bisa udah Rena tebas kepala tuh cewek, tapi apalah daya. Udah bablas juga. Kifa denger. Nggak ada yang bisa Rena lakuin selain berdalih atau jujur sekalian.

"KAGAK, KIFA!" Rena milih yang pertama. "Si Aleya asal ngomong."

"Yakin?" Aleya ngomporin.

"RE!?" Kifa makin-makin.

Goblok! Rena punya temen nggak ada yang bener akhlaknya.

Aleya santai ngedikkin bahu. "Kek sama siapa aja. Kifa doang."

"JADI BENER!?"

"KENAPA LO YANG HEBOH, GUA TANYA!?"

Kifa masih syok. "Re, lo cerita sama Aleya tapi nggak ke gue dan Lisa."

"Kagak cerita dia. Gue tau aja," jawab Aleya.

"DIEM!" Dan Rena ngelempar stylus pen ke muka Aleya.

Nggak kena soalnya ditangkap sama Aleya. Nice catch, tapi Rena tetep emosi jiwa raga. Bisa-bisanya si Aleya keceplosan, babik babik!

"RE?"

"IYA, IYA!" Rena nemplok muka Kifa biar nggak bikin komuk aneh-aneh. "Gue cipokan sama Joshua, tapi itu nggak sengaja. Oke?"

Kifa nyingkirin tangan Rena. "Kapan!?"

"Kepo lo."

"BAGUS LO KEK GITU?"

"Pas Joshua mabok di bar." Aleya yang jawab.

"Thank you jawabannya, Sayang." Rena senyum sinis terus seeet! turun sudut bibirnya. "Sangat informatif sekali."

"Jangan naksir. Gue masih demen kontol."

"Tolol."

"Lo nggak demen?" Aleya membalas.

Rena udah nggak kuat. "GOBLOK!"

"Jadi karena itu lo sembunyi-sembunyi dari Joshua?" Kifa nanya kayak orang bego.

Lagi-lagi, Aleya yang nyaut. "Apa lagi?"

Rena muak. "Ini yang punya cerita gue atau lo sebenernya?" tanyanya ke Aleya.

"Makanya jangan dipendam sendiri, Rena goblok." Aleya ngelempar balik stylus pen ke empunya, berikut tas tangan.

"SUKA-SUKA GUE."

"Galau lo bikin repot semua orang."

"Lo pada aja yang suka ikut campur."

Kifa geleng-geleng. "Bener kata Aleya. Joshua yang biasa nggak pernah ganggu gue malah sempat ngusik nyariin lo."

Rena pengen nggak percaya, tapi bukan cuma Kifa yang ngeluh. Aleya juga sama. Lisa apalagi. Dari awal akar masalah ini, Lisa direcokin Joshua buat ngejebak Rena di rumahnya.

Rena mijit pelipis. "Gue rencananya mau cerita, tapi bukan saatnya aja. Cuma, ya udahlah. Kepalang bocor gegara tuh setan." Dia nunjuk Aleya pake dagu.

Yang ditunjuk unbothered sih. Sante minum jus.

"Lo nggak apa-apa?" Kifa nanya dengan nada serius.

Rena naikkin alis. "Kenapa gue harus kenapa-napa?"

"YANG SERIUS."

"SERIUS INI!" Rena nunjuk muka sendiri. "Lo kira ini muka bercanda?"

Kifa mau ngomong lagi sebelum kepegat pas Lisa nyamperin mereka. Tuh cewek langsung duduk di sebelah Rena terus nyerobot kopi Rena yang masih utuh.

"Jangan sampai tuh toket gue remes." Rena ngedelik sinis.

"Remes kalau berani." Lisa nantangin.

Rena lakuin aja sekalian.

"BANGSAT!" Lisa kelepasan nyiram kopi ke Rena. Persis banget kena muka dan ngotorin baju Rena. "Ngadi-ngadi."

"Parah si Lisa," Kifa mengomentari. "Panas nggak kopinya?"

Rena nyahut santai sambil ngusap muka. "Aman."

Aleya ngelempar kunci mobil ke Rena. "Ambil kaus cadangan gue."

"Ntar. Gue udah stres gara-gara lo. Sekalian aja bikin hari ini jadi bad day."

Aleya ngangkat bahu. "Terserah lo."

"Nih." Lisa nyodorin segepok tisu.

Rena narik tisu nggak dikira-kira. Sebanyak yang dia mau buat ngelap muka sama baju. "Lain kali jangan pancing gue."

"Ikan lele lo?" Lisa ngebales sengit. "Untung bukan kopi panas."

"Aslinya emang kopi panas, sih." Kifa menyahut.

Aleya nimbrung. "Ada hikmahnya juga si anjing ini telat dateng."

Lisa muter bola mata jemu. Tatapannya balik ke Rena. "Re, Bang Davin nanyain lo."

"Apa?" Rena ngambil tisu kloter kedua.

"Jadi?"

"Kenapa sama Davin, Lis?" Kifa nyela.

Lisa ngelirik Rena. Rena sendiri bomat gimana. Jadi, dia ngangguk pas Lisa izin cerita. Toh, case satu ini beda sama Joshua. Nggak bakal bisa disembunyiin, entah Rena nerima atau nolak ajakan Davin.

"Abang gue." Lisa memulai. "Mau ngajakin Rena."

"Ngewe?" Aleya nyamber.

Rena ngelempar gumpalan tisu ke muka Aleya. "Emang setan lo, Leya. Beneran, deh."

"Ya, kalau Rena pengen sih bisa." Lisa jawab ngasal.

"ELO JANGAN IKUTAN." Rena ngejambak rambut Lisa bentar.

"Back to topic." Kifa ngingetin. "Davin kenapa?"

Lisa diem bentar sebelum jawab, "Ngajakin Rena pedekate."

"HAH!?" Kifa jadi pihak heboh.

"Depresi gara-gara lama nggak dapet memek, Lis?" Aleya dengan santai nanya.

"Banyak di app ijo kalau nyari memek doang," sahut Lisa. "Jangan tanya. Gue juga nggak tau kenapa tiba-tiba banget."

"Rela Rena jadi kakak ipar lo?"

"Itu masalahnya!" Lisa ngedumel. "Abang gue pake embel serius segala. Berasa mau ngajakin Rena nikah."

"Anjay serius, katanya." Kifa ngeguncang lengan Rena.

Rena diem aja. Udah beberapa hari sejak Lisa ngajuin itu, tapi Rena masih nggak punya jawaban.

Davin? Ngajakin dia pedekate?

Ini bukan cuma Rena yang kaget. Lisa selaku adek bersangkutan juga sama. Sampai nggak bisa nyaut pas Rena cekek biar ngomong sebenernya ada apa.

Apa ada hubungannya sama Joshua yang sempat berantem sama Davin? Kata Lisa, itu gara-gara Rena. Cuma 'kan nggak tau pastinya kek apa. Lisa juga nggak dapetin hasil apa-apa pas Rena minta buat nanya Davin. Lisa ampe gumoh ditanyain mulu sampai akhirnya lepas tangan.

Joshua, meskipun Rena juga ogah buat ketemu, juga nggak keliatan akhir-akhir ini. Sosmednya off semua. Rena mau ngehubungin juga nggak ada alasan. Apalagi sejak mereka baku hantam malam itu, berasa ada dinding tebal banget yang misahin mereka.

Mungkin ini yang terbaik buat mereka saat ini.

Beberapa hari berlalu, akhirnya Rena bisa balik ke state waras. Abis ngaku perasaannya ke Joshua, Rena bisa lebih tenang dikit. Dikit doang. Soalnya Joshua masih ngehantuin pikiran Rena sampai sekarang. Apalagi ngebayangin Joshua sama cewek lain, rasanya ... panas.

Nggak paham juga.

Rena berusaha logis. Mungkin bener kata Joshua. Ini cuma perasaan sesaat, dan akhirnya Rena berhasil lepas dikit-dikit habis ngobrolin langsung meski berakhir emosional. Namun, kenapa dia kepikiran Joshua terus?

Tiap lewat apart Joshua, Rena selalu mixed feeling. Kadang dia mandangin pintunya berlama-lama. Kadang hatinya marah dan pengen nonjok Joshua sampai mati sekalian.

Rena nggak ngerti sama perasaannya sekarang.

"Re?" Itu Lisa.

"Apa?"

"Gue udah pusing ditanyain mulu sama Bang Davin," Lisa mengakui. "Jadi, gimana?"

Rena mandangin Aleya sama Kifa.

"Bebas." Aleya ngasih pendapat. "Seenggaknya Davin nggak embat sana-sini."

"Tau banget?" celetuk Lisa.

"Lo yang cerita, tolol," sembur Aleya.

"Oh iya. Maafkan diri ini, Love."

"Ngelesbi sama Rena aja sana."

"GOBLOK!"

Rena nggak ngehirauin. Dia natap Kifa. "Menurut lo?"

"Lo yang ngejalanin." Kifa ngangkat bahu. "Tugas kita-kita cuma ngedukung atau ngingetin. Tergantung Davin kayak mana nanti."

"Mhm." Aleya ngaminin. "Davin, meskipun abang Lisa, bukan berarti pengecualian. Kalau dia nge-treat lo kek kontol, dia pantes diperlakuin kayak tai keinjek sepatu Kifa."

"Brengsek, tapi gue iyain aja." Kifa manut nggak banyak protes.

Rena ngalihin fokus ke Lisa. "Lo?"

"Apa yang bisa gue kata?" balas Lisa. "Lo juga demen sama abang gue, kan?"

"Gue demen karena tampangnya doang, Lilis," ralat Rena.

"Realistis aja. Nggak masalah naksir karena fisik." Aleya nimpalin. "Apalagi kalau udah ngewe. Lo mau dientot sambil muka cowok lo ditutupin plastik item?"

"Jangan salah. Ada orang yang makin horny disodok cowok jelek," kata Kifa.

"Kalau Rena, sih, mustahil," tukas Aleya. "Davin emang di bawah Joshua, tapi gue akuin nggak kalah cakep."

"Badannya juga bagus, by the way." Lisa memberi too much information.

"ABANG LO SENDIRI, BANGSAT!" Aleya ngingetin.

"FAKTA." Lisa ngibasin tangan. "Intinya, bolehlah diadu sama Joshua kalau soal tampang."

Rena masih ragu. Dia takut kalau nanti malah bikin Davin jadi pelarian. Nggak bisa dipungkiri kalau Rena masih punya perasaan ke Joshua.

"Bang Davin nggak sebaik cowok green flag idaman di novel romance, tapi dia nggak sebrengsek Joshua," ujar Lisa. "Jujur, gue agak gimana gitu liat lo galau mulu."

"Friends to lovers emang biasa, tapi nggak semua berakhir indah." Aleya memberi nasihat tambahan. "Apalagi kalau sifat sama pandangan lo soal ginian beda sama Joshua. Jangan berharap bisa ngubah dia, Re."

"Yang ada lo tambah galau," kata Kifa. "Cukup temenan aja. Jangan bikin diri lo menderita."

Rena nggak tau harus ngerespons apa.

Temen-temennya serempak banget. Pada bilang kalau Joshua bukan orang yang tepat buat dia.

Tapi, Rena masih yakin sama Joshua.

Jujur, Rena nggak tau harus percaya sama siapa.

***

"Re?"

Rena ngasih senyum pas mereka udah ketemu. Di depannya, Davin ngulas senyum serupa. Ganteng banget. Sebelah tangannya nyodorin buket bunga mawar yang pas dan nggak berlebihan.

"Buat gue?" Rena ngerjap.

Davin ketawa pelan. "Apa ada cewek lain di sini?"

Rena ikut ketawa pelan. "Maaf, Bang. Gue masih kikuk soal ginian."

"Santai. Follow my lead and you'll be fine." Davin maju satu langkah, mendekat. "Sebagai permulaan, jangan panggil gue dengan sebutan Bang lagi. Davin. Cukup itu."

"Da ... vin," ulang Rena.

"There you go." Davin menawarkan lengan kepada Rena. "Shall we?"

Rena ngangguk, berusaha nggak gugup. Dari jarak sedeket ini, Rena bisa nyium aroma alami Davin yang berbaur sama parfum. Segar. Terlebih, saat Rena udah ngegandeng lengan Davin dan berjalan bareng.

Mungkin ini yang terbaik.

Melupakan perasannya pada Joshua.


















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top