19. Tentang Ciuman Itu (2)

Ada dua fakta soal Bian.

Pertama, Bian nggak ada masalah dengan Joshua. Meskipun awalnya Bian rada ritasi soal kehadiran Joshua sebagai cowok yang deket sama Rena, even dalam term sohiban doang, Bian nggak terlalu gimana-gimana. Paling ngingetin Joshua buat nggak macem-macem sama Rena.

Kedua: Bian sayang banget sama Rena.

Iye, wak. Nggak salah baca kelen. Dibandingin Hera sama Olla, sayangnya Bian ke Rena itu paling obvious. Jelas banget tampaknya. Meskipun dinamika hubungan Bian sama Rena jauh dari kata kalem mengayomi satu sama lain, Bian tetep care banget kalau udah nyangkut soal Rena.

Dua fakta itu auto tumbukan sama cerita Rena yang bilang kalau Joshua ngomong,

"Kita nggak mungkin kejebak perasaan itu."

Hasilnya?

Bian langsung panas. Kalau bukan karena Rena yang nahan dia, plus Hera sama Olla yang juga keliatan siap banget buat nerjang Bian biar nggak gegabah, udah Bian samperin itu si bangsat Joshua.

Buat Bian, jelas Joshua nggak bisa diajarin pake cara baik-baik. Mau ngobrol, mau make otak, useless. Just wasting time. Mending sekalian kasih pelajaran pake otot. Hantam si tolol itu sampai mampus.

Karena itu Bian langsung nyulut rokok. Nggak peduli walaupun Rena ngomel ngegerutu, sama Hera yang jelas ngeledek. Ketimbang Rena jelas bakal loncat di depan mobilnya pas mau keluar nyamperin Joshua, Bian lebih milih buat nyebat. Nggak terlalu ngebantu buat redain emosi, tapi better dibanding nggak sama sekali.

Di sisi lain, Rena nyesel udah curhat sama kakak-kakaknya.

Kalau Hera sama Olla masih mending, ini Bian reaksinya gahar bener kayak mau transformasi jadi Hulk. Meskipun secara fisik Bian sama Joshua itu 11-12 alias mirip-mirip aja, tetep aja Rena ketar-ketir. Khawatir kalau abangnya itu beneran nekat.

Makanya sekarang Rena duduk ngeleseh sambil megangin betis Bian. Jaga-jaga kalau Bian nggak ketahuan seeet kabur terus nyamperin Joshua. Bisa mampus yang ada. Bukan cuma Joshua atau soal Bian, tapi harga diri Rena juga.

"Lo nggak perlu megangin kaki gue, Dek." Bian berusaha narik betisnya.

"DIEM ATAU GUE PATAHIN KAKI LO!" Rena melotot, makin erat meluk kaki Bian.

Bian ngangkat bahu. "Terserah."

"Cewek, lo?" Rena nanya sinis.

"Asal lo seneng aja," sahut Bian.

"Sebelum back to topic." Hera nyela sambil natap Bian yang ngisep rokok dalam-dalam. "Ini masalah pribadi mereka. Jangan sok jagoan meski dia adek kita."

"Nggak usah ngatur gue." Bian ngejawab dingin. "Tau apa lo soal Rena?"

"Bian." Suara Hera jadi sedingin es dan sekeras karang.

"Lo berdua berantem nggak bakal bikin masalah Rena selesai." Olla nengahin mereka. Tatapannya tertuju ke Rena. "Re, lepasin kaki Bian."

Rena nengok ke arah Bian. Diliatnya Bian buang muka. Raut wajah abangnya itu kelihatan masih nano-nano nggak jelas bakal gimana ntar.

"Renata." Olla mengulangi.

Rena ngembusin napas, nurut. Dilepaskannya dekapan pada kaki Bian

"Lo yakin cuma keinget ciumannya doang?" tanya Hera habis ngalihin pandangan maut dari Bian. Tatapannya ngeliat Rena lekat-lekat. "Atau, lo juga mikirin orang yang nyium lo itu?"

"Joshua," koreksi Olla.

"Then?" Hera nyebik.

Olla rolling eyes, milih buat diem dulu.

Sementara, Rena mulai kebingungan sama pertanyaan Hera. "Emang ada bedanya?"

"Ya jelas lah, tolol!" Hera nepuk dahi. "Lo kira itu sama?"

"Nggak usah ngatain dia tolol," bela Bian. "Dia nggak kayak lo yang gonta-ganti pasangan."

"Kata orang yang labaannya sana-sini," balas Hera sengit.

Bian nyesap rokoknya lagi.

"Gue nggak ngeliat di mana bedanya." Rena ngerespons.

"Gini ya, Belalang Nungging." Hera naruh gelas wine balik ke meja. "Kalau lo cuma keinget sama ciumannya, kemungkinannya cuma dua: lo kurang belaian karena kelamaan jomblo atau Joshua emang such a good kisser."

"Both, I guess," komentar Olla.

"Idih!" Rena nggak terima. "Najis banget lu, Olla. Emang lo tau dia good kisser atau nggak?"

"Buktinya udah di depan gue," sahut Olla. "Sampai galau."

"MAKSUD LO!?"

"Listen, you little brat." Hera narik atensi Rena lagi. "Kalau emang lo kepikiran juga sama Joshua-nya, bisa jadi sebenernya lo ada perasaan khusus sama dia. Baru kepantik pas lo sama dia cipokan."

"Nggak sengaja cipokan, goblok!" kilah Rena.

"Cipokan."

"TOLOL! Jangan bikin seolah-olah gue ciuman sama dia karena sengaja!"

"THAT'S NOT THE POINT!" Hera balas ngamuk.

"Pantes Rena ogah tinggal sama lo." Bian senyum ngeremehin ke Hera. 

"Thank you!" Rena ngeapresiasi blak-blakannya Bian.

"Tinggal sama gue atau nggak, jangan lupa kalau lo adek gue juga, Renata." Hera numpuin kedua lengan di paha. Natap Rena dalem-dalem. "Kakak lo bukan cuma Olla yang cuek bebek atau Bian yang sok jagoan ngebela lo. Sampai sini paham?"

Rena diem nggak nyaut. Setengah dalam dirinya jujur aja agak gentar sekarang. Aura Hera itu emang bukan main mampusnya kalau udah mode serius. Bisa diadu sama Aleya. Sama-sama bikin Aleya ciut juga walaupun muncung dia bacotitanya mbrebes dar der dor.

"Udah lah." Olla ngelerai sebelum pada kelahi tumbuk-menumbuk. "Re, dengerin Hera dulu."

Rena ngembusin napas. "Kalau pun emang gue ternyata naksir Joshua, dia jelas-jelas nggak ada rasa suka sama gue."

"So what?" Hera masih kekeh. "Lo spend banyak waktu sama dia. Lo bahkan sampai bela-belain minta apartemen sebelah ama Joshua. Itu udah cukup buat ngeliatin hubungan lo sama dia kek gimana."

"Kayak gimana?" tanya Bian, lebih mirip nantangin sih.

Hera natap Bian dengan ekspresi lo pasti bercanda. "Lo buta kalau nggak bisa ngeliatnya."

"Lo bahkan baru pulang sekarang." Bian nggak takut sama sekali. "Dan lo lagaknya seolah kenal selak-beluk hubungan Rena sama dia."

"Oh, please. Look at yourself, little brother." Hera ngibasin tangan.

"Can you, guys, stop?" Olla nekenin tiap kata.

Rena malah makin puyeng dibuatnya. "TAU DAH! Pusing gue."

Jujur, Rena jadi ragu sama diri sendiri. Dia malah khawatir kalau yang dibilang Hera emang bener. Bukan yang Rena kekurangan belaian, tapi soal ternyata selama ini dia punya perasaan kependam sama Joshua. Dan itu baru kepantik pas insiden ciuman itu terjadi. Buktinya emang Rena jadi agak-agak gimana gitu daily-nya sejak kejadian itu. Uring-uringan sampai malu banget rasanya kalau ngeliat muka Joshua.

"Sulit buat ngakuin, tapi Hera mungkin bener." Giliran Olla ngasih pendapat.

"Yang mana?" tanya Hera.

"Tergantung Rena."

Rena ngerjap. "Gue?"

"Yeah." Olla ngangguk. "Sebelum ini, lo pernah galau karena jomblo?"

"Lo ngeledek?" Rena sinis banget.

"Gue nanya."

"Kan." Hera nyender. "Gimana nggak emosi coba."

"Nggak ada yang ngelarang lo buat pergi." Bian senyum ngeremehin ke Hera.

"UDAH, BANGSAT!" Rena nendang kaki Bian. Kali ini sukses kena.

"So, Rena?" Olla narik perhatian Rena lagi.

Rena mikir buat beberapa saat. Galau karena jomblo? "Nggak pernah, tapi gue juga pengen punya pacar asal nggak kayak Joshua."

"Hah!" Hera ketawa pendek. "Standar dia aja bahkan Joshua, lho."

"IYA LAH." Rena mulai dongkol setengah mampus. "Siapa juga mau punya pacar tukang ngewe sana-sini kayak dia?"

"Tanya abang lo." Hera nunjuk Bian pake dagu.

"Intinya gue nggak pernah mau punya pacar kayak Joshua." Rena bersikukuh.

"Tapi lo sohiban sama orang kayak Joshua," balas Olla.

"Itu dua hal beda." Rena nyoba jelasin. "Soal asmara, gue nggak bakal pernah suka sama dia."

"Kalau gitu, harusnya lo setuju sama yang dia bilang." Hera nanggepin dengan santai. "Anggep aja itu nggak pernah terjadi. Kelar."

Rena hampir ngelempar botol wine di meja ke muka Hera sebelum dia kurung niat itu kuat-kuat. "Harusnya gue emang nggak usah cerita sama lo pada."

"Silakan lo benci gue karena ngomong gini." Hera nyugar. "Yang bikin ribet itu justru lo sendiri. Perasaan denial lo ke Joshua. Gue yakin banget si Joshua sekarang lagi anteng dan nganggap itu bukan apa-apa."

"Yeah." Olla ngaminin. "Poin Hera masuk akal."

"As I should," ujar Hera. "Coba lo tanya Bian. Gimana sudut pandang dia sebagai cowok soal ini."

Rena noleh. Nunggu jawaban dari Bian. "Bang?"

"Renata." Bian keliatan mikir banget. "Gue nggak bisa paham sepenuhnya sama cara mikir lo, tapi—"

"Tapi?" sambar Rena.

"Gue nggak pernah percaya sama persahabatan cowok cewek. Apalagi lo sama Joshua."




























Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top