18. Tentang Ciuman Itu (1)

Hubungan kakak-kakaknya Rena emang nggak seerat itu satu sama lain. Wajar sih. Soalnya, ya, nggak bisa ngarep juga 'kan tiga orang bersaudara punya sifat sama. Jangankan mereka. Anak kembar aja pasti ada beda sifat. Belum lagi kek background selama masa hidup, jalan pikir, bla bla sebagainya.

Walaupun emang semi-semi dipisahin sama beberapa hal, Hera, Olla, sama Bian bisa kompak kalau udah nyangkut masalah Rena. Gimana pun juga, meski akhlak Rena setipis kulit bawang merah plus bawaannya ngajak kelahi mulu, naluri sebagai kakak nggak bisa dipisahin dari mereka.

Sekarang mereka lagi ngumpul di ruang tengah rumah Hera.

Hera sama Olla duduk di salah satu sofa panjang, walaupun duduknya saling jauhan nggak mepet ala-ala lagi naik angkot. Sementara Bian duduk di sofa tunggal. Dengan Rena ngeleseh santai bener sambil megang gelas wine.

"Sebelum lo mabuk, mending cerita dulu soal Joshua." Hera ngingetin.

Rena nyesap wine-nya. Nggak ngomong meskipun udah digituin Hera. Bukannya apa, sayang. Dia juga kudu mikir ngerangkai kata yang bener dan baik kayak gimana. Kan tidak mungkin Rena langsung nyerocos bacotita bilang "gue ciuman sama Joshua".

"Lo nggak ngerokok, Bi?" Olla nanya ke Bian buat ngeluluhin suasana diem karena Rena nggak ngomong juga.

Bian ngegeleng. "Si bontot marahin gue."

"Bukan mantan terakhir lo itu?" tanya Hera sambil minum wine-nya juga.

"Salah satunya." Bian nyeringai. Dagunya nunjuk Rena, "tapi dia motivasi gue yang paling gede."

"Biar lo panjang umur, Bang." Rena nyeletuk.

"Apa kata lo, Re." Bian santai nanggepinnya.

Hera: "Bersih sama sekali nggak ngerokok lagi?"

"Kenapa?" Bian balik nanya. "Lo mau stop juga?"

"Gue cuma nyebat kalau lagi banyak pikiran doang." Hera ngehela napas panjang.

"Sama kayak Joshua tuh." Rena tiba-tiba nyamber.

Sedetik kemudian, Rena langsung ngegoblokin diri sendiri.

Tolol bener lu, Renata!

Rena masih nggak bisa buat nggak inget Joshua barang sehari aja. Di situasi sekarang pas lagi ngumpul bareng kakaknya pun Rena masih sempat-sempatnya nyeletuk gitu.

"Hera bener." Bian ngambil gelas wine Rena. "Cerita sekarang."

"BANGSAT! Balikin, Bang!" Rena ngerangsek buat ngambil balik wine yang disita Bian.

"Cerita dulu, Renata." Bian dengan santai ngedorong kening Rena buat ngejauh.

"Tuh amer nggak bakal ke mana-mana, Belalang Nungging! Kalau tiba-tiba lo mabuk terus nggak jadi cerita, gue nggak segan buat nempeleng lo." Hera ngaminin.

Rena cemberut. Tatapannya beralih ke Olla. "Ollaaaa!"

Olla buang pandangan ke arah lain. "Nurut aja sama mereka."

"EMANG TAIK LO SEMUA!" Rena jedotin dahi ke meja kaca di depannya.

"Bagus! Sekalian lo pecahin aja itu, goblok. Biar otak lo bener dikit." Hera ngumpat dengan lancar.

"Gue lempar nih meja juga ke muka lo, Her." Rena melotot. "Biar lo mampus sekalian."

"Sini." Hera nunjuk sebelah pipi. "Nggak usah banyak ngomong."

Ngeliat komuk Hera rasanya mau Rena sembur tuh kakaknya sebiji pake wine. Cuma taruhannya bukan main ye, say. Bisa-bisa Rena beneran diboyong sama Hera ntar ke Wina. Terus selama masih tinggal di Indo, Rena nggak dibolehin ngeliat dunia luar. Sama Hera doang di rumah segede gaban ini yang udah kek mau nampung tujuh turunan.

Maaf aja, sayang. Rena belum siap kehilangan masa muda jadi jajahan Hera.

"Rena." Giliran Olla negur. Mukanya serius banget. "Coba sekarang cerita dari awal lo ada masalah apa sama Joshua."

Rena ngeluh. "Lo pada kenapa kepo bener sama masalah gue dengan Joshua coba?"

 "Lo yang bilang mau curhat." Bian nyender dengan santai. "Jangan buang-buang waktu buat sambat, Re."

"Gue kadang nggak sependapat sama Bian, tapi dia bener." Hera nimpalin. "Jangan bikin ini seolah-olah kita yang maksa lo ya, tolol. Bukan. Lo yang bilang mau cerita."

Rena muter bola mata jemu denger umpatan Hera plus keluhan Bian.

"So?" pancing Olla lagi.

Rena ngehela napas. Jelas dia nggak bakal lolos dari terkaman para kakaknya, even dia ngeles kayak pas bareng para geboy. Kakak-kakaknya ini selalu punya cara buat put Rena on her place. Beda sama para geboy yang Rena masih ada kuasa buat ngelak dari interogasi.

"Gue galau akhir-akhir ini." Rena mulai nutur.

"Karena naksir Joshua?" sambar Bian.

"Bisa nggak, Bang—" Rena ngelirik pake delikan maut. "Lo jangan nyela dulu?"

Bian geleng-geleng. "Terusin."

Rena liat Hera sama Olla nunggu kelanjutannya. "Jadi gue pernah ngebawa Joshua yang wasted habis minum-minum di bar ke apart dia."

"He-eh." Hera ngangguk kecil.

"Awalnya biasa aja. Ya dia mabok di bar kan. Terus manggil-manggil nama gue pas lagi nggak sadar. Gue jelas nggak mau kena masalah kan, njeng."

"Terus?" Olla makin kepo.

"Gue bawa tuh Joshua ke apart. Terus pas gue mau balik keluar, tiba-tiba—" Ucapan Rena keputus. Dia malu banget, asli. Soalnya ini yang dia pendam selama ini terus bikin kepikiran ampe kepala mau copot gegara stres.

"Joshua nyium lo?" tembak Hera.

Dan, duaaar! Rena langsung merah tomat mukanya. Malu sampai ubun-ubun.

"Bajingan!" Bian nggak terima. Dia langsung mau berdiri.

"BANG BIAN, LO STOP DI SITU!" Rena panik nahan kaki Bian.

"Emang gitu?" Olla mastiin. "Joshua tiba-tiba bangun terus—"

"NGGAK USAH DIPERJELAS, BABIK." Rena nahan malu. "Iya, itu pokoknya. Puas lo pada?"

"Eh tolol! Bukan masalah kita-kita puas atau nggak." Hera noyor kepala Rena, bikin yang ditoyor ngaduh. "Lo kenapa nggak cerita dari awal?"

"Iritasi gue!" Rena ngusap kepalanya.

"Gue bawa ke Wina lo habis ini."

"KAGAK!"

"Jadi, gara-gara itu lo galau?" tanya Olla bikin obrolan jadi balik stay on track.

Pake nanya lagi! Kalau Rena bisa, udah dia hih si Olla ini. Jelas-jelas dari tadi obrolannya soal itu. Cuma dia agak-agak juga mau konfrontasi Olla mode serius gini. Takut kena tebas kepalanya.

"Yah ...." Rena ngembusin napas agak keras.

"Coba describe gimana perasaan lo habis kejadian itu," suruh Hera. "Biar kita pada tau jelasnya."

"Lo kalau mau ngeledek mending sekarang aja deh." Rena nyender di bangku yang didudukin Bian.

"Tolol! Gue nggak bakal buang waktu dengerin ocehan lo kalau gue nggak peduli." Hera melotot. "Nggak tau dua kakak lo ini."

"Anggap aja gue nggak ada." Olla nyahut.

"Elah masih aja lo, La," keluh Rena.

"Si bontot jelas butuh bantuan." Bian nanggepin.

"Udah jelas kan, Belalang Nungging?" Hera natap Rena lekat-lekat. "Cerita sekarang atau lo nggak bakal ngeliat si Joshua lagi habis ini."

Kalau orang lain ngomong gitu, Rena bakal nyenyenye-in. Cuma yang di depannya sekarang Hera mode serius. Mustahil buat Rena buat bisa defeat kakaknya yang masuk mode ini. Ditambah ada bala bantuan Olla dan Bian juga.

"Gue nggak bisa jelasin pastinya gimana." Rena nunduk natap lantai. "Sumpah! Gue nggak ada rasa apa pun ke Joshua. Dan gue cukup waras buat nggak mau suka sama Joshua. Cuma ...."

"Habis ciuman itu, perasaan lo berubah?" tebak Olla.

Rena ngegeleng. "Gue keinget terus sama ciuman itu. Ciumannya jelas nggak disengaja. Joshua mabuk malam itu. Gue nggak ada niatan sama sekali buat nyium dia juga."

"Keinget doang?" Hera mastiin. "Nggak ada kayak jantung deg-deg seeer gitu?"

"Perhaps?" Rena enggan ngakuin. "Yang paling keinget sih soal ciumannya. Gue jadi malu banget sama Joshua. Gue berusaha buat nggak ketemu sama dia."

"Sampai sekarang lo nggak ada ngobrol ke Joshua?" tanya Bian.

"Ada." Rena nyahut tanpa noleh. "Dia yang maksa buat ngobrolin soal itu. Gue juga nggak tau kalau ternyata dia inget."

"Yah, semabok-maboknya jelas bakal inget satu dua kejadian." Hera berkomentar. "Apalagi ciuman sama lo yang notabene sobat dia. Atau—"

"NGGAK!" Rena nyetop Hera biar nggak usah lanjut ngomong. "Dia nggak mungkin punya perasaan ke gue."

Olla naikkin sebelah alis. "Yakin banget?"

Rena diem bentar. Lalu, "Dia sendiri yang bilang. Kalau gue sama dia nggak bakal pernah kejebak dalam perasaan itu."

"Saling jatuh cinta?" tembak Hera.

"Cringe banget kalau lo yang ngomong, Her." Olla ngelirik Hera.

Rena mau buka mulut lagi sebelum nyium aroma familier. Wangi khas yang dia kenal. Rena refleks noleh liatin Bian. Bener aja tebakannya.

Bian ngeluarin sebatang rokok terus nyulut ujungnya sebelum ngisap rokok dalem-dalem.

"Heh." Hera mandang sinis. "Apa yang bisa diharepin dari Bian?"

"Bang—" Rena mau ngambil rokok dari sela bibir Bian.

Bian nepis tangan Rena. Tatapannya tajam.

"Bang Bian anjing! Lo ngapain?"

"Lo lebih milih biarin gue ngerokok atau bolehin gue nonjok Joshua sampai mati?"























Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top