1. Genjotannya Enak

Gue balikan sama Nami.

Pas nerima chat itu dari Joshua, Rena hampir ngebalik meja dan membanting kursi yang dia duduki. Untungnya waktu itu dia lagi ada kelas. Kalau nggak, sudah dia sumpah serapahi makhluk bernama Joshua itu dari ujung kepala sampai tepi jembut saking emosinya dia.

Maka dari itu, begitu kelas terakhir hari ini kelar, Rena langsung angkat kaki dari kelas dan cap cus pulang ke apartemen. Selain memberi informasi sampah soal dia-balikan-sama-si-lonte-Nami itu, Joshua juga sempat ngasih dia beberapa pap. Ada pizza, ayam goreng, es krim, sampai amer. Favorit Rena semuanya.

Jelas itu sogokan, pikir Rena.

Kayak ... ngapain juga Joshua tiada angin, badai pun sama sekali tidak tampak batang hidung, tiba-tiba beli itu semua tanpa bilang-bilang dulu?

Fix! Ini mah mau menyogok Rena biar jangan sampai kalap bikin gedung apartemen runtuh rata dengan tanah.

Sekarang Rena sudah di dalam lift menuju lantai dia dan Joshua tinggal. Ini kalau dia menuruti emosi, sudah dia hantam tombol-tombol dalam lift saking nggak sabarannya. Dalam keadaan kayak begini, rasanya lift berjalan lambat persis kura-kura.

Ting!

Pintu lift terbuka dan wuuush! Rena dengan mulus langsung keluar dari lift. Tanpa ba-bi-bu sat set sot dia langsung menghampiri pintu apartemen Joshua, meng-input kode akses yang dia sudah hafal di luar kepala-dan yah memang Joshua sendiri yang ngebolehin Rena masuk kapan saja dia mau, dan ngedobrak pintu apartemen si objek yang sebentar lagi dia akan amuk.

"HEH, CUNGUK!" Rena langsung dar-der-dor tanpa tedeng aling-aling melempar tas tangan ke arah wajah Joshua yang lagi duduk santai menonton televisi. "Apa maksud lo balikan sama Nami, anying!? Lo sinting apa ngacengan all the day all the time perlu tempat nyodok makanya sampai mau balikan sama Nami!?"

Joshua santai banget naruh tas tangan yang sempat menghantam wajahnya ke samping dan menoleh. Tatapannya lurus ke Rena sebelum memberi kode ke meja penuh makanan, "Makan dulu."

"Mikin dili." Rena mencebik. "Lo tuh yang makan. Biar bisa mikir bener. Jangan selangkangan mulu yang dipikirin, anjeng!"

Alih-alih balas menyahut, Joshua dengan cepat melempar sekaleng minuman soda ke Rena. "Biar lo nggak emosi."

"LO YANG BIKIN GUE EMOSI, KONTOL!"

"Nih kontol." Joshua menunjuk selangkangannya. "Mau gue bukain biar lo bisa ngomong sama dia?"

"STRES!" sembur Rena, langsung melempar kaleng soda di tangan ke selangkangan Joshua.

Untungnya, Joshua tanggap langsung menangkap sebelum benar-benar headshot ke kepala adik kecilnya.

"ADA GILA-GILANYA LO, JOSHUA!?"

Joshua diam. Cowok itu cuma memberi isyarat biar Rena diam dulu dan duduk di sebelahnya.

Rena yang paham auto menolak mentah-mentah sementah confess sesecowok yang menembaknya hari ini. "Nggak mau!"

"Ini mau?" Joshua santai banget melakukan gerakan seolah mau menurunkan karet boxer-nya di bagian selangkangan.

"TOBAT LO, ANJIR!" Rena mengacak rambut, frustrasi. "Nggak habis thinking gue sama kelakuan iblis satu ini."

"Hot ya, Re? Makasih lho."

"Mikisih lhi." Rena sampai manyun lima mili saking gelinya. "Noh muka lo mirip microwave makanya hot."

Joshua malah ketawa. Ditepuk-tepuknya sofa di sebelahnya, mengajak Rena buat ke sekian kali biar duduk santai kayak di pantai dulu. "Lo yang nentuin hari ini mau nonton apa. C'mon, baby grill."

"Dikata gue panggangan steik apa." Rena mencomel. Kendati demikian, dia manut juga. Cewek itu duduk di sebelah Joshua. Matanya menatap layar televisi. Netflix. "Judulnya apa?"

"Nggak tau. Gue lupa."

"Sarap." Rena merebut remote dan mulai memilih-milih tontonan.

"Gue milihnya acak barusan."

"Pantesan."

Joshua tersenyum miring. "Apa?"

"Mirip otak lo. Random banget menjurus bego sampai kepikiran balikan sama Nami." Rena langsung berujar telak setelak-telaknya.

"Udah balikan." Joshua menyandarkan punggung. Sebelah tangannya merangkul Rena.

"YA ITU MASALAHNYA, SETAN!" Rena langsung menghantamkan remote ke pundak Joshua, membuat objek yang kena baku hantam mengaduh sebentar. "Lo kesurupan pemain bokep mana, hah!?"

Bukannya menjawab, Joshua malah membuka kotak pizza dan mengambil satu slice. Dirobeknya satu suapan, lantas menyodorkannya ke bibir plump Rena. "Aaaa ...."

Rena memberinya tatapan "lo pasti bercanda" sebelum buka mulut juga akhirnya. Menerima suapan pizza dari Joshua.

"Enak?" tanya Joshua.

"Nggak seenak ngewe pastinya." Rena membalas dengan sadis.

"Emang lo pernah ngewe?"

"Lo pernah." Rena langsung menamplok muka cowok di sampingnya. "Nggak usah sok ngalihin obrolan. Gue butuh penjelasan ya, Joshua anjeng. Lo kesurupan apa sampai mau balikan sama Nami?"

Joshua dengan tenang menepis tangan Rena dari wajah. Diletakkan slice pizza kembali ke kotak asal habitat semestinya sebelum mengambil dua kaleng soda. Diserahkannya satu ke Rena setelah membukakan untuk cewek itu.

"Cheers sebelum lo ngamuk lagi, baby?" Joshua mengacungkan kaleng sodanya ke dekat Rena.

Rena mendelik sebal. Kendati demikian, dia tetap bersulang seolah di tangannya sekarang itu wine. "Mmm." Cewek itu lantas minum sedikit dengan mata fokus ke arah televisi.

Joshua melakukan hal serupa. Sebelah tangannya memainkan rambut panjang Rena. "Dia yang ngajak gue balikan."

Rena nggak nyahut. Enggan juga menoleh ke Joshua yang mulai bercerita. Cewek itu lebih memilih asyik memilih-milih tontonan yang dia rasa menarik.

"Kayak yang gue bilang: gue balikan sama Nami. Gue iyain karena beberapa pertimbangan." Joshua mengelus pucuk kepala Rena. "Rambut lo alus banget, Re."

"Lebih alus mana sama jembut Nami?" Rena ngegas nanya sendiri.

Ya karena itu bukan poinnya.

Joshua tertawa. "Lo tau kan gue akhir-akhir ini sering stres. Kadang overwhelmed karena skripsi lagi mandeg. Sama kayak lo, gue juga butuh hiburan. Gue mau santai." Cowok itu menunjuk ke arah layar. "Itu bagus kayaknya, Re."

Rena mengernyit. "Gelap posternya. Persis kayak lo suka gelap-gelapan pas lagi ngewe."

"Lo pernah ngintip?"

"Noh gue pasang CCTV di kamar lo." Rena menunjuk dengan memonyongkan bibir ke arah random. Alih-alih kamar, yang dia tunjuk malah dapur.

Joshua mengangguk-angguk takzim. "Ngewe di dapur emang enak."

Rena memutar bola mata jemu. "Stres."

Joshua menoleh, menatap Rena sebentar. Salah satu sudut bibirnya terangkat. "Gue butuh hiburan biar nggak stres kayak yang lo bilang. Makanya gue balikan sama Nami." Cowok itu tersenyum tipis.

Rena mendelik. "Kalau lo cuma suka sama selangkangan Nami, noh, cewek yang lo bisa ajak ada banyak. Kemaren-kemaren malah nemu yang bisa dibikin muncrat padahal baru putus tiga hari sama Nami. Kayak nggak ada cewek lain aja lo, edan." Bibirnya mencomel, menggerutu.

"Kayak lo nggak kenal gue." Joshua menyentil kening Rena main-main. "Cewek banyak. Iya, lo bener. Tapi chemistry sama nyaman nggak sama semua cewek bisa didapet. Lo pasti ngerti lah. Biar lo nggak pernah ngewe pasti lo udah khatam masalah ginian."

"COCOTMU, ANJER!" Rena langsung menyambar mulut Joshua dan menariknya gemas. "Dibiarin ngomong malah ngelunjak lo ya, anjeng."

Joshua sama sekali nggak protes atas perlakuan keji Rena. Malah dia terkekeh. "Masih ada yang mau lo amukin atau kita damai? Netflix and chill sounds good right?"

"NETFLIX AND CHILL DAGU LO MELOROT!" Rena memelotot. "Mengadi-ngadi lo, manusia. Gue lempar juga tuh bibir ke kandang anjing."

"Nggak bisa ngelamot lagi nanti gue."

"PENTING BANGET TMI LO, HAH!?" Rena menjambak rambut Joshua, sebal. "Serah lo, seraaah! Gue nggak ngerti. Gue polos."

Joshua terbahak. Ditatapnya Rena sebentar sebelum cowok itu senyum lagi. "Dari komuk lo kayak ada yang mau lo protes lagi ke gue."

Rena berdecih. Diangkatnya sebelah kaki lalu bertumpu ke sofa yang tengah dia duduki. Persis gaya di warung kopi asoy. "Nggak guna juga gue nanyainnya."

"Tanya aja." Joshua menyodorkan sepotong ayam goreng bagian dada ke Rena. "Montok nih, Re. Mirip dada Nami."

"FAK! STOP SANGE DI DEPAN GUE." Rena menendang kaki Joshua, yang langsung disambut gerakan menghindar dari si bersangkutan. "Sinting lo sampai sange ke dada ayam."

"Kan gue cuma bilang mirip." Joshua mengeles.

"Ngelak aja teroooos!" Rena meletakkan lagi dada ayam yang disodorkan Joshua ke tempat semula, jadi tidak berselera.

"So?"

Rena melirik Joshua yang kelihatan menunggu. Cewek itu lantas menghela napas sebelum bilang, "Seandainya ada cewek baru yang skill di ranjangnya sama kayak Nami ngajak lo pacaran, terus Nami ngajak lo balikan di waktu yang sama, siapa yang lo pilih?"

"Nami." Joshua langsung menjawab.

"PIKIRIN DULU, EGEEEE!" Rena auto memasang ekspresi nggak percaya bercampur ternganga. "Udah kayak ditanyain "mau kopi atau susu, bang?" aje lu."

"Malah gue mikir keras kalau ditanya gituan." Joshua menyeringai.

"Otak lo emang ngeres dari sononya makanya gitu."

"Gue serius bakal milih Nami." Joshua memberi jawaban final. "Buat keadaan gue sekarang, gue perlu orang yang ngerti sama maunya gue kalau pacaran. Cewek baru belum tentu bisa lakuin itu, bahkan kalau sebelumnya gue sama dia kenalan lebih dekat dulu.

"Kadang orang sewaktu pedekate dengan pas udah pacaran bisa beda kelakuan. Gue nggak mau ambil risiko di tengah keadaan gue lagi pusing dan stres sekarang. Balikan sama Nami yang udah kenal baik sama gue jauh lebih mendingan."

Rena diam, mendengarkan. Begitu Joshua selesai, baru dia merespons. "Jadi itu kelebihan Nami selain jago ngegenjot kelamin di atas lo?"

Joshua cuma tersenyum tipis. Lalu, "Genjotannya enak. Gaya pacarannya juga bisa ngimbangin gue."

"Kalau lo emang butuh hiburan biar nggak stres, lo nggak harus balikan sama si problematik Nami." Rena memotong cepat. "Lo buta tuli sama gosip di kampus ya? Apa perlu gue bikin resume tertulis soal si ganjen lonte itu?"

"Renata." Joshua menyela dengan suara rendah, membuat Rena berhenti mecerocos. "Gue nggak mau bilang ini awalnya. Berhubung lo keliatan bentar lagi bakal ngamuk, gue mau bilang sesuatu. Gue sengaja tutup mata soal masalah lo dengan Nami karena gue yakin lo bisa atasin masalah kalian sendiri."

"Nggak ada yang minta lo ikut campur soal masalah gue sama Nami."

"There you go." Joshua mengelus pucuk kepala Rena. "Karena lo bisa ngatasin masalah lo sendiri sama dia."

"Kenapa gue protes soal lo balikan sama Nami, nggak ada hubungannya dengan masalah pribadi gue ke dia. Jangan salah paham, Josh." Rena kekeh berkilah. "Heran aja kayak nggak ada cewek selain dia."

Joshua menyeringai geli. "Got it." Cowok itu melemparkan kaleng soda lagi ke Rena dan mengambil untuk dirinya sendiri. Diangkatnya soda, mengajak bersulang. "Sudah clear? Kita damai?"

Rena menggeleng-geleng meskipun tersenyum juga akhirnya. "Emang kapan kita nggak ribut?"

Dan, mereka bersulang.

"Nonton apa kita?" Joshua mengalihkan tatapan ke layar televisi begitu ngeh Rena sudah menentukan mau menonton apa.

"Nggak tau. Lupa."

Joshua terkekeh geli.

Baru juga tontonan mau dimulai, terdengar suara bel pintu depan. Ada yang datang. Bel berbunyi lagi, kali ini dibarengi suara ketukan.

Rena mengernyit sebelum menatap Joshua dan bertanya, "Lo nungguin seseorang?"

Joshua menggeleng. "Mungkin kurir. Harusnya kondom gue hari ini udah nyampe."

"Gue aja yang bukain kalau gitu." Rena beringsut, berjalan ke arah pintu.

Begitu pintu dibuka, yang pertama Rena lihat bukan kurir sama sekali. Melainkan cewek yang baru melihat mukanya sudah bikin Rena naik darah.

"Ngapain lo di sini?" Si tamu bertanya dengan nada yang membuat Rena seolah baru kelar ngewe dengan Joshua.

Nami.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top