Day 8 : 'Till We Meet Again (END)

"Seenggaknya kita masih punya waktu untuk bernapas."

Zach mengecek arlojinya. Mereka berdelapan telah tiba di bandara dan masih bisa bernapas lega. Mereka meninggalkan cottage sejam yang lalu. Sementara Gary dan Chris mengurus koper-koper mereka, para cewek memutuskan untuk menunggu di dekat lobi utama—sebenarnya ini untuk kepentingan Holly—agar Tom dan Edward bisa menemukan mereka dengan mudah.

"Ini pertemuanmu yang pertama setelah kau menyatakan perdamaian." kata Sarah ketika menyudutkannya di stand oleh-oleh, setelah berupaya melupakan saja kejengkelannya terhadap Holly dan Chris yang menurutnya terlampau lama menghabiskan waktu untuk sekedar menghabiskan segelas besar limun—Chris hanya nyengir ketika Sarah mendamprat mereka berdua di cottage tadi.

"Yeah." sahut Holly, diam-diam mengamati cincin karet ungu yang melingkari jari manisnya.

"Kau nggak grogi?" tanya Sarah dengan tampang heran campur cemas, "Maksudku, ini kan bakal jadi semacam 'hello-goodbye' dengan ayahmu."

"Aku bahkan nggak yakin dia beneran mau datang. Siapa tahu saja Tom hanya agak berlebihan soal reaksi Dad demi menebus rasa nggak enak hatinya terhadapku." Holly mengangkat bahu, kemudian tanpa memedulikan tatapan prihatin yang ditujukan Sarah padanya, dia kembali ke ruang tunggu bandara, saat Chris juga baru kembali bersama Gary dari urusan koper-koper mereka. Ketika pandangan mereka bertemu, Chris mengedip padanya. Oke, ini norak, tapi seolah ada yang baru saja menempelkan kaleng kopi panas di kedua pipi Holly.

Pat sebenarnya sudah sangat curiga dengan 'acara beli limun' tadi. Dia tak henti-hentinya membombardir Holly dengan pertanyaan-pertanyaan 'menjurus' sepanjang perjalanan mereka menuju bandara. Namun Holly hanya menanggapinya enteng, berusaha menunjukkan isyarat bahwa tidak ada yang terjadi antara dia dan Chris di pantai tadi.

Well, memang tidak ada apa-apa selain ciuman dengan Chris.

"Mereka berdua beneran datang." ucap Sarah.

"Aku baru mau bilang itu." Pat menimpali.

Tom dan Edward memang sudah berada di lobi bandara, dan ketika Tom berhasil menemukan Holly, dia melambai penuh semangat, memberi isyarat pada ayahnya agar mengikutinya, dan segera saja mereka sudah mendatangi rombongan Holly.

"Aku nggak telat kan?" tanya Tom dengan senyum lucu. Dia kelihatan ceria dengan polo shirt garis-garis warna pastel dan sepatu karetnya. Holly menggeleng dan balas tersenyum, "Kau tepat waktu."

Sementara dia berbicara dengan Tom, teman-temannya terutama Sarah-Pat-Vera, mendadak menjadi sangat sibuk seolah mengupayakan sebisa mungkin agar-menggunakan istilah Vera-'suasananya mendukung'.

Entah apa maksud dari kata 'mendukung' itu.

"Jadi..." kata Tom lambat-lambat sambil menghela napas, "Kuharap aku dan Dad benar-benar bisa ketemu lagi dengan kau secepatnya."

"Pasti. Aku akan coba bicara dengan Mom tentang siapa yang kutemui selama liburanku di sini. Mungkin awalnya dia akan berteriak-teriak sedikit dan melotot-lotot padaku, tapi sesudah itu well, yah... aku nggak tahu juga."

Holly tersenyum, tapi tetap saja tak dapat melenyapkan setitik sorot cemas di matanya. Dan Tom melihat itu.

"Aku akan sangat mengerti kalau ternyata ibumu nggak bisa menerima kehadiranku."

"'Belum bisa' itu pilihan kata yang lebih tepat." Holly bersikeras, "Aku akan memanfaatkan nilai A-ku di kelas Public Speaking untuk mendeskripsikanmu pada Mom dengan sebaik-baiknya."

Tom terperangah sejenak, kemudian setelah dapat menguasai dirinya, matanya berkaca-kaca-astaga...cowok ini nangis!-dan Tom memeluk Holly.

Pelukan itu memang sangat amat mengagetkan, namun tidak sampai membuat Holly terlonjak beberapa meter ke belakang atau semacamnya lagi, tentu saja-ehem-berkat sedikit latihan dengan Chris di pantai tadi. Maka Holly balas memeluknya dengan kikuk.

Holly bersumpah sempat mendengar Sarah memekik.

"Ternyata kau otak encer." canda Tom setelah melepas pelukannya.

"Cuma sekali sih aku dapat A."

Holly nyaris melupakan Edward yang selama itu hanya berdiri saja agak jauh dari mereka. Dia terlihat canggung, apalagi ketika dia melihat gelagat Holly dan Tom yang sudah menyelesaikan obrolan. Perlahan dia menghampiri keduanya. Tom segera menyadari situasi dan menggunakan alasan 'berpamitan dengan yang lain' untuk meninggalkan Holly berdua saja dengan Edward.

"Jadi..." katanya lambat-lambat sambil menatap sepatunya, "...kulihat kau dan Tom sudah lumayan akrab."

"Yeah. " sahut Holly, "Syukurlah."

Edward akhirnya menatap Holly dengan mata cokelatnya, "Aku akan sangat merindukanmu, Nak."

Holly hanya balas menatapnya selama beberapa detik dan pertahanannya akhirnya jebol. Matanya berair. Mungkin hal itu yang mendorong Edward nekat dan memeluknya erat. Holly masih dapat mengingat aroma tubuh ayahnya sejelas terakhir kali mereka berpelukan, bertahun-tahun yang lalu.

Sungguh ajaib dampak yang dihasilkan dari sebuah pelukan. Sungguh aneh mengingat 'perselisihan' antara dia dan ayahnya yang sudah berlangsung bertahun-tahun seolah terselesaikan hanya dengan sebuah pelukan. Pelukan yang, sepertinya melenyapkan segala kekecewaan Holly pada Edward. Seolah bekas luka di lengan kirinya tak pernah ada.

Mereka belum saling melepaskan pelukan ketika Edward berkata lagi.

"Maafkan aku, Holly. Aku berharap dapat bertemu dengan ibumu dan... memulai segalanya dari awal. Bukan hal yang mudah, aku tahu pasti." suaranya terdengar parau.

"Aku juga berharap hubungan kalian berdua bisa membaik." ujar Holly tulus, akhirnya Edward menjauhkan diri. Mereka saling menatap mata basah masing-masing, dan tertawa.

***

"Aku nggak percaya!" pekik Sarah ketika dia dan yang lainnya berjalan pelan-pelan memasuki pesawat, melewati lorong. "Kau baru saja dipeluk-peluk cowok dan kau nggak bertingkah seolah kau habis kena setrum listrik!"

"Well, secara teknis mereka kan keluargaku." sahut Holly cuek sambil menaikkan kopernya ke bagasi di atas kepala. Sarah menatap Holly seakan mendadak ada tanduk yang mencuat dari kepalanya. "Apa?" Holly keheranan, "Kau sendiri yang bilang sesuatu tentang 'memberi kesempatan kepada cowok' itu. Nah, sekarang sudah kulakukan."

Lalu lalang penumpang lainnya yang mulai memenuhi kabin pesawat membuat percakapan mereka tidak nyaman. Holly buru-buru menyusup ke kursi dekat jendela, Sarah ikut duduk di sampingnya—yang entah mengapa, membuat dirinya sedikit kecewa.

Holly baru membuka-buka majalah yang sengaja dikeluarkannya ketika Sarah menyeletuk.

"Aku bangga padamu, Holly. Sungguh. Aku senang kau tampaknya sudah menjalani hari-harimu sebagai cewek normal..." Sarah meringis karena Holly baru saja memukul lengannya jengkel, "Tapi seenggaknya cerita dong apa yang kau dan ayahmu bicarakan tadi."

Holly lalu bercerita, apa adanya. Tidak banyak yang bisa diceritakan karena pada kenyataannya Edward hanya mengucapkan kurang lebih lima kalimat padanya. Tidak termasuk 'jaga dirimu baik-baik' yang dia ucapkan sebelum Holly masuk pesawat.

Mereka sedang beralih membicarakan Tom ketika kepala Sarah mendongak melihat Gary yang sedang melambai kepadanya dari pintu menuju kabin berikutnya. Lalu Sarah mendadak bangkit.

"Sisanya nanti saja setelah kita tiba dengan aman di New York." katanya.

"Kau mau ke mana?"

Sarah menaikkan kedua alisnya, "Kau ngomong apa? Bukannya aku sudah bilang karena penuh, aku terpaksa memesan kursi di kabin yang terpisah-pisah. Tapi syukurlah aku kedapatan duduk dengan Gary. Nah, ta-ta for now!"

Holly membuka-tutup mulutnya kebingungan. Dan panik. Dia kelupaan mengecek nomor-nomor kursi di tiket teman-temannya. Sangat tidak lucu apabila dia ternyata harus duduk dengan orang asing dan berakhir hanya mampu menikmati pemandangan di luar jendela-yang diduga kuat hanya berupa awan tebal putih keabu-abuan-sepanjang sisa perjalanan.

Holly celingukan linglung ke sekelilingnya. Dia tidak melihat teman-temannya selain Sarah semenjak memasuki pesawat. Astaga, di mana mereka?

Seolah menjawab doa Holly, Chris muncul sedetik kemudian dari pintu kabin dan berjalan ke arahnya. Piercing dan rambutnya bahkan terlihat lebih mencolok di dalam sini.

"Sori." katanya agak kepayahan sembari menaikkan ransel dan kopernya ke bagasi kabin, "Aku agak terhalang turis-turis lansia dengan tas-tas berlibur mereka yang super gede di sana."

Holly hanya bengong memandanginya.

"Kau lihat yang lain? Aku nggak ketemu mereka... kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Chris bingung.

"Sarah bilang kita mungkin duduk terpisah-pisah."

"Sarah memintaku memesan tiket pesawat dua hari yang lalu. Aku sudah cukup beruntung bisa dapat dua pasang kursi yang bersebelahan. Sisanya terpisah-pisah. Jadi Timmy, Zach, Vera, dan Pat harus menikmati kecanggungan duduk sendirian dengan orang asing selama perjalanan pulang." cowok itu terkekeh puas.

"Dan kau memesan kursimu di sini?"

Chris menjatuhkan diri di samping Holly dan menatapnya seolah dia baru saja bertanya pada Chris apakah bumi benar-benar berbentuk bulat.

"Jangan bercanda. Kau kan cewekku. Tentu saja aku kepingin duduk di sebelahmu."

Chris Logan bahkan sudah berencana duduk denganku sejak dua hari yang lalu. 'Cewek'nya.

"Tapi aku kan bukan cewekmu dua hari yang lalu."

"Tapi faktanya sekarang kau cewekku, kan?" Chris nyengir penuh kemenangan.

"Wah," sindir Holly, "...kayaknya Vannessa bakal merasa tersaingi dengan posisi baruku sekarang. Sayang aku nggak punya hewan peliharaan jantan di rumah, jadi nggak bisa sesumbar kepadanya soal siapa cowokku sekarang."

Chris terbahak, "Rupanya kau masih dendam soal penggunaan istilah 'cewek' itu? Kau tahu persis kali ini aku menggunakannya dalam arti apa. Cewekku. Pacar. Kekasih. Nah?"

Jawaban Chris membuat mulut Holly terkatup rapat dan hawa panas menjalari pipinya.

Kemudian tawa Chris berubah sinis. "Kau sendiri, sepertinya cukup menikmati dipeluk-peluk..."

"Mereka kan keluargaku!" potong Holly sebelum Chris sempat menyelesaikan kalimatnya, "Ya ampun, kau jadi kedengaran seperti Sarah..."

"Well, bagaimanapun Tom baru beberapa hari kau temui." balas Chris, "Setahuku kau punya... apa ya? Oh. Semacam masalah dengan cowok yang membuatmu alergi sampai-sampai kau sempat mendampratku dan berpikir tentang bagaimana kami, para cowok, menganggap kalian, para cewek, sebagai Playstation."

Holly mau tak mau mengakui kehebatan Chris dalam menghafal kata demi kata yang diucapkannya tempo hari.

"Kau juga baru beberapa hari kutemui." kata Holly defensif.

Beberapa orang yang duduk di sekitar Holly dan Chris melirik gusar karena keributan kecil yang mereka timbulkan. Namun Chris belum menyadarinya.

"Hei, aku butuh perjuangan cukup lama sampai akhirnya mendapatkanmu, ingat? Sementara Tom-mu hanya butuh waktu kurang dari empat hari untuk bisa memelukmu."

Orang-orang masih memperhatikan Chris. Namun kali ini mereka menahan senyum.

Oh, oke. Kurasa aku mengerti permasalahannya. Tanpa diberitahu pun aku bisa tahu. Sepasang turis lanjut usia yang mengenakan earphone di kursi paling depan juga pasti dapat menerka apa arti pembicaraan ini.

Holly juga jadi berupaya keras menahan senyum melihat pipi Chris yang kemerahan menahan kesal. Chris, bagaimanapun, jadi terlihat semakin menggemaskan.

"Oke." kata Holly lambat-lambat, "Baiklah. Aku mengerti. Berarti seharusnya aku menunggu kira-kira satu tahun lagi supaya bisa-secara sah-memeluk Tom."

Dia memberikan penekanan final pada kata-katanya dan beralih ke majalahnya lagi, meninggalkan Chris dengan raut tidak puas pada wajahnya yang cukup Holly nikmati. Dia berjanji dalam hati akan segera melaporkan segalanya tentang Chris ke ibunya nanti.

Ya, Holly memang harus bercerita banyak pada ibunya. Dia benar-benar berharap kondisi keluarganya-paling tidak-akan membaik setelah ini, walaupun dirinya tahu bahwa itu bukan pekerjaan mudah. Dan memang masih banyak hal yang harus dikerjakan.

"Hei, soal kita... apakah nggak apa-apa yang lainnya belum tahu?" kata Chris beberapa menit setelah pesawat lepas landas.

"Nanti saja setelah kita mendarat. Akan mengganggu ketenangan penumpang kalau Sarah diberitahu sekarang." Holly tertawa.

Ya, Sarah pasti bakalan heboh kalau dia diberitahu bahwa akhirnya, rencana perjodohannya berhasil.

---

THE END

Terima kasih sudah ikut Holly dkk liburan di Australia.

Dibaca juga ya Writer's Note. Kalo kepo. Kalo nggak kepo ya udah :')

Ehehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top