FDBH | 8. Strange Again

Komen yang banyak, votenya jangan lupa, dan follow akun saya ya untuk info yang bakal saya post di wall saya. Karena yang bakal tahu infonya nanti hanya followers saya :)

Btw, kalau mau up lagi, syaratnya harus banyakin komen, biar saya semangat gitu ^_^

●●

Aderine menghela napasnya,
mengingat ketakutan tak beralasannya semalam, membuat perempuan itu selalu terbayang dengan raut datar serta aura dingin Sean. Aderine benar-benar heran dengan reaksi tubuhnya yang berlebihan hanya karena sikap suaminya itu. Padahal, sudah biasa Sean bersikap dingin padanya, tapi sikap dingin Sean tadi malam seperti memiliki kekuatan magis yang membuat Aderine menyugesti dirinya sendiri untuk merasakan ketakutan yang luar biasa.

"Kamu sudah bangun?" Itu suara Sean, yang saat ini kepala laki-laki itu menyembul di balik pintu kamar Aderine.

"I-iya?"

Nada suara yang Aderine keluarkan lebih terdengar seperti nada tanya. Gadis itu heran dengan suara Sean yang terdengar lebih manusiawi dibanding biasanya. Sean berbicara selayaknya orang normal lain. Ya, bagi Aderine, Sean bukan manusia normal, karena selalu berbicara dengan nada datarnya, tidak seperti kali ini yang tumben-tumbennya berbicara dengan suara lembut. Hal ini membuat Aderine merasa tidak yakin jika laki-laki yang saat ini masih di ambang pintu kamarnya itu, memang benar-benar seorang Sean, si Es Balok itu.

Sean tersenyum. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar Aderine. Dan oh Tuhan! Senyuman Sean begitu memesona. Aderine seperti melihat sosok dewa Yunani yang sering digambarkan sebagai pria tertampan dalam novel-novel romantis yang pernah dibacanya. Sean begitu tampan dengan senyum itu. Senyum yang membuat bunga di hati Aderine bermekaran dengan indahnya. Aderine sampai tidak berkedip melihatnya. Apalagi penampilan Sean kali ini yang terlihat seperti anak muda―setelan kaos oblong bewarna putih yang dipadukan dengan celana pendek berwarna putih gading―kali ini gaya berpakaian Sean terlihat lebih santai, dibanding biasanya yang selalu mengenakan balutan jas mahal dan celana bahannya.

"Aku bener-bener khawatir sama kamu, Ad. Kemarin kamu tiba-tiba pingsan, dan untungnya nggak terjadi sesuatu sama kamu."

Apa? Apa Aderine tidak salah dengar? Sean tadi bilang mengkhawatirkannya, kan? Laki-laki itu begitu aneh.

Dalam pikirannya, Aderine menerka jika Sean tengah kerasukan jin baik hati, sehingga laki-laki itu berlaku selayaknya seorang suami yang mengkhawatirkan istrinya karena tiba-tiba tak sadarkan diri. Jika Aderine sadar, Sean juga menyebut dirinya dengan kata pengganti 'aku', berbeda dengan biasanya yang menggunakan kata ganti 'saya'.

Sean berjalan mendekati Aderine yang masih berbaring di ranjang tercintanya. Sean membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat semangkuk bubur dan segelas susu coklat.

"Makan ya, hari ini kamu nggak usah kuliah. Aku juga ngambil cuti hari ini. Yang aku takutkan, kalau sewaktu-waktu kamu pingsan lagi. Oh ya, tadi malam kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba pingsan? Jangan-jangan tensi darah kamu rendah lagi? Kita perlu ke rumah sakit kayaknya." Tanya Sean sambil meletakkan nampan itu di atas nakas samping tempat tidur Aderine. Sean duduk di ranjang istrinya, dan menatap penuh kehangatan pada gadis itu.

Aderine seperti tak mampu berkata-kata. Banyak keanehan yang Sean tunjukan pagi ini. Pertama, pria itu berbicara dengan bahasa yang lebih santai dibanding biasanya. Kedua, Sean seperti sudah terbiasa berbicara panjang lebar. Sean pada detik ini, seperti bukan Sean yang biasanya, di mana biasanya pria itu selalu pelit untuk menggetarkan pita suaranya agar mengeluarkan suara. Ketiga, Sean memberikan perhatian yang berlebih padanya, sampai-sampai pria itu rela mengorbankan waktunya yang berharga untuk merawat Aderine―padahal, masih ada banyak asisten rumah tangga yang bisa merawat Aderine di istana kebanggaan Sean itu―sikap yang Sean tunjukan, sama sekali tidak menggambarkan jika dia itu seorang Sean Leonard. Di mana, Sean Leonard merupakan sosok workholic yang sangat mendedikasikan waktu berharganya untuk bekerja.

Masih ingat dengan beberapa waktu yang lalu? Di mana Aderine meminta Sean untuk mendatangi pertemuan di kampusnya? Sean sangat menyesal mendatangi pertemuan itu. Bahkan hampir semalaman pria itu merutuki dirinya sendiri yang entah mengapa menyetujui permintaan Aderine kala itu. Sikap yang Sean tunjukkan saat ini, seperti bukan sikap Sean Leonard saja.

"Aderine, kok cuma diam aja sih? Kenapa? Sariawan?" Tanya Sean seraya mengelus puncak kepala Aderine. Hal itu semakin membuat Aderine terpaku.

"H-hah?"

"Kamu belum sarapan. Makan gih, jangan sampai maag kamu kumat. Bahaya kalau udah kronis," ucapnya yang membuat mata Aderine mengerjap beberapa kali.

Sejak kapan laki-laki dingin itu mengetahui jika ia penderita maag? Aderine tidak pernah tahu kalau selama ini Sean sering memperhatikannya, sampai-sampai laki-laki itu tahu kalau ia menderita asam lambung.

"Kamu masih melamun, ya? Nggak baik ngelamun di pagi hari," lanjutnya. Yang malah membuat mulut Aderine semakin terbungkam untuk bicara.

Kemampuan berbicara Aderine seolah menghilang karena perlakuan Sean yang kelewat manis padanya itu. Mulut gadis itu melongo saking terpukaunya dengan perlakuan Sean.

"Malah melongo lagi, aku cium nih." Sean mengecup pipi Aderine. Namun respon Aderine semakin aneh saja, mulut gadis itu kian terbuka lebar.

"Lama-lama bibir kamu yang aku cium." Sean terkekeh dan mengacak pelan rambut Aderine.

"Dih, beneran mau aku cium ya, bibir kamu? Atau kamu lagi kesambet setan?"

Hei, kamu yang kesambet setan!

Aderine seharusnya bersyukur karena perubahan sikap Sean yang bisa bersikap lebih baik padanya itu. Dengan sikap seperti itu, ketakutannya dapat menghilang. Tapi, perubahan sikap Sean malah membuat Aderine seperti patung hidup.

"Ya udah, kamu makan aja dulu. Aku mau mandi dulu. Lupa kalau pagi ini belum mandi, mungkin karena udah tua kali ya?" Sean terkekeh kemudian mengacak rambut Aderine lagi.

"Dihabisin sarapannya. Setelah itu, kita periksakin keadaan kamu ke dokter, takutnya terjadi sesuatu."

Sean kembali mengecup pipi Aderine, kali ini kecupan dalam waktu yang lebih lama. Kemudian, pria itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Aderine. Meninggalkan Aderine dalam mode kebingungannya. Tangan Aderine terangkat, memegang bagian pipinya yang dikecup Sean.

"Ini mimpi ya? Kok si Kulkas aneh banget? Kenapa ini jantung gue bisa jedag-jedug kayak baru lari marathon? Ya Tuhan, jangan membuat hamba-Mu yang unyu ini jatuh cinta sama Kulkas yang sama sekali nggak cinta sama Aderine. Aderine tahu kalau Daddy abal-abal Aderine itu cintanya sama Mommy, nggak mungkin bisa suka sama Aderine," gumam Aderine dengan tangannya yang sudah berpindah ke bagian dadanya yang terasa bergetar karena perlakuan manis Sean.

Sementara itu, Sean masih berdiri di balik pintu kamar Aderine. Laki-laki itu tampak memperhatikan Aderine, sudut bibir laki-laki itu terangkat, ia terkekeh geli. Aderine sangat menggemaskan. Apalagi dengan kata-kata yang menyebut dirinya sendiri unyu.

"Kalaupun kamu jatuh cinta itu sama aku. Bukan sama laki-laki kulkas itu." Sean menyeringai, dan pada akhirnya melangkahkan kakinya menapaki tangga untuk menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

****

Malam harinya, Sean dan Aderine kembali makan malam bersama. Sikap yang Sean tunjukkan masih sama, perhatian dan penuh kehangatan. Bahkan, laki-laki itu sampai mau membuatkan Aderine susu hangat.

"Syukur, ternyata kamu nggak kenapa-napa. Tapi aneh sih? Kata dokter tadi, nggak ada sesuatu apa pun yang bermasalah sama tubuh kamu. Katanya, kamu terlalu shock dan itu membuat kamu pingsan. Kamu shock kenapa sih?" Kata Sean panjang kali lebar serta diimbuhi beberapa pertanyaan. Tatapan laki-laki itu begitu teduh, membuatnya terlihat semakin memesona. Aderine baru meyadari sesuatu, jika sorot mata Sean juga berbeda.

"Ehm, nggak tahu." Aderine menggeleng kecil.

"Mungkin diagnosis dokter salah, mungkin kamu hanya kelelahan. Mulai sekarang, kamu harus memperhatiin kondisi tubuh kamu, kalau udah capek nggak usah dipaksain. Jatuhnya nanti sakit."

"Terima kasih nasihatnya." Aderine tersenyum canggung. Masih merasa aneh dengan perubahan sikap Sean.

"Of course, Baby. Anything for you." Sean mengedipkan sebelah matanya. Aderine merasa pipinya memanas. Gadis itu yakin, jika saat ini pipinya sudah semerah tomat atau mungkin sudah seperti kepiting rebus?

Lagipula, perempuan mana yang tahan dengan perlakuan semanis itu dari seorang laki-laki? Tidak, ada. Perasaan perempuan itu lebih peka. Makanya, kedudukan makhluk terbaper di dunia itu diduduki oleh kamu hawa, bukan kaum Adam yang malah suka memberi harapan palsu.

Biasanya, hanya karena perhatian kecil, perempuan langsung beranggapan jika si laki-laki memiliki perasaan padanya. Padahal, belum tentu hal itu benar. Dan hal itu membuat prosentase patah hati para perempuan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak kasus patah hati yang diunggah di laman media sosial, dan pada akhirnya viral. Kemudian sosok itu terkenal.

Kaum Adam biasanya lebih cuek, lebih mementingkan ego dan logikanya. Terkadang, laki-laki lebih suka dipuja dari pada memuja. Lelaki dengan wajah dibawah standar rata-rata pun, banyak yang bersikap sombong. Seolah-olah dirinya yang paling tampan, ada perempuan cantik yang mendekatinya pun, langsung bersikap jual mahal. Kenyataan itu semakin memperbanyak populasi jomblo di Indonesia, bahkan dalam lingkup dunia.

Dunia percintaan memang dalam masa gonjang-ganjing. Generasi Milenium banyak yang berstatus jomblo. Malahan, belakangan ini tengah viral dari dua sosok public figure Indonesia yang memperebutkan posisi Kepresidenan Jomblo. Satu sosoknya berusia hampir mencapai kepala empat, sementara yang satunya lagi melebihi usia kepala empat. Apakah dampak jomblo memiliki pengaruh besar terhadap berlangsungnya kehidupan dalam masyarakat? Tentunya ada. Dan itu bisa kalian buktikan sendiri.

Menurut pakar jomblo yang saat ini sudah pensiun dari jabatannya, sebut saja Raditya Dika, jenis jomblo itu terbagi menjadi beberapa macam. Salah satunya, jomblo struktural. Jomblo struktural adalah keadaan di mana seseorang menjadi jomblo karena kualitas orang tersebut―penawaran―dengan kemauan lawan jenis―permintaan―tidak seimbang.

Di mana, dalam salah satu bukunya yang berjudul Manusia Setengah Salmon, menjelaskan bahwa jomblo struktural muncul karena apa yang kita punya―fisik dan kepribadian―tidak sesuai dengan yang lawan jenis inginkan.

"Aderine, kamu hobi banget sama yang namanya melamun ya?" Suara Sean menyentak Aderine dari lamunannya.

Pikiran Aderine tengah asik menjelajah isi buku Raditya Dika―yang diingatnya―yang bagi Aderine sangat menghibur. Apalagi, ketika bahasannya tentang jomblo. Meskipun sebelumnya Aderine berstatus sebagai jomblo, tapi Aderine tetap menyukai bahasan itu.

"Mikirin apa sih?"

"Mikirin jomblo di Indonesia yang semakin meningkat."

Tbc...

Kocak tidak? Jangan bosen ya, sama ceritanya, moga aja nanti dapet deh feelnya hehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top