24. Pertama Kali

「Ini adalah hari pertama, dan bakal jadi hari yang paling berarti bagai cerita cinta yang ditulis di atas batu. Aku, Keishatora. Memperkenalkan diri sebagai pacar dari pembantu sendiri, Mark Luke. Aku benar-benar jatuh pada afsunnya yang tiada dua.

Bukan soal tampangnya yang rupawan, tapi soal hatinya yang menawan. Aku jatuh cinta sama dia dalam waktu yang singkat, yaitu saat aku menyadari, bahwa mata ini sangat terberkati tatkala terdiam, menatap rupanya.

Mark bilang, kalau ia juga jatuh cinta padaku.

Ah, ini adalah salah satu momen yang harus aku abadikan dengan cara menuliskan namanya di dalam hatiku.

Entah, namanya itu bisa saja membuat hatiku ini terberkati atau malah tersakiti. Mungkin, namanya itu bisa saja hinggap di hatiku meninggalkan duka yang mendalam atau bahkan, cerita indah yang akan kurindukan.

Mark, ini adalah kali pertama aku mencintai sosok yang latar belakangnya sangatlah berbeda. Dan, aku sudah jatuh cinta atas ketidaksempurnaanya hidupmu.

Mark, kumohon. Jangan permainkan aku lagi dengan segala apa yang telah kamu rencanakan di kemudian hari. ⸙」

˚₊· Tertanda,
Keishatora Van Grete.

Keisha tersenyum manis seraya menutup bukunya yang sudah terisi dengan banyak coretan-coretan kecil, ditambah dengan tempelan dari banyak orang yang pernah mengirimnya sebuah surat.

Menurut Keisha, meski hanya sebatas kertas putih kosong dengan satu titik tinta yang tergores disana, itu cukup berarti untuk mengutip; se-membahagiakan apa sih hidupnya selama ini?

Atau,

Seburuk apa ia hidup di dunia yang penuh kejutan di setiap waktunya.

🎡

Bukan jadi rahasia pribadi kalau Keisha sudah punya title perempuan spesial dengan Mark Luke. Mungkin, tidak seluruh orang mengetahuinya. Hanya anak satu kelas saja yang menyadari, bahwa ada sedikit perbedaan dengan Keisha yang masih berteman dengan Mark dan Keisha yang sudah menjadi kekasih dari Mark.

"Beuh mesra kali kids jaman now ini. Panggilannya apa? Babe? Atau apa?"

Mark terkekeh. "Ayah bunda."

"ANJAYYY TRENDING NOMOR SATU DI TWITTER SE KOTA JAKARTA INI MAH!"

Sunwoo berteriak heboh tatkala tengah bermain dengan Mark layaknya seorang reporter di televisi terkenal. Mark hanya bisa haha-hehe-hoho saja tanpa menghiraukan beberapa siulan yang bising di telinga.

Keisha mendengus pelan, "Udah napa, Woo. Pergi sana," usir Keisha sambil dorong Sunwoo pelan.

Sunwoo menutup mulutnya layaknya orang yang terkejut, "Auw, auw. Tidak mau diganggu rupanya. Baiklah, aku akan pergi mening--AWWWWH! IYA, IYA, YA ANGPHONEEEE!"

Sunwoo berlari terbirit-birit menuju ke bangkunya semula. Mark hanya terkekeh sambil mengusap surai Keisha sekilas, "Galak bener," cibirnya.

Keisha memutar bola matanya malas. "Atuh dianya ganggu geh tolol. SUNWOO BANGSAT!"

Gimana gak teriak itu Keisha kalau Sunwoo tiba-tiba berdiri di atas kursinya sambil nunjukkin ke anak kelas sebuah kertas gambar ukuran A3 yang udah ia coret dengan sebuah tulisan; AYAH, LIAT GEH, YAH, MEREKA GANGGU BANGET YA? KAYAKNYA IRI DEH SAMA KITA.

Mark turut menoleh. Lalu, pemuda ini terkejut setengah mati.

"DUDUK GAK LO, WOO?" pekik Keisha, "ATAU ENGGAK, GUA CUBIT LO LAGI NIH?!" ancam Keisha pada Sunwoo agar pria itu cepat duduk di atas kursinya.

Sunwoo mengacungkan dua jari andalannya. "Hehe. Peace, Kei. Betiway, Moga langgeng, yak, buat lu berdua." kata dia. "Moga cepet diberi momongan, digidaw aweu aweu." lanjutnya watados.

Keisha menggeram kesal, "SUNWOOOoOOOo!" sambil mengepalkan tangannya di atas udara, seketika tangan Mark berusaha untuk menahannya.

Mark menggeleng pelan, "Sabar, Kei." begitu ucapnya.

Keisha mendengus. "Terus aja belain si Sunwoo."

"Leh, enggak tuh?"

"Halah, daritadi juga gue digodain mulu sama dia. Masa lo diem aja sih?" tanya Keisha pada Mark yang tengah mengulam senyum tipis di wajahnya. Keisha menunduk dalam, malu.

Mark mengusak surai Keisha gemas. "Meski bawel, cantik lo gak pernah luntur, Kei."

WAKWAWWWW!!

. . .

A

da banyak yang bisa dilakukan sama mas pacar kalau di kota besar seperti Jakarta ini. Berduaan walau sekadar melihat langit malam, berjalan mesra di pasar malam, atau yang biasa dilakukan Keisha ketika bersama Jeno dulu, bermain bulu tangkis di makam hari.

Senilir angin beremvus, menyapu wajah Mark yang tengah tertawa gembira membuat Keisha ikut terbawa suasana. Mark ini elastis orangnya, dia bisa di ajak apa saja. Kebetulan juga, Keisha baru tahu kalau Mark ini multi talenta.

Mark memukul sebuah cock yang menghampirinya, "sMASH, KEII!"

Keisha menurutinya, namun salah sasaran. Mark memekik kecewa, "yAHHH PAYAH BEUT LU!"

Keisha cemberut dari kejauhan. "YODAH! GOSAH MAEN. POIN LU DAH BEDA 5 DARI GUA!"

Mark tertawa puas tatkala Keisha jatuh tersungkur di atas rerumputan. Keisha mengambil posisi tiduran sambil menatap banyaknya bintang indah yang tersebar di langit malam.

Mark menaruh raketnya, kemudian menghampiri Keisha. Mark turut tidur juga disampingnya.

Keisha menoleh sekilas ke arah Mark. Ia tersenyum kecil.

"Gue kira. Lo sama gua bakal terus jadi temen biasa, Mark."

Mark terkekeh. "Tuhan yang bikin skenario, tapi takdir itu kita yang megang."

Keisha menghela napas, "Lo tau Mark? Gue mau jujur sama lo kalo gue tuh kangeeeeen banget sama Mark yang dulu. Sekarang, Mark udah bisa ngalus ya? Perubahan yang bagus, tapi, gue merasa kalo apa yang di diri lo tuh, masih kurang, Mark."

Mark terdiam.

"Waktu di bandara. Itu kali pertama gue sama lo ketemu. Dan kali pertama juga, gue kayak ngerasa gak asing sama wajah lo."

Mark masih termenung, dengan mata yang menyorot kosong ke langit-langit.

Keisha tersenyum pahit kala mengingat ia yang tidak sengaja tertidur di atas balkon. Mark yang membantunya kala mati lampu juga.

Mark terdiam sempurna, "G-gue salah, ya, Kei?"

Keisha menoleh, guna menatap wajah Mark lekat ditrmani dengan cahaya yang minim.

"Enggak. Gue cuma ... rindu aja."

"Gue juga rindu."

"Perihal?"

"Kekosongan yang telah lalu."

Keisha mengrenyit, "Hah?"

Mark pun terkekeh kecil melihat wajah bingungnya Keisha. Mark menghimpit kedua pipi Keisha dengan tangannya seraya menatap Keisha gemas.

"Aku ini gak seperti apa yang ada di pikiran kamu, sayangggg!" katanya.

Keisha dan Mark sama-sama tertawa hingga akhirnya sang gadis memejamkan mata, menikmati sarayu yang berembus syahdu.

Mark menatap Keisha diam-diam. Pemuda itu tersenyum getir sambil mengusap surai Keisha yang berantakan sebab tertiup oleh angin malam.

"Kamu boleh melakukan apa saja ke aku, kala kamu kecewa apa yang bakal terjadi di kemudian hari, Keisha..." gumamnya, teramat pelan.

Ya, hanya Tuhan dan dirinya saja yang menjadi saksi. Betapa patahnya hari ini, karena ada beberapa memori yang kembali.

Baru pertama kali Mark berkencan dengan seseorang dan menyakitinya secara perlahan.






1000 words pas!
votment and, ily 2999!
kayaknya aku bakal kurangin dikirlt wordsnya biar ga bored gt kesannya. pas ak baca ulang dr chapt awal itu, kek boring, like....ugh, cringe aja lah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top