08. Tak Berhak Untuk Apapun
we continue,
TERPENDEK! AKU CUMA MAU NGETES OMBAK AJA,
mending 2k words/500words kayak gini?
"Kenapa gak mau cerita? Dia ayah kam-"
"Jangan ikut campur." balas Mark disertai dengan dengusan kasar yang keluar dari hidungnya. Aku menghela napas panjang, lalu maju lebih dekat-mendekati Mark yang tengah berdiri menatap langit malam di atas balkon kamar Mas Taeyong.
Aku sudah minta izin sama Mas Taeyong-bahkan Mas Taeyong sendiri yang menyuruhku agar menjadikan diriku sebagai sandaran; biar Mark cerita gitu tentang yang barusan terjadi.
"What happened?" tanyaku kemudian mengembuskan napas pelan, "Gak mau cerita nih, serius?"
Mark hanya diam. Wajahnya diselimuti oleh rasa cemas, jujur, aku memang tak tahu masalah apa yang terjadi. Jisung saja sampai mengurung di dalam kamar sebab banyaknya piring; bukan dari kaca, jatuh begitu saja. Jisung bilang, baru kali ini dia melihat perkelahian antara ayah dan anak di dalam rumahnya.
"Kamu bikin satu rumah khawatir, Minhyung."
"Stop to say that fuckin' words." ucap Mark dengan pandangan yang masih lurus. Melihat ke arah rumah depan yang sangat sepi-sebab saat ini pukul delapan malam, jelas semua sudah terlelap di atas kasur.
"Why not? That's your name, right? Minhyung dan Mark. Bukannya sama?" tanyaku.
Mark menoleh ke arahku sekilas lalu mendesah pelan. "Keisha, please. Jangan mancing aku buat cerita semuanya ke kamu. Biar aku yang nanggung sendiri, okay? Gotta go now."
Aku menggeleng, "Gak semudah itu, ferguso."
Mark mendengus. "Aku mau sendiri."
"Tapi aku maunya berdua sama kamu disini." balasku tak mau kalah. Mark menghentakkan kakinya sebal.
"Tapi aku gak mau kamu disni, Keisha!"
"Ini rumahku! Kamu gak berhak ngelarang aku buat pergi gitu aja, Mark!" aku memekik. Setelahnya, atmosfir kembali canggung. Sialan! Mengapa kebiasanku ini tak bisa hilang, hah? Kebiasan yang sangat ku benci; berbicara asal, tanpa mementingkan konsekuensi yang di dapat.
Mark terkekeh pelan. "Kau tau aku cuma pembantu disini," lalu menatapku sendu. "aku gak berhak apa-apa, kan, tanpa izin dari kamu? Emang. Apa urusanku?" dengusnya laku melangkahkan kaki, pergi meninggalkanku di luar sendirian.
"Eh, majikan. Masuk, udara diluar dingin. Nanti pembantumu juga yang repot membuatkan mu air hangat." sahut Mark ketika hendak menutup pintu balkon. Aku membalikkan badan, kemudian menatap sendu ke arah pintu balkon yang sudah ditutuo rapat itu.
Diriku kembali merenung, mungkin ini salahku. Mark memang-bukan Mark saja sih, pembantu mana yang tidak merasa tersindir ketika si majikan memanggilnya dengan sebutan tidak berhak ikut campur. Rasanya tak ada, hampir semua seperti itu.
Oke, itu kesalahan pertama..
Kesalahan kedua, aku terlalu mengambil emosi kejadian sebelumnya. Dimana Mark tengah melakukan aksi tidak pantasnya kepada Mas Taeyong. Jelas itu disebut tidak pantas, anak mana sih yang berani menampar wajah ayahnya-dan masalahnya pun masih tidak jelas?
Kesalahan ketiga ... sepertinya, tak ada.
Sigh. "Gabut." gumamku.
Maaf seribu maaf aku bukan orang yang tidak kuat dingin. Justru aku sangat suka dengan udara malam. Sejuk, pikiranku seketika tenang, tak aa yang menganggu. Ini adalah waktu yang tepat untukku.
Ya, tidur dalam posisi berdiri. Menyandarkan diri pada tembok seraya bertopang dagu, menikmati malam sunyi yang indah dan tenang ini. Bahkan telingaku hanya menangkap nyanyian merdu dari beberapa kunang-kunang. Sungguh adiksi yang membuatku bahagia.
Nyaman. Tak ada yang menganggu. Aku jadi leluasa untuk memulai mimpiku-mimpiku yang indah.
***
🚀pegel juga nulis banyak2, segini dulu ya.
( 1k+words/500words? )
NGOMONG-NGOMONG AKU JADI MAU BACOT TENTANG CERITA INI:
Cerita ini itu emang udah pasaran mungkin, ya, hubungan antara orang miskin sama orang kaya gitu. Terus gays, ini itu termasuk alur yang mungkin bakal lambat. konflik paling cuma sebatas mark sama mas tayo doang, oiya, jangan lupain istri mas tayo dan keluarganya. Bagi aku, mikir masalah gini, alur, plot twist kadang susah banget. Apalagi aku bukan jagonya di bidang plot twist makanya, aku sekalian belajar disini guise. Jujur, ini, konflik gak berat amat. Kesannya aku khawatir, kalian bakal bosan kalo perchapter itu beribu words. itu alasan aku mau mempertimbangkan, lebih baik gimana gitu..., huh, aku emang jauh banget woi dari autho yang udah terkenal, jadi maklum aja kalo jaln ceritq, diksi, masih berantakan! Makanya aku suka ngeskak sama cerita, gak bisa dilanjut, sebab aku kurang pede.
Gitu aja sih, bye.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top