05. Kenapa dengan Ayah?
we continue,
ANJIR! UP! RAME BINGGOW
"Waduh gila! Anak kamu cakep juga, Taeyong!"
"Ululululu, c'mon boy! Salim sini ke Tante!"
Mas Taeyong seperti menyuruh Mark agar bersalaman dengan kedua orang tuaku. Papa mengusak rambut Mark pelan, sedangkan mama mencium kening Mark. Mark sempat terkekeh pelan ke arah mama. Membuatku tersenyum tipis.
"Namanya siapa, mbak?"
Jisung nanya, aku jawab. "Mark Luke."
Adikku cuma ngangguk-ngangguk aja. Aku menghela napas kemudian berjalan meninggalkan kedua orang tuaku yang sibuk menyambut Mark. Jangan lupakan Mas Taeyong yang tengah mengenalkan kepribadian serta apa yang ada di dalam anaknya.
Jisung terlihat menyusulku dari belakang. Sayang seribu sayang, aku telah sampai di kamar lalu merebahkan diri disana. Menghirup napas banyak-banyak, lalu memainkan ponsel-seperti biasa.
From : Keisha
To : Lenlenq💄
Len, anaknya mas tiyong beneran kesini anjrodd.
Kemudian menaruh ponsel itu asal dan memejamkan mata.
Baru saja aku ingin beristirahat dengan damai, pintu kamar pun terbuka. Aku sedikit mengintip, ternyata Jisung yang masuk ke dalam kamarku. Kasurku berdenyit, tanda jika Jisung duduk di sampingku. Kemudian, Jisung menggoyangkan tubuhku, memintaku untuk bangun.
"Mbak, bangun geh bentar."
Tentu aku masih setia untuk memejamkan mata-bahkan lebih kuat lagi pejamannya. Dahiku sedikit berkerut, membuat Jisung menarik napas panjang.
"Mbak, adek tau, mbak gak tidur. Buru anjeng, bangun dulu bentar!" katanya. Aku menghela napas panjang lalu membenarkan posisi; duduk berhadapan dengan Jisung.
Aku menaikkan alis, memberi isyarat agar Jisung segera bicara. Jisung hanya diam dan diam. Aku justru mencubit pinggangnya hingga Jisung memekik. "Sakit tau!"
"Ya kamu! Bukannya ngomong buruan, kan ak-"
Jisung membekap mulutku dengan tangannya. Ia mendesis, "Ssshhh! Nanti berisik, terus ketauan!" ucapnya dengan berbisik. Aku hanya diam dengan mata yang menatap tajam ke arah Jisung. Bekapan tangan itu pun terbuka, dan aku bisa bernapas dengan leluasa.
"Gini. Aku nguping tadi, katanya Mas Taeyong bakal kerja di lain tempat juga. Haduh mbak, aku sempet mikir loh-maksudnya ... Disini, mama papa udah ngegaji Mas Taeyong kan? Tapi kenapa masih kurang aja gitu loh. Katanya Mas Taeyong bakal tukar peran gitu sama Kak Mark." jelas Jisung.
Aku mengangkat bahu, "Mbak juga gatau anjeng! Bukannya mbak gamau Mark ada disini loh, cuma ... Hueeeee! Masa aku sama Mas Taeyong nanti gak deket lagi? Gimana gak sebel."
"Kok malah baper-baperan sih?! Ini aku serius, jangan curhat dulu!"
"Gak mau, pokoknya gak mau! Mas Taeyong punya aku!"
"Dia kangen anaknya, mbak! Gausah egois deh!"
Aku mengerucutkan bibir, "Tetep aja gamau...," kemudian memalingkan wajah. "aku sama mas jadi jarang ngobrol."
Hufttt, tapi apa yang aku katakan semuanya benar kok! Mas Taeyong jadi lebih mengabaikanku-maksudnya, ia jarang berceloteh denganku sewaktu di mobil. Ia hanya terus bercakap blablablah dengan Mark menggunakan bahasa mereka. Aku mengerti apa yang mereka ucapkan, namun lidahku terlalu kelu untuk menimbrung pada percakapan mereka yang terlihat, errrr serius.
Jisung menghela napasnya. Kemudian menarik daguku agar aku menatap wajahnya. "Gua serius."
Aku hanya diam, menatap malas wajahnya yang terlihat lebih serius dari biasanya. Jisung melepas tangannya dari daguku kemudian mendekatkan wajahnya pada telingaku; hendak berbisik.
"Dia kerjanya di Kanada. Jadi, Mas Taeyong ke Kanada buat kerja tambahan sekalian katanya dia bakal nyari istrinya-lagi." lalu menjauh dari telingaku, "habis itu, gua gak tau deh mama sama papa nyetujuin apa enggak."
Mataku membola, "Yang serius lo?" lalu mendengus. "jadi dia semacam-Mark yang kerja disini, sedangkan dia yang ke Kanada? Dia boong gitu kalo bakal jadi supir tetap gue? Terus yang jadi supir gua siapa? Masa elo?!-Mmmmppph!!"
Mulutku lagi-lagi dibekap okeh tangannya yang bau azab!
Jisung mengangguk. Ia melirik ke arah pintu, takut jika ada orang disana. "Gini loh," ucapnya kemudian menatapku. "kalo adek jadi mama papa juga, pasti adek bakal ngizinin. Gimana ya, istri itu segalanya buat suami kan? Kalo istri Mas Taeyong gak ketemu mulu, kasian di anaknya, mbak. Takut gak pernah ngerasain gimana rasanya di dekapan ibu gitu loh. Rasanya bakal beda, percaya sama adek."
Aku mengangguk seraya mendecih. "Iya, mbak tau kok. Mbak ngerti. Cuma yang gak mbak terima tuh-kenapa harus Mas Taeyong?"
"Mas Taeyong kepala keluarga, mbak. Dia yang tanggung jawab tentang kehilangan istrinya. Toh, dia jua bakal kerja selingan di Kanada." jawab Jisung diselingi oleh napas yang menghela panjang. "Huh, males gue kalo cuma berdua sama lo."
"Heh anjeng, lo kata gue nggak males apa?!"
"Ya enggak lah! Lo mah tinggal mejeng aja sama anaknya Mas Taeyong! Ngehasut Kak Mark, ngomong yang enggak-enggak ke dia terus aku dijauhin sama Kak Mark!"
"Ngomong apa sih lo, bokong kuali?!" cercaku seraya menarik rambut Jisung. Jisung membalasnya lagi dengan menarik rambut panjangku yang terurai.
"Bodohnya di jantung sih, jadi mompa ke seluruh tubuh!"
"Lepas anjing! Sakit!"
Jisung semakin menarik rambutku dengan kuat ketika tanganku hendak menampar wajahnya. "Harusnya mbak duluan yang ngelepas tarikannya! Jisung lebih sakit, Allahu Akbar!"
"MAMAAAA! RAMBUT JISUNG DI TARIK MBAK KEISHA!"
Aku mendecih kemudian berhenti untuk menaeik rambut Jisung. Namun realitanya, tangan Jisung masih setia untuk menarik rambutku. Membuat aku, ikutan untuk berteriak, mengadu pada mama. "MAMAAAA!"
Kriet,
Jisung dan aku sama-sama menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampilkan badan tegap Mas Taeyong yang tengah menatap tajam ke arahku dan Jisung. Ia mendesis, "Sssttt, rumahnya geter tadi. Dikira gempa, taunya kalian."
Aku merotasikan mata ketika Jisung berlari mendekati Mas Taeyong. Adikku itu bersembunyi di belakang tubuh Mas Taeyong, membuat sang empu terkekeh geli. "Apaan sih, Jis?"
Jisung menggeleng. "Ada babi!" tunjuknya padaku. PADAKU, ANJENG! gak ada sopan-sopannya emang, pukimak!
Aku melotot, "Heh! Gausah sebut diri sendiri ya, gua gak suka!"
Jisung menjulurkan lidahnya kemudian berlari menuju lantai bawah, meninggalkan Mas Taeyong sendirian di depan pintu. Aku menghela napasnya ketika pintu itu semakin lama semakin tertutup.
"Mas Tiyong!"
Pintu terbuka kembali, Mas Taeyong merotasikan matanya. "Terong, Tiyong, dan Tayo. Mau manggil mas apalagi coba?"
Aku tertawa. "Kuyang!"
"Kayang aja sekalian!"
Aku terbahak melihat wajah Mas Taeyong yang tampak datar. Teman-teman disekolahku pasti aku berjengit ketakutan ketika Mas Taeyong menampakkan wajah datarnya, nyatanya, aku tidak. Ini seratus persen lucu! Lihat, alisnya tampak berkedut, nguahaha!
Aku memasang isyarat agar Mas Taeyong masuk ke kamar dan duduk di sebelahku. Mas Taeyong hanya iya-iya saja. Lagipula, pekerjaan sudah diselesaikan semua olehnya.
"Mas,"
Mas Taeyong menoleh ke arahku, "Kenapa? Jeno minta putus? Jeno buat youtube terus memalukan diri disana? Jeno maling? Jeno ngejemur baju? Jisung jadi babi? Jis-"
Aku menyumpal mulut Mas Taeyong menggunakan bantal kecil yang biasa di kasurku. Mas Taeyong merotasikan matanya. "Abisan, mas udah hafal. Kamu manggil mas, duduk berduaan, di kamar tuh ya, palingan buat curhat. Jisung jadi babi lah, apalah."
Aku terkekeh. "Bacot deh mas. Tang mentang mau balik ke Kanada, ya?"
Mas Taeyong menatapku terheran-heran. "Tau darimana?"
"Dari hatimuuuuu!"
Mas Taeyong menjitak keningku pelan membuatku sedikit meringis. Bukan main memang sentilan maut dari Bis Tayo ini!
"Mark lagi apa emang, mas?" lalu terkekeh. "tumben gak ngawal?"
Mas Taeyong mengangguk. "Lagi ngobrol sama orang tua kamu. Dia mah ngerti aja ornag ngomong apa, masalahnya, dia yang gak bisa ngomong sama orang sini. Susah berinteraksi, hehe."
"Ya lah, kawanannya sapi mulu, kok." celetukku.
Mas Taeyong tertawa. "Sekali-kali, kamu belajar bahasa hewan sama Mark."
"Macam: anjeng, babi, bangsat kao kimak! Gitu, kah?" kataku seraya menatap ke arah Mas Taeyong. Mas Taeyong tersenyum kemudian mengelus surai rambutku pelan.
"Kadang mas pengen punya anak cewek. Apalagi kayak Dek Kei." gumamnya lalu memalingkan wajah, menatap pintu kamar yang sedikit terbuka.
Ya Allah. Ternyata aku yang dianggap gak berguna sama mama papa, dibutuhkan juga sama Mas Taeyong! <33
Lagi-lagi, ia memasang wajah datarnya. Entah lah, terkadang tempat fotocopy saja tak bisa menscan wajahnya, saking ekspresinya itu benar-benar tak bisa di tebak! Entah sedih, marah, atau senang.
"Mas pengen anak cewek, atau kangen buat sama istri?"
Plak.
Mas Taeyong memukul pahaku. Aku sedikit meringis, "Galak banget sih! Jeno kalo disini, pasti bilang, ih buset! Mas Taeyong galaknya ngalahin wewe gombel! Sambil nunjuk ke arahku. Kan asu, mas."
Mas Taeyong lagi-lagi ketawa. "Bukan gitu, Dek Kei." lalu menghela napas. "Kamu mesum juga ternyata."
"Sehat, mas. Berarti aku masih normal."
Mas Taeyong tersenyum sekilas. "Kadang kalo mas lagi kangen istri tuh, lebih suka main sama Dek Kei. Gatau kenapa, auranya kayak sama aja." gumamnya, sendu.
Aku mengacungkan ibu jari tepat depan wajahnya. "Kan sama-sama cewek, mas."
"Eng-bisa jadi." balas Mas Taeyong kemudian terdiam sejenak. "Mas takut, takut banget. Gimana ya, mungkin kamu gak ngerasain jadi mas. Tapi bagi mas ini berat banget. Mas takut kalo Mark nanti gak bisa kanjut kuliah, gimana nyari kerja? Pendamping hidup? Temen aja kayaknya gak bakal ada yang mau sama dia."
"Sebab uang?"
Mas Taeyong melirik ke arahku lewat ekor matanya-kemudian mengangguk. "Mas udah kenal sama Jakarta. Kebanyakan, ya, mandang sisi derajat keluarga si teman, kan?"
"Sebenernya gak semua kayak gitu, mas," sahutku. Lalu tersenyum, "aku mau-mau aja kok temenan sama Mark. Mau banget malahan."
Mas Taeyong terdiam. Aku ikut terdiam.
Suasana kamar menjadi sendu, dan senyap tentunya. Atmosfir pun sedikit panas, sebab bagaimana ya, aku takut jika ada perkataanku yang membekas pada ulu hatinya-apalagi itu perkataan yang sangat mengusik pikirannya. Haduh, gimana ini?
Aku berdeham, "Khem. Kiw?"
'Tring!
Baik aku maupun Mas Taeyong menoleh ke arah nakas. Ternyata ponselku berdering, tanda ada pesan masuk.
Mas Taeyong menghela napas, "Mas keluar dulu, ya? Nyari angin."
Aku mengangguk kemudian membaca pesan yang baru saja di kirim oleh teman sekelasku-Alenna..
Pintu tertutup rapat. Tanda jika Mas Taeyong sudah keluar kamar.
From : Lenlenq💄
To : Keisha
Yang lo ceritain di chatting kemaren?
Aku mengetik sebuah balasan,
From : Keisha
To : Lenlenq💄
Iya! Terus katanya, mas taeyong mau balik ke kanada masa njer?! Btw, tau kagak, katanya... Mas taeyong tuh tkut kalo mark ga dapet temen. Buset, kalo Jeno ga lahir di dunia, udah gua gbet tuh si mark. Asoy anjer
'Tring!
From : Lenlenq💄
To : Keisha
Kebanyakan dosis kebodohan, darah netijen ini mengandung hemogoblok, trombolot, dan neutrolol. Lo gaada syukur2nya anjeng! Jeno udh dilahirin ganteng trs pacaran ma lo, masihhh aja ngeluh!
Aku terkekeh membaca SMS yang dikirim oleh Lena. Dia berkomunikasi denganku lewat SMS, sebab kuota HotRod 100Mb, 2Hr, Rp.4.500-nya sudah habis ditelan bumi untuk menonton video Atta gludug grebek rumah orang. Bagiku, itu semua sia-sia. Lebih baik digunakan untuk bermain hago sepuasnya.
From : Keisha
To : Lenlenq💄
Memancing = memang mantap chingu👍 lagian, tau gak, ndro? Sekali kali lo mampir ke rmh gwa, tatap tu si mork, nnti palingan lo pindah haluan dr si areng ke mork, yg bening dikit napa elah! Bucin kok ke kak mingyu!?
From : Lenlenq💄
To : Keisha
HEH BADROL! CINTA GUA TU GA MANDANG FISIX EA. POKOKNYA GAMAU TAU, DAN GA PDL. GUA GABAKAL NYANGSANG SM PESONA BABU LO ITU.
"EH SI ASU NGAJAK GELUT, BANGSAT!! SINI MAJU-ANJER, JANGAN TAHAN GUA BUAT MENGUMPAT! BABI, MAJU SINI ALENNA ANJENG! JANGAN TAHAN GUA, LEPASIN GUA!"
From : Keisha
To : Lenlenq💄
HEH GOBLOK! LAGIAN MARK JUGA TERLALU SUBHANALLAH BUAT LO YANG ASTAGFIRULLAH BUDUK GA KUTULUNGAN! LO CATET, YA. jangan. panggil. mark. babu. oQ bY33! KITA SKRG MUSUHAN GAMAU TAU.
Anda memblokir nomor tersebut. Buka blokir atau Laporkan?
Aku melempar jauh-jauh ponselku yang untungnya terlempar tempat di atas sofa. Aku berguling-guling di atas ranjang sembari mengumpat. Mengatakan Lena dengan sejuta sumpah serapah, menghujamnya dengan umpatan kekesalan, dan sebagainya.
"GELO LU NDRO! GAUSAH MANGGIL DIA BABU BISA MEUREUN?!" teriakku, namun terdengar sayup sebab terhalang oleh bantal.
Aku mengumpati dalam diri, semoga Mas Taeyong tidak membuka ponselku dan membaca semua riwayat pesanku dengan Lena. Aku takut, dia merasa terasingkan.
Kriet,
Aku mendengar suara decitan pintu yang terbuka itu. Aku pun menggulung diri di dakam selimut, menahan napas, kemudian menggigit bibir dengan kencang.
"Halo?"
Masih dalam posisi yang sama, aku bersembunyi.
Puk, puk.
Aku sontak bangun kemudian turun dari ranjang dan memasang posisi sungkem. "Maaf, Mas Taeyong, sumpah! Aku berdosa banget punya temen kayak Alenna!"
"Eh? Aku Mark."
Error.
Aku mengerjapkan mata berkali-kali kemudian membenarkan posisi. Berdiri dengan tegap, dan menatap Mark dengan tatapan-sinis, manipulasi untuk menyembunyikan rasa malu.
"Oh, kamu. Mau apa kesini?" tanyaku.
Mark menggaruk tengkuknya, "Katanya aku tidur di kamar. Jadi, where's my room?" tanyanya kepadaku. Aku menahan tawa kemudian merangkul Mark dengan mudahnya.
"O-oh! Huahahahha, dikira kenapa!" lalu menggeret Mark keluar dari kamarku itu dan menuju ke arah kamar yang lainnya. Kamar khusus Mas Taeyong jelasnya.
Mark mengulum senyum tipis. "Your home looking so..., Kece."
Aku menahan tawa. "Biasa sih." lalu membuka pintu kamar Mas Taeyong-yang mungkin akan menjadi kamar bekas Mas Taeyong.
"Ini kamar kamu. Tidur disana, nanti aku kasih selimutnya deh. Masih dijemur itu di luar, belum kering." jelasku. Kemudian dahi Mark berkerut membuatku menatapnya bingung.
"Whats wrong? Aku salah?"
"No. Sama sekali tidak. Cuma, I d-dont understand. Tadi kamu bicara apa?" balas Mark dengan tatapan bingungnya. Membuatku tertawa kemudian mendorongnya masuk ke kamar.
"Bukan perkara penting! Kamu istirahat aja dulu. Capek pasti. Nanti kita belajar bahasa bareng, deh. Hehe."
Mark tampaknya paham. Lelaki itu mengangguk semangat kemudian menyuruhku agar menutup pintunya. Aku hanya mengangguk saja. Lagian, belagak sekali disuruh menutup pintu saja masa aku menolak?
Huhu, senangnya punya temen bule asli. Bukan bulepotan macam Haechan-temanku yang lain, dia adalah orang yang mengaku keturunan asli Eropa. Aku mana bisa percaya! Mukanya terlalu lokal dan eksotis.
'Drrt drrt
"Halo, Jen?"
"Si Lena nyepam gua bangsat! Lo ngeblokir nomornya ya?"
Aku cengengesan. Makan sana blokiran! "Iya. Udahlah biarin, mending kita maen aja kuy? Mumpung masih sore nih, besok udah sekul abisan."
Jeno berdeham sembari mengunyah makanan. "Iye, iye. Gua ke rumah lo dah. Tunggu gua kelar makan dulu, yep? Muah. Gua tutup ya teleponnya?"
"Yoe brow," kataku. "hati-hati makannya, siapa tau nyawanya dicabut detik itu."
"NGOMONGNYA! ISTIGFAR, KEISHA! TARIK UCAPANMU, ALLAHU RAHMAN. GUA BELOM MAU ISDET!"
Tut.
"Dua tiga irfan bachdim. Astaghfirullahaladzim."
Aku berjalan masuk ke kamar sembari mengusap dada dengan sabar. Ini mulut gak ada remnya serius! Aku takut kalo ucapan itu doa, nanti siapa yang bakal jadi pendamping aq di masa depan selain Jeno?! Siapa, hah! Siapa?!
Puk.
Sontak aku membatu. Perlahan aku membalikkan tubuh, kemudian menghela napas lega. Ternyata itu Mark. Membuat kaget saja memang Mark ini!
“Ngape law?”
"E-eh ... Aku suka kamu, temenan yuk?"
Aku mengerutkan dahi. Ku tayap Mark lekat, dari atas ke bawah. Kedua pipiku mengembung, menahan tawa. Mark ini lucu sekali!
"Ngakak asu. Hahohaho—Hayuk temenan." sahutku, kemudian mengulurkan tangan. "Keishatora. Panggil aja Keisha cantik. Ehe."
Mark terkekeh, kemudian menjabat tangannya.
"Aku Mark. Ada salam dari Ayah tadi."
"Ayah siapa?"
Dahi Mark berkerut, "Ayah aku, hehe."
Sontak aku mengelus dagu, “Salam yang mana??”
“Eng...,” gumamnya seraya menggaruk tengkuk. “Y-yang tadi. Yaudah, aku permisi dulu, ya.”
Hah? Yang mana anjer? Ni bocah nyawanya masih di baling-baling pesawat pan ye?
+++
👪oke sist, ini pendek, ga kayak biasanya. kalo di work yg lain aku jarang yang namanya nembus 2k lebih-pernah sih, 4k/3k. tapi jarank.
baru work ini doang yang agak sering 2k,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top