8. Pergi | Osaka Sogo - IDOLiSH7
"Tidak semua dari kita mampu melakukan hal besar. Namun kita bisa melakukan hal kecil dengan penuh cinta." – Mother Teresa
Created: Selasa, 5 Mei 2020
------------------------------------------------------------------
"Obatmu bertambah satu lagi ya, Osaka-san. Selalu rutin diminum dan semoga kondisimu cepat membaik."
Di atas nakas sebuah ruang pasien terdapat empat jenis obat dengan beragam bentuk. Dua jenis obat tablet, bubuk, hingga kapsul sudah menjadi koleksi lengkap dalam proses pengobatan. Sogo hanya mengangguk dan berucap terima kasih kepada perawat yang juga mengantarkan sarapan pagi.
"Paket atas nama Osaka Sogo."
Laki-laki berambut ungu pucat itu menoleh. Seorang perempuan yang mengenakan jaket kulit berwarna oranye berlogo Takahashi Express. Setiap kedatangan gadis itu, Sougo selalu tersenyum lebih lebar. Setiap hari Jumat, ia akan menerima sebuah paket berwujud kardus. Pesanan yang ditunggu dengan sepenuh hati. Walaupun semua orang meninggalkannya, paket untuknya akan selalu datang.
"Pasti perlu tisu, bukan?" Sogo menyerahkan selembar putih kepada gadis kurir itu.
[Name] tertawa kikuk. "Te-terima kasih. Oh iya, tolong tanda tangan di sini."
Sogo menggores tanda tangan pada kolom yang tertera namanya. Sebelum itu, ia tak langsung mengembalikan daftar nama penerima paket. Ia menatap lekat-lekat wajah gadis itu.
"Terima kasih karena selalu mengantar paketku dalam keadaan selamat."
"T-Tidak masalah! Ini kewajiban saya. Saya bersyukur kalau paket yang diterima selalu dalam kondisi baik."
Sogo tersenyum tipis. "Bolehkah aku meminta sesuatu? Setiap Jumat saja."
[Name] mengernyitkan dahi. "Ka-Kalau bisa."
Sogo memberikan map plastik itu. "Selama tidak ada paket, apakah kau boleh datang berkunjung ke sini? Saya akan membayar untuk setiap pertemuan."
Selama bekerja sebagai kurir, [Name] tidak pernah mendapatkan permintaan unik seperti ini. Sogo merupakan penerima paket yang paling berbeda. Ia selalu harus ke rumah sakit untuk mengantarkan pesanan online pemuda itu. Ketika ia ingin menitipkan kepada resepsionis, Sogo berpesan agar segera diantar ke ruangannya. Selama itu, [Name] tidak masalah mengantar pesanannya karena Sogo tidak menderita penyakit menular.
Entah apa, tetapi [Name] sungkan bertanya.
"Saya akan sesuaikan dengan jadwal pengantaran, ya."
Sogo mengangguk, lalu menyerahkan secarik kertas bertuliskan nomor ponselnya.
"Apa pun keputusan [Name], tolong hubungi saya."
Pergi
Pair: Patient! Osaka Sogo (IDOLiSH7) x Courier! Reader
Song on media:
Utada Hikaru - Hatsukoi (OST Hana Nochi Hare / Hanadan)
.
.
.
Ternyata permintaan Sogo tidak berdampak terhadap jadwal pengiriman barang. Biasanya, [Name] akan langsung pulang setelah mengirim pesanan Sogo. Namun, Sogo berkata tidak akan memesan barang dalam beberapa minggu ke depan. Sebagai gantinya, ia malah meminta [Name] sekadar menemaninya, cukup demikian dan dibayar.
Jika dipikir-pikir, itu sebuah tawaran yang menarik. Soal bayaran memang menggiurkan, tetapi seolah kebiasaan pasti [Name] merasakan keanehan jika tidak singgah ke rumah sakit.
"Ah, [Name]. Selamat sore."
"Sore," sapa [Name] kembali. Sogo terlihat sedang menulis sesuatu. Ia berdiri di sebelah Sogo; ikut mengintip sedikit. Terlihat tulisan "toko kaset".
"Ingin ke sana?" tanya gadis itu spontan, lalu mundur beberapa langkah. "Maaf, saya penasaran."
Sogo terkikik kecil. "Saya suka dengar musik. [Name] suka?"
"Tentu saja! Mau rock atau pop, saya suka!"
Netra keunguan Sogo terarah pada jendela yang menyorotkan cakrawala jingga. "Saya selalu ingin ke toko kaset. Bosan saya cuma pesan online terus. Pengen saya datangi toko fisiknya."
Sebenarnya, toko kaset langganan Sogo tidak jauh dengan lokasi rumah sakit. Menaiki bus sekali dan berjalan sejauh seratus meter agar dapat tiba di sana. [Name] jadi tidak enak hati melihat Sogo yang tampak muram.
"Ingin saya temani? Tapi hari Minggu."
Sogo mengusap dagu. "Perawat tidak mengizinkan saya keluar."
"Be-benar juga. Maaf."
"Tidak, saya paham maksud [Name]-san baik, kok. Cuman penyakit saya menyusahkan. Padahal saya yakin akan baik-baik saja selama mengonsumsi nutrisi yang cukup."
[Name] menggaruk tengkuk. "Sebenarnya Sogo-san mengidap penyakit apa, ya?"
"Gastritis kronis dengan sejumlah komplikasi lainnya."
"Semoga segera membaik, ya."
"Terima kasih, [Name]-san."
"Kalau diizinkan perawat, berarti pasti kondisimu membaik?"
"Seharusnya begitu. Kalau memang bisa, saya akan segera mengajak [Name]-san."
∆ ∆ ∆
Selama waktu terus berlalu, [Name] semakin rajin mengunjungi Sogo. Kadang-kadang, ia juga membawa majalah fashion. Terkadang pula, Sogo tidak dapat dijenguk sama sekali. Namun, harapan [Name] menginginkan kesembuhan Sogo tak pernah seret. Jumat selalu menjadi hari favoritnya.
Hari itu Sogo menerima izin dari perawat dan dokter setelah sekian lama. Ada perasaan bahagia yang meluap ketika [Name] menyadari Sogo memegang beberapa tumpukan kaset. Terlihat binar bahagia ketika ia bisa mendatangi toko langganannya itu. Sebuah harapan Sogo sejak lama. Terkesan sepele bagi orang-orang sehat, tetapi momen saat itu sangat berarti bagi Sogo.
"Osaka-san," kata [Name] memungut sebuah kaset yang terjatuh.
Sogo menoleh sambil menumpuk kaset dalam keranjang pada tangan kiri. Tangan kanannya memegang sebuah headset.
"Sini, [Name]," ajak Sogo dengan arahan tangan agar segera menghampirinya.
Sogo memasangkan headset ungu pucat miliknya pada kedua telinga [Name]. Toko kaset langganannya itu memiliki fasilitas khusus mendengarkan lagu di tempat sebelum membeli produk fisiknya.
Dalam sekali dengar, [Name] sudah terlarut dengan nada lagu rekomendasi Sogo.
"Ini ... bagus!"
Sogo tersenyum lembut. "Benar, bukan? Aku akan beli ini juga!"
Usai melakukan pembayaran, [Name] dan Sogo meratapi jalanan basah oleh guyuran hujan.
"Ini untukmu," kata Sogo memberikan album duo penyanyi yang tadi didengarkan [Name].
"E-eh? Tapi saya cukup senang hanya menemani Osaka-san."
"Ayo terima, ya! Sebagai bentuk persahabatan kita!" ucap Sogo menyerahkan album itu di atas telapak tangan [Name].
[Name] melirik waktu pada ponselnya. Mereka sudah hampir dua jam berada di luar rumah sakit. Melebihi janji kepada perawat hanya satu jam saja.
"G-Gawat," ringis [Name] menyadari hujan semakin deras. Padahal, jarak rumah sakit dan toko kaset tidak jauh walaupun harus berjalan kaki.
"Kita pergi saja, yuk," ajak Sogo menggandeng tangan [Name]. Gadis itu mencegat lengan Sogo.
"Tapi kau bisa basah. Kita tak punya payung."
"Aku punya baju ganti untukmu. Maaf, aku tidak ingin [Name] balik lebih malam lagi karenaku." Sogo tampak muram, terlihat tatapan bersalah. Langit pun semakin kelam seiring siang berlalu.
"Ba-baiklah."
Walaupun terguyur basah oleh air hujan yang perlahan menusuk tulang, tetapi genggaman tangan Sogo yang hangat.
[Name] ingin, ingin sekali masa-masa itu tak terlalu cepat berlalu, bahkan ingin waktu berhenti.
Selamanya.
∆ ∆ ∆
"[Name]-chan?"
Manik [Name] setengah terbuka. Wujud rupa seorang laki-laki berambut biru muda itu mengguncang bahunya beberapa kali.
"Tamaki-kun, aku ... sudah banguuun," ujar [Name] bersuara parau. "Loh ... seharusnya aku ada di rumah sakit. Sejak kapan aku bisa ada di rumah?"
Tamaki setengah terisak. "[Name]-chan, berhentilah memanggil Sou-chan. Dia sudah tidak ada."
[Name] mencubit pipi Tamaki. "Adik bodoh! Apa maksudmu? Awalnya, dia memang teman kontrak selama aku bekerja menjadi kurir, tapi kini dia benar-benar jadi sahabatku!"
Air mata Tamaki semakin deras membasahi kedua pipi. Ia memeluk [Name] erat-erat. Ia menyesal hari itu, ia mengoper seluruh pekerjaan kurir kepada kakaknya. Namun, [Name] selalu berpesan bahwa pendidikannya adalah yang terpenting. Berilmu; sebuah prioritas dalam kehidupan.
"Tamaki-kun? Kenapa kau menangis?"
"Sou-chan ... sudah setahun lalu meninggal. Dan [Name]-chan. Kata psikiater, kau mengidap skizofrenia. Tapi masa bodoh, aku akan selalu berada di sisi kakak. Kakak tak harus lagi merasa sakit seperti ini."
Sedikit demi sedikit, fragmen ingatan [Name] mulai terhubung. Beberapa kotak plastik kaset yang jatuh dalam keadaan retak. Disertai bercak darah mengalir, bercampur air hujan. Ketika mereka menyeberang demi mengejar bus yang sudah berhenti di depan terminal. Namun, seakan rambu merah bukanlah masalah, sebuah mobil terus melaju dan menghantam mereka.
"O ... Osaka-san?"
Sogo terus memeluknya.
"Saya ... tidak masalah jika mati sekarang. Setidaknya, saya tidak harus kesepian dan sendirian di rumah sakit."
"Kumohon, tetaplah bertahan!"
"Terima kasih karena selalu ada untukku, [Name]-san."
Mata [Name] menggenang. Ia juga mulai merasakan nyeri yang menjadi-jadi. Guyuran hujan juga tak kian berhenti. Namun, sekumpulan orang mulai mengerubungi mereka. Mendatangkan pertolongan pertama, tetapi bahkan sampai di rumah sakit pun, Sogo sudah tak terselamatkan.
Ingatan itu kembali seutuhnya.
[Name] ingat pula setumpuk uang di dalam amplop cokelat yang diberikan oleh perawat. Memang, pertemuan mereka memang berawal dari motif ekonomi. [Name] menjadi amat materialistis; bekerja agar meluluskan Tamaki sampai ke perguruan tinggi.
Tumpukan uang yang mengudara sesuai arah gravitasi. Sebanyak apa pun, Sogo tak pernah kembali.
Berteriak histeris.
"Seandainya, aku tidak mendukung pemikiran Osaka-san yang lebih mengutamakanku daripada dirinya sendiri. Aaaaaah! Seharusnya aku saja yang mati!"
"[Name]-chan! Ini bukan salahmu! Ini kecelakaan. Kau juga sakit, kau juga terluka!" Tamaki mengusap bahu [Name] perlahan.
Tamaki tahu jika semua kejadian miris ini tak bisa berlalu secepat angin lalu. Berkali-kali, [Name] selalu tanpa sadar datang ke toko kaset dan ke rumah sakit. Ia tertawa, seakan sedang berinteraksi kepada orang lain--- Sogo. Versi dunia khayalan yang hanya ada dalam benak [Name].
"Selamat jalan, Sou-chan. Tenanglah di sana. Kakakku ... pasti akan sembuh."
| fin |
A/N:
Akhirnya ada sebuah fic angst, setelah menyelesaikan 7 part uwu. Kalau dengar lagu MEZZO", alunan lagu mellow jadi mendukung buat tulis yang sedih-sedih.
Selanjutnya nggak angst lagi kok, nanti aja kalau pengen lagi. Pokoknya target 12 part terkejar dulu ululululu *eh xD
Berdasarkan kutipan dari Google, skizofrenia adalah kelainan pemikiran yang terlihat tidak berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top