2. Pilihan | Kiro - MLQC
"Teruslah tersenyum, karena hidup itu indah dan terdapat banyak hal yang bisa disyukuri." - Marilyn Monroe.
Created: Rabu, 29 April 2020
-------------------------------------------------------------------
Sebagai produser yang suka berpakaian senyaman mungkin, [Name] tidak terlalu yakin dengan pilihan pakaian yang menarik. Anna, teman sekerjanya itu tidak bisa menemani ke department store. Begitu pun dengan Willow, Kiki, dan Minor. Ia tidak masalah jika harus pergi sendiri, tetapi tidak ada yang bisa memberinya opini.
Untuk sebuah acara, [Name] benar-benar bingung. Ia hanya membutuhkan sebuah pakaian. Hanya satu, tetapi ada dua pilihan yang membingungkan.
Tepat saat itu, bunyi panggilan masuk hadir di dalam saku celana [Name].
Kiro.
"Halo?"
[Hei, Miss Chips! Sedang apa?]
"Sedang ... bingung."
[Ayo, ayo beritahu aku! Siapa tahu aku bisa memberimu masukan? Superstar Kiro kini siap menjadi konsultan]
[Name] terkekeh mendengar guyonan Kiro yang selalu bisa mewarnai harinya. Walaupun Kiro adalah publik figur yang amat populer, tetapi laki-laki itu tidak arogan dan mudah berbaur dengan siapa saja. Banyak staf acara televisinya yang juga senang jika ada kerja sama dengan Kiro.
"Uangku hanya cukup beli satu pakaian. Yang satu terlihat kalem dan nyaman dikenakan, tetapi satu lagi agak ... yah, sesuai standar untuk acara."
Acara yang dimaksudkan adalah penghargaan acara televisi terbaik. Walaupun sebagai produser masih termasuk baru, [Name] sangat menghargai kesempatan ini. Ada banyak publik figur, sutradara, dan staf penting lainnya yang bisa dijadikan tambahan networking.
Tak langsung menanggapi, Kiro mengajukan panggilan video. Tak sungkan, [Name] mengizinkan panggilan itu. Laki-laki berambut kuning itu sedang berada di kamar tidur. Tak lupa, ia melambaikan tangan.
[Benaran sedang berbelanja, ya?]
[Name] mengarahkan kamera belakang untuk menunjukkan perbedaan kedua pakaian.
"Kau kira aku berbohong? Tuan Kiro yang baik hati, jika berkenan, bagaimana?"
[Maaf, maaf! Hm ... aku lebih suka yang kiri, sih]
Bertemakan hitam dan putih. Pada sisi kiri menunjukkan sebuah gaun putih berlengan dengan A Line yang anggun dengan sejumlah hiasan brukat. Memang pilihan awal ini terlihat nyaman untuk dikenakan dibanding sisi kanan--- tidak berlengan, potongan rendah, tetapi menunjukkan karisma yang tinggi.
"Apakah aku cocok memakai gaun yang kiri?"
[Mau dua-duanya juga boleh, sih. Tapi perasaan nyaman dan senang dalam berpakaian itu penting]
Kedua sudut bibir [Name] terangkat. "Benar. Terima kasih sudah memberikan masukan."
[Apa Miss Chips memutuskan langsung pulang setelah ini?]
"Sepertinya begitu. Sudah tidak ada aktivitas lain lagi di luar, lagi pula aku hanya seorang diri."
[Tu-tunggu! Kalau begitu, makan malamlah denganku]
"Heeeh? Tapi kalau keluar bersamaku, apa tidak akan ketahuan oleh fans?"
[Aku selalu bisa menyamar dengan sukses! Tetap di sana. Aku akan sampai dalam lima belas menit. Sampai berjumpa lagi~]
Panggilan pun terputus. [Name] menyudahi sesi belanja sesuai dengan membeli gaun putih. Menunggu di depan lantai dasar department store, kehadiran pelanggan lebih ramai untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Ia takut jika Kiro benar-benar sampai tertangkap basah oleh satu fans saja.
Suara penggemar yang histeris bisa mengundang suara lainnya. Bisa jadi kejaran maut yang tak menyenangkan.
Sebuah sedan abu-abu metalik berhenti tak jauh dari posisi [Name] berdiri. Kaca pada pintu belakang mobil terbuka setengah; terdapat pria berambut kuning berkacamata hitam dengan topi bucket hitam.
Sekali lambaian tangan diarahkan kepada [Name]. [Name] menunjuk dirinya sendiri, tetapi melihat sekitar pengunjung lebih sibuk keluar dan masuk. Ia berjalan mendekati mobil itu.
"Penyamaranku sebagus itu sampai tidak mengenalku, ya?" Kiro terkekeh sambil bergeser, mempersilakan [Name] duduk di sebelahnya.
"Iya, ahahaha," tawa [Name] kikuk.
"Tenang saja, kita aman saja, kok!"
Sesuai perintah Kiro, manajernya memarkirkan mobil tepat di sebuah kedai barbekyu bakar. [Name] yakin jika Kiro bisa sukses membintangi variety show jajanan kuliner sekitar kota Loveland. Namun, hal tersebut cukup berisiko karena kehadiran fans dan profesi sebagai idola yang ketat dalam menjaga pola makan.
"Kenapa pergi belanja sendirian?" tanya Kiro memulai topik.
"Semua sedang sibuk, jadi aku pergi sendiri. Tapi terima kasih karena kebetulan Kiro memanggilku, setidaknya aku bisa pulang lebih cepat."
Kiro mengusap dagu. "Hm, gaun itu untuk acara apa?"
"Penghargaan acara televisi kota Loveland. Padahal aku baru meneruskannya selama dua tahun ... jadi kemungkinan belum ada acara televisi yang bisa dijadikan prestasi."
"Kita hidup di masa sekarang, jadi itu sudah keren banget kok! Dan ya, aku juga diundang!"
Mengingat Kiro pernah menjadi bintang tamu di sejumlah acara televisi, hal tersebut tidak mengherankan. Ia bisa diundang sebagai nominasi bintang pendatang baru.
"Wah, syukurlah. Nanti aku tidak akan terasingkan karena Kiro ada di sana. Pasti yang hadir nanti tokoh terpandang, eh tapi Kiro juga ya ... soalnya figur publik."
Kiro mencubit pipi [Name]. "Jadi produser itu juga terpandang, kok! Apalagi bertahan sampai dua tahun meneruskan perjuangan ayahmu itu hebat."
Cubitan Kiro di pipi tertarik pelan, tetapi selalu bisa menyenangkan suasana hati [Name]. Selama bersama Kiro, mereka bisa menikmati jajanan sederhana. Tanpa merasa canggung dan malu. Jika waktu dapat berputar di masa lalu, Kiro adalah teman baik impian yang tidak pernah dimilikinya saat masih bersekolah.
"Aku akan duduk di samping Miss Chips saat acara penghargaan nanti, jadi ditunggu saja ya!" ucap Kiro menepuk bahu [Name].
"E-eh? Bagaimana bisa?"
Iris kanan biru keabuan Kiro berkedip sekali. "Bisa, dong. Kenapa tidak?"
"Kalau bisa, aku request satu hal. Jangan terletak terlalu depan, posisi di tengah, dan tidak terlalu dekat dengan speaker."
"Mohon maaf itu bukan satu, tapi tiga request, Miss Chips."
"Anggap Kiro sang jin, dan aku si Aladdin-nya," usul [Name] terkikik kecil.
"Berarti semua permintaan telah digunakan." Kiro menggeleng bingung. "Mengherankan sekali, Tuan. Mereka meminta kekayaan, tetapi Anda hanya senang karena bisa duduk di sebelah Hamba."
"Ya, tidak masalah. Jika ada jin sungguhan, aku tidak butuh kekayaan, tapi perasaan 'cukup' yang hakiki," kata [Name] melahap potongan daging dari grill pan.
"Benar juga. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik," sambung Kiro meniru tindakan yang sama.
"Jadi permohonanku dikabulkan, tidak?"
"Dikabulkan dengan satu syarat," tutur Kiro menatap [Name] lekat-lekat.
Sedetik.
Dua detik.
Tiga detik.
Jeda diam di antara mereka.
"Kita nonton bioskop bareng, yuk!" ajak Kiro menjentikkan jari.
[Name] melongo. "Ya?"
"Heh, jawabnya nggak dipikir dulu?" Kiro bersedekap; berpura-pura ngambek.
"Selama ada film yang bagus dan tidak ada kejar-kejaran dari fans."
"Siap! Buktinya saja, di sini tena---"
Bunyi gelas plastik jatuh menjedakan ucapan Kiro. Seorang wanita paruh baya menutup setengah wajah dengan telapak tangan. Padahal kedai makanan barbekyu ini tidaklah ramai. Target pengunjung pun bukanlah remaja.
Sebagai superstar, Kiro tetaplah populer di mata kalangan mana saja.
"Kiroooooo! Fotolah dengan tante!"
"Maaf saya tidak bisa!" Kiro langsung menarik pergelangan [Name] keluar dari kedai. Mereka memang sudah menghabiskan lebih dari setengah porsi, tetapi masih bersisa.
"Yah, ajakanmu ... batal dong?" tanya [Name] menarik napas pendek-pendek setelah masuk kembali ke dalam mobil.
"Tadi aku sudah membuka penyamaranku, jadi ketahuan. Janji tetap janji, oke?"
Jari kelingking Kiro terulur lebih dulu. Tanpa ragu, [Name] mengaitkan jari kelingkingnya pula.
"Selama kursi acara penghargaan sesuai dengan kesepakatan awal."
"Tentu. Aku akan sangat menantikan hari itu tiba." Kiro tersenyum lebar, lalu bersama [Name] memandangi langit malam yang terang berpendar lampu jalanan.
| fin |
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top