14. Waktu | Koga Oogami - Ansuta
"Berpikirlah positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu." - Ali bin Abi Thalib.
Created: Selasa, 12 Mei 2020
--------------------------------------------------
Dua kantong berisi keperluan sehari-hari dalam sebulan ditenteng oleh seorang gadis. Ia baru saja pergi dari supermarket setelah menyelesaikan tawaran freelance. Tak seperti hari sebelumnya, hari itu terjadi kejadian yang tidak biasa.
Di dalam keranjang, ada sesosok eksistensi mungil yang terus menggonggong berselimut putih. [Name] seketika melotot. Anak anjing berbulu cokelat muda itu ditempatkan tepat di depan pintu apartemennya.
"Anak anjing siapa ini?"
[Name] menatap bingung selama beberapa detik. Di balik selimut terdapat secarik kertas berisi tulisan tangan.
Tolong rawat peliharaanku. Satu minggu saja. Bantuan Anda akan dibayar dengan layak. Terima kasih.
- tetangga sebelah.
"Ada apa, sih?"
Oogami melihat tingkah gadis itu tak biasanya--- terus mondar-mandir seperti kebingungan arah dan tujuan.
"Oogami-kun!" sergah [Name] menghampiri tetangga apartemennya. "Bantu aku!"
Anjing itu menatap binar Oogami.
"Hah? Ngapain?"
"Sepertinya kau cukup bisa diandalkan dalam merawat hewan, jadi ... bantulah aku. Bayaran dari tetangga sebelah akan kubagi dua."
Oogami menatap sinis. "Urus sendiri."
Waktu
Pair: Koga Oogami (Undead) x Reader
Note: ooc
.
.
.
Kalau Oogami akan langsung menuruti permintaan [Name], maka ada dua hal yang memungkinkan: dunia kiamat atau orang itu bukan Oogami. Apalagi mereka tak begitu dekat. Sesekali [Name] hanya menyapa apabila berpapasan, tetapi berbalaskan buang muka.
Gadis itu tetap saja bodoh amat. Alih-alih tersinggung, ia menganggap Oogami hanya malu.
Saat dibawa masuk ke dalam apartemen, [Name] mengelus anjing itu pelan-pelan. Tak biasanya tetangga itu meminta bantuan. Ia bahkan tak ingat rupa terakhir kali berjumpa. Namun, [Name] pantang menyerah. Ia akan mendesak Oogami sekali lagi.
Ia takut berakhir menyakiti anjing yang dikalungi dengan ukiran nama Dodo. Dodo masih tampak muram. Ia juga tidak terlihat tipe anjing yang hiperaktif. Seperti rumah sederhana; keranjang itu menjadi peraduan setelah diajak berkeliling.
"Oogami-kun!"
"Sudah dibilangin, urus sendiri atau titip."
"Dodo bukan anjingku dan aku belum pernah mengurus anjing sama sekali. Setidaknya, ajari aku ya? Onegai?" pinta [Name] dengan mata berbinar-binar. Dodo juga terus menatap Oogami penuh harap.
Pria berambut jabrik abu-abu itu membuang muka. "Kau ... jangan menatapku seperti itu!"
Dodo melihat Oogami seketika girang pun berkeliling sekitar kakinya dan berakhir buang air kecil di celana.
Bagaimana respons [Name]?
Ia menjerit syok. Padahal Dodo seharusnya memberikan kesan baik, tapi malah berulah.
Tegukan ludah menyusuri kerongkongan gadis itu. Bersiap dengan aba-aba akan diomeli. Namun, Oogami tetap tenang, bahkan menggendong anjing itu.
"Kita urus dia di apartemenmu."
"Ya?"
"Kau meminta bantuanku, 'kan?"
[Name] melompat senang. "Yatta!"
"Cepat. Senang-senangnya nanti saja!"
× × ×
Berkat didikan singkat, Oogami membantu Dodo lokasi membuang air dan wadah tempat makan yang tepat. Seiring waktu berlalu, Dodo menjadi lebih ceria. Padahal Oogami sering kali ngotot menyuruh [Name] mentitip Dodo kepada pengurus anjing liar. Namun lambat laun, Oogami berpasrah dan membantunya.
"Ternyata dia aktif juga, ya. Kukira dia pemuram, tapi saat itu karena sedih ditinggal tuannya," kata [Name] yang sedang memandangi Dodo makan.
Oogami menopang dagu, lalu mengelus Dodo sesekali. Dia tak berucap apa-apa.
"Kenapa saat itu kau tak marah?"
Oogami menatap gadis itu lekat-lekat. "Dia belum terdidik. Jadi, percuma saja aku marah selama dia terus mengulang kejadian yang sama."
Selama tiga hari ini, [Name] menyadari air muka Oogami melembut setiap bertemu dengan Dodo dan Leon--- anjing peliharaan tipe Corgi milik lelaki itu. Selain keduanya, tiada siapa pun yang bisa menciptakan raut ramah serupa.
Telepon kediaman [Name] pun berdering.
"Halo?"
[Hei, kau ... ano, bagaimana keadaan Dodo?]
"Kau pemiliknya?"
[Iya! Maaf sekali harus mengganggumu. Sebenarnya aku mau menitipkan Dodo kepada Koga-san, tapi peletakan keranjangnya keliru di sebelahnya]
"Bagaimana kau bisa tahu?"
[Aku sudah berkali-kali menghubungi nomor Koga-san, tapi tidak diangkat. Jadi aku yakin kau akan membantuku]
"Apa kau sudah kembali?"
[Sebentar lagi karena masih dalam perjalanan. Terima kasih]
Gagang telepon pun diletakkan kembali ke semula. [Name] memandangi Dodo yang masih dimanjakan Oogami. Ternyata waktu berlalu amat cepat, bahkan kurang dari seminggu.
"Pemiliknya yang telepon?"
[Name] mengangguk. "Dia sudah bergegas menjemput Dodo."
Raut wajah Oogami langsung berubah--- sinis. "Entah apa alasannya, tetapi dia jahat menaruh anjing seenaknya di depan pintu tetangga itu."
"Terima kasih, Oogami-kun!"
Oogami menggaruk tengkuk. "Untuk apa?"
"Padahal kau sudah sibuk mengurus Leon."
"Y-Ya memang, tapi rupanya Leon juga punya teman."
Tak lama kemudian, bel apartemen pun berbunyi. Oogami langsung memutuskan keluar lebih dulu, disusul [Name] dan Dodo.
"H-Hai?"
Oogami yang sudah ingin marah, mengumpulkan seluruh kata-kata sumpah serapah seketika menguap. Seluruh pemikiran itu terjeda ketika melihat Adonis dan Rei. Teman karibnya.
"Kenapa kalian ke sini?" Oogami mundur selangkah.
"Karena aku pemilik anjingnya," kata Adonis bernada datar, seolah tak menimbulkan insiden apa pun.
"Haaaah?" Oogami mengernyitkan dahi.
"Aku punya urusan yang mendesak dengan Rei selama beberapa hari, jadi tidak bisa pulang. Aku ingin minta bantuanmu, tapi kau belum pulang. Jadilah kuletakkan surat itu."
"Harap maklum, Oogami," tutur Rei bersedekap.
[Name] seketika teringat beberapa hal. Pemilik apartemen di sebelah kanannya baru saja pindah. Lapak itu pun kosong berminggu-minggu. Oleh karena itu, ia tak mengetahui, apalagi mengingat eksistensi pemuda yang disebut Adonis itu.
"Kau tak perlu marah-marah seperti itu, Oogami. Ini. Sesuai kesepakatan." Adonis menyerahkan amplop putih kepada [Name].
"Sebenarnya Oogami-kun yang harus menerima uang ini, bukan aku."
Oogami menyela, "Sudahlah. Dodo juga diurus di tempatmu, bukan tempatku. Terimalah."
Usai berbicara akan kejadian itu, Adonis pun membawa Dodo kembali. Rei juga berpisah lebih dulu. Meninggalkan [Name] dan Oogami berdua.
"Kalau tak ada urusan, aku balik," ujar Oogami setengah berbalik badan, tetapi gadis itu menahan lengan bajunya.
"Tu-tunggu! Uangnya."
"Untukmu saja. Aku tidak butuh."
"Tapi kita mengurusnya bersama-sama, jadi terimalah."
"Gunakan saja untuk kepentinganmu sendiri."
[Name] terdiam sejenak. Oogami pun mulai lanjut melangkah.
"Ka-Kalau begitu, aku akan mengajakmu jalan-jalan dengan uang ini!"
Walaupun mereka hanya sebatas tetangga, tetapi bagi [Name] kehadiran Dodo jadi mengubah banyak persepsi tentang Oogami. Pemuda yang terlihat kurang ajar itu ternyata bisa bersikap menyenangkan. Terbayang Oogami tampak menunggu di luar ruangan.
"Bagaimana?" tanya [Name] yang ternyata malah sudah berada di sebelah Oogami. Ia tampak ambisius menantikan jawaban laki-laki itu.
Pipi Oogami pun sedikit merona. Gadis yang dulu ia kira antisosial, tetapi ada pun sisi riang yang diketahuinya selama mengenal dalam waktu sesingkat ini.
"Boleh. Tapi satu syarat," ucap Oogami berdeham. "Buatlah aku mau menerima ajakanmu."
[Name] mengernyitkan dahi. "E-Eeeeeh? Berarti kemungkinan tidak mau, dong?"
"Sesuai syarat itu. Pastikan aku ingin menantikannya."
| fin |
A/N:
Karena buku ini diikutkan pada event #Ngabuburead, buku ini seharusnya sudah dinyatakan selesai sesuai dengan perkiraanku. Bisa jadi sih ini bukan part terakhir, selama aku ingin merilis part baru lagi jika ada ide dan karakter yang ingin kutulis sesuai jam rilis buku ini: antara pukul 4 s.d. 5 sore WIB.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca! Nantikan juga project bukuku selanjutnya~
Best regards,
Agachii
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top