10. Misi | Izumi Brothers - IDOLiSH7

"Punya sebuah tempat untuk pergi, itu adalah rumah. Memiliki seseorang yang dicintai, itu adalah keluarga. Terdapat keduanya adalah sebuah berkah." - Donna Hedges

Created: Kamis, 7 Mei 2020

-------------------------------------------------------

"Cokelat hitam!"

"Jangan, cokelat putih lebih elegan!"

Fonte Chocolat sedang diricuhkan oleh dua insan berpakaian serba putih. Izumi Iori sebagai anak bungsu dari keluarga toko kue itu memiliki kemampuan memasak di atas rata-rata. Sebuah keyakinan kuat oleh pandangan penduduk sekitar bahwa ia akan meneruskan toko kue keluarganya.  

"Masih kelahi lagi?" kata laki-laki berambut jingga --- sang kakak, Izumi Mitsuki.

[Name] mengerucutkan bibir. "Iori-kun tidak mau mengalah. Padahal sesekali inovasí 'kan diperlukan."

Iori menyanggah, "Berbahaya jika ambil risiko dengan mengubah rasa yang sudah ada! Bagaimana jika nanti pelanggan jadi kecewa dan tak mau beli lagi?"

Mitsuki mengangguk pasrah. Keluarga Izumi sudah lama mengadopsi [Name] sebagi anggota keluarga. Tak seperti acara telenovela melodrama, [Name] dibesarkan dengan baik; selayaknya anak sendiri. Tiada sisi iri atau kebencian, tetapi lebih terhadap masalah sepele.

Iori dan [Name] tak begitu akur jika sudah membahas soal kue.

"Kalau harus mengalah jika kue ini ingin cepat dipajang ke etalase toko," tutur Mitsuki melangkah keluar dari dapur.

Fonte Chocolat pada jam sarapan tak begitu ramai. Malah terkadang tidak ada pelanggan yang datang sama sekali. Namun hari itu datang seorang pria berambut biru tua gondrong diikat satu tinggi-tinggi.

"Selamat siang, saya ingin mengajukan sebuah permintaan kepada Fonte Chocolat."

Mitsuki mengernyitkan dahi.

Permintaan apa pun itu sepertinya tak terdengar sepele.

Misi

Main Characters:
Chef! Izumi Iori (IDOLiSH) - Reader - Izumi Mitsuki

Note: Bukan incest.

.

.

.

Pelanggan itu bernama Ogami Banri. Uniknya, ia datang bersama seekor kelinci berbulu tebal yang sebut Kinako. Selama Banri menjelaskan permintaan kue, Iori sesekali salah fokus melihat Kinako yang menggemaskan.

"Kawaii," ucap Iori tanpa sadar.

[Name] mencubit lengan Iori. "Hei."

Sang kakak angkatnya itu sangat suka sesuatu yang imut-imut. Walaupun selalu mengelak, tapi ia dan Mitsuki paham akan hal itu. Fonte Chocolat memiliki interior imut dan serba berwarna pastel. Ada pun maskot Usamimi yang dipergunakan sebagai hiasan dinding.

"Jadi, saya ingin melakukan pesanan katering sejumlah kue pada acara afternoon tea."

[Name] mengerjap bingung. Selama ini, mereka hanya selalu mengerjakan kue yang ada saja. Resep Fonte Chocolat termasuk rinci dan beragam. Jadi, seharusnya tidak perlu memakan waktu lama. Namun, mengingat kue lain yang harus diproduksi setiap hari, jadi pelanggan itu memberi kelonggaran waktu.

"Saya mau kue yang berbeda. Unik, tak seperti di toko ini. Kalian boleh berinovasi sebaik mungkin. Kue ini akan disajikan pada acara penghargaan, jadi buatlah sebaik mungkin."

Sudah tiga hari ayah mereka harus dirawat di rumah sakit karena sakit keras. Selama dirawat, ibu mereka menjaga terus. Mereka pun meneruskan toko sementara. Tentu saja, Iori, Mitsuki, dan [Name] tak masalah. Sebab mereka juga sudah memiliki basis dalam menjalankan Fonte Chocolat.

"Baik, seminggu ya," kata Mitsuki mengusap dagu. "Kalian keberatan?"

Iori dan [Name] kompak menggeleng. Sebuah tantangan baru yang mengundang adrenalin. Banri menyerahkan sebuah cek berisi nominal yang seketika membelalakkan mata Mitsuki.

"Ini, saya berikan bayaran dimuka. Saya akan menantikan karya terbaik toko ini. Sampai jumpa."

Bel berdenting setelah Banri meninggalkan toko. Pelanggan lain pun mulai berdatangan. Namun, isi pikiran [Name] mulai terbayang-bayang akan jenis kue. Begitu pun Iori. Akan kue mungil dalam piring tiga tingkat itu.

✓ ✓ ✓

"Kalau seperti ini, bagaimana?"

Iori menyerahkan secarik kertas. Setelah toko kue tutup, Iori terus mengurung diri di dalam kamar. Ia hanya keluar sekali untuk makan malam, sisanya terus bergeming di dalam dunianya sendiri.

[Name] selalu tahu Iori lebih mahir darinya. Bahkan secarik kertas konsep yang diwarnai menunjukkan ia benar-benar memikirkan tawaran Banri.  Pada piring dasar, aneka roti lapis dengan cemilan asin. Kedua, aneka kue sus, dan pada piring teratas berjejer kue kering mungil.

"Ini ...." [Name] melihat detil demi detil objek yang digambar Iori.

Iori menatap bingung. "Ada yang salah?"

Manik [Name] berseri. "Ini keren!"

Iori tersenyum kecil. "Baru konsep. Kalau ada yang kurang, kau bisa memberitahuku. Bagaimana, nii-san?"

Mitsuki mengacungkan jempol. "Oke! Sankyu, Iori! Tumben kalian tidak cekcok?"

Mitsuki mengacak rambut Iori. "Jangan terlalu khawatir!"

√ √ √

Persiapan afternoon tea berlangsung dengan sedikit hambatan pada hari yang ditentukan. Mitsuki dan Iori telah bersiap menata piring serta tiang penyangga. [Name] yang ditugaskan untuk membuat roti lapis dan kue pada piring pertama. Ia masih belum sepenuhnya kelar.

"Kami pergi lebih dulu. Kau tidak boleh sampai terlambat," tegur Iori menyusul Mitsuki yang telah membawa perkakas.

[Name] mengangguk. "Aku tahu!"

Waktu pun terus berjalan. [Name] tertegun karena sudah harusnya ia bergegas. Ia pun merapikan peletakan roti pada wadah plastik agar isinya tetap rapi.

Dengan sedikit terburu-buru, [Name] telah sampai pada lokasi sebuah perjamuan outdoor. Sebuah acara ulang tahun peresmian kantornya. Jadi, sejumlah tamu yang hadir mengenakan pakaian formal.

"Mereka di mana, sih?" gerutu [Name] melihat sekitar, tetapi semakin padat tamu yang tiba.

Seorang tamu datang melirik [Name] yang mengenakan pakaian kasual sambil memegang kotak plastik transparan.

"Sedang apa di sini? Kau diundang?"

[Name] menjawab, "A-Aku hanya seorang pengantar pesanan katering untuk acara ini. Kebetulan, saya sedang mencari saudara saya yang juga di sini."

Tatapan remeh diarahkan kepada gadis itu.

"Roti polos seperti ini dipajang buat acara anniversary? Rendahan sekali."

"Maaf, maksudnya?" [Name] bertanya, seakan ingin mengklarifikasi pendengarannya.

"Ini acara mewah. Masa kalian hanya menyajikan sesuatu yang terlalu simpel?"

Tangan [Name] terkepal erat. Dia ingat betapa berusaha Iori hingga kurang tidur untuk mengerjakan konsep kue-kue ini. Mereka berdiskusi hingga larut malam.

Lalu, begitu mudah seseorang meremehkan kerja keras mereka dengan sebuah ucapan.

"Jika tak suka, tak usah mencoba roti ini."

[Name] melihat laki-laki berambut biru tua itu berdiri di depannya. Iori. Serta di samping Iori terdapat Mitsuki. Ked

"H-Hah?" Tamu itu menatap Iori jengkel.

"Kalau sampai menyukai rasa kue kami, datanglah Fonte Chocolat. Itu pun kalau punya muka," ujar Mitsuki bersedekap. "Ayo, Iori, [Name] susun semua langsung pulang."

Iori mengangguk, menoleh ke arah [Name]. Mereka tetap fokus pada katering. Usai menyelesaikan penyusunan kue, langit pun mendung. Mitsuki membuka payung lebih dulu.

"Ada masalah, [Name]? Kenapa sedih begitu?"

"Maaf."

Setelah menuruni jembatan penghubung, Iori tak berlindung di bawah payung, tetapi lebih memilih celah teduh pada gedung yang sepi di sisi kiri. [Name] berjalan di belakangnya.

"Untuk apa?"

[Name] menautkan alis. "Kalian nggak masalah membelaku tadi? Bagaimana jika toko jadi sepi pelanggan karena mulut tamu tadi?"

"Biarkan saja," sambung Mitsuki. "Pelanggan memang raja, tapi harga diri toko lebih utama. Fonte Chocolat tidak butuh pelanggan nggak tahu diri seperti itu."

Iori menoleh. "Terserah pandangan mereka seperti apa, tapi sebagai adik, sudah semestinya kami menjagamu."

[Name] menatap haru kedua kakak angkatnya itu. Mereka tak sedarah. Mereka juga tak pernah merasa terbebani setiap ia membutuhkan bantuan.

"Arigatou, Iori nii-san, Mitsuki nii-san!"

Mitsuki tersenyum lebar, tetapi saat itu pun telepon genggamnya berdering.

"Moshi-moshi? Ya? YA?! Ayah sudah bisa rawat jalan hari ini?"

Iori tampak lega. "Kita harus segera pulang. Masih belum membuat makan malam." 

Tak peduli hujan, mereka telah bergegas bersama menuju arah pulang.

| fin |

A/N:
Kalau bisa punya abang kayak Mitsuki dan Iori idaman, sih. Satunya gemes ucul, satunya cool jutek :"D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top