Sakit
Frigophobia Syndrome.
Tsukinami Carla x Mukami Ruki
CarRu.
Diabolik Lovers milik ©Rejet.
Warning: Modern Au, Typo, OOC, Family, Yaoi, BxB, Shounen-ai, M-preg.
Rate: T
'Sakit'
Seperti yang di ucapin adik iparnya tadi, Ruki langsung naik ke lift dan ke ruangannya Carla.
Dia gak yakin juga dimana ruangan Carla, mau nanya Shin eh dia udah pergi duluan.
Alhasil dia cuma diem aja di lift sambil nunggu ada karyawan yang masuk buat dia tanya.
Ting
Ruki refleks ngedongak, dia udah seneng lift berenti yang artinya ada orang masuk. Dia jadi bisa tanya dimana ruangan Carla.
"Per-"
Bibir Ruki bungkam lagi, kaget ples gugup dia ternyata yang masuk itu Carla sendiri.
Jadinya Ruki cuma diem lagi aja, bingung jugak harus gimana dia. Masa bilang, "Nih bekalmu."
Kan gak sopan, no no! Ruki gak suka kayak begitu.
Dia harus nunjukin sikap yang patut dan pantas di depan Carla biar gak makin di benci.
"Carla-kun habis darimana?" Tanya Ruki coba mencairkan suasana.
Dalam hati dia udah berdoa semoga ada keajaiban Carla mau ngomong sama dia, walau agak mustahil tapi dia masih mau berharap.
"..."
Dan bener aja! Carla gak jawab omongan dia. Bahkan ngelirik aja enggak, seolah tuh ya si Ruki tuh kuman yang harus dia hindari.
Ruki jadinya nunduk, ngerasa nggak nyaman ama sakit hati juga karena masih tetep aja di cuekin sama suami sendiri.
Gini-gini dia masih mikir makai perasaan, coba nanti kalo mikir sama otak. Pasti Carla udah dia lempar batu ginjal.
Perjalanan lift ke lantai paling atas akhirnya selesai, keduanya jalan keluar BARENG karena kebetulan lagi banyak orang di Koridor sana.
Carla bahkan langsung memulai aksi drama menjadi pasangan damai dan harmonis yang membuat para karyawannya iri.
"Siang, Carla-san. Menjemput istri ya?" Goda salah satu karyawati disana sambil ngode-ngode ke arah Ruki yang udah di rangkul sama Carla.
Carla langsung membalas dengan senyum cerah bak matahari siang hari, "Siang juga, M. Iya, ini perdana istriku ke kantor jadi aku menjemputnya. Dia ini gampang tersesat."
Boong.
Ruki nggak buta map.
Dia cuma buta wajah.
Carla selalu begini, tanpa sadar dia selalu ngejelek-jelekin Ruki dan membuat dirinya bak suami impian yang selalu sigap sayang pasangan.
Aslinya? Halah tai anjing.
Mana pernah dia begitu.
Di ajak ngomong aja diem aja kayak ntu bibir di jahit benang.
Ruki kzl.
"Pak boss bikin iri saja ih, langgeng-langgeng deh kalian!"
"Hahaha iya, kami duluan ya. Ayo, sayang."
Gak jadi
Keburu baper dia di panggil sayang begitu walau dia tau kalo itu cuma drama Carla aja.
Mereka jalan terus sampai ke ujung koridor, dan Ruki bisa asumsikan kalau itu pasti ruang kerja pribadi Carla.
Dia jadi gak sabar tahu gimana bentuk ruangan Carla. Apa rapi seperti kamarnya? Apa wangi Carla bakal lebih terasa disana?
Ruki mulai mabok kembali sama afeksi suaminya.
Emang bener ya, kadang cinta itu bisa bikin buta. Dan Ruki adalah contoh aslinya.
Begitu pintu di buka, Ruki langsung merinding. Badannya ngefreeze di depan pintu karena tiba-tiba di sambut sama hawa dingin yang menusuk.
Sumpeh, dia berasa lagi di Kutub Utara sekarang sangking dinginnya ruangan milik Carla.
Carla sendiri udah bomat, dia ngelepasin jas miliknya dan mulai berkutak kembali sama laptop serta dokumennya.
Kembali ke setelan pabrik.
Ruki sendiri berusaha mati-matian nahan rasa nggak enak dan merinding di tubuhnya.
Dia gak boleh keliatan lemah di hadapan suaminya! Dia harus kuat!
"Kalau AC mah bisa gue!" Batinnya sombong.
Ruki mulai ngeluarin kotak bekal yang tadi dia bawa dan ngebuka penutupnya.
"Carla-kun, kau mau-"
Belum sempat lanjut ngomong, Carla udah bediri terlebih dahulu dan ninggalin Ruki gitu aja di ruangannya sendiri.
Carla bahkan ngga nengok secenti pun ke Ruki pas dia mau keluar. Bener-bener nengacuhkan Ruki dan menganggap Ruki nggak ada.
Ruki pengen nangis aja deh rasanya.
.
.
.
Carla baru aja beli makanan di kantin kantornya, dia agak bersyukur bisa ngebuat Ruki sebagai alasan kenapa dia turun ke kantin padahal Ruki udah bawain dia makanan.
Gak lupa dia juga beli kopi kalengan dingin sebagai teman minumnya, Carla bener-bener suka sama kopi dingin.
Dia mulai jalan kembali ke ruangannya, dengan santai kadang juga membalas sapaan karyawannya yang lain.
Sampai-
"PAK CARLA! PAK CARLA!!"
Sekretaris Carla lari dan menghampiri Carla dengan panik, dia ngos-ngosan tapi berusaha buat ngomong yang alhasil Carla sebdifi bingung dia ngomong apa.
"Tenang lah, J. Tarik nafas dan atur nafasmu dulu. Baru setelah itu cerita."
Sesuai arahan, sekretaris Carla itu mulai mengatur nafasnya baru setelah itu dia mulai nyampaiin apa yang dia liat tadi.
"PAK! ISTRI BAPAK KEJANG-KEJANG!"
Semua orang yang di sana langsung pada hah berjamaah bahkan ada yang sampai nyemburin kopi ke temennya.
"Saya kesana." Carla langsung bergegas ke ruangannya.
Inget ya gengs dia lagi drama.
Kalo aja karyawannya yang lain gak ada atau bahkan sekretarisnya nggak tau. Dia pasti bakal tetep cuek sama keadaan Ruki.
Mau Ruki jungkir balik, ngereog ato apalah dia tetep bonat kalo sendiri.
.
.
.
Kita liat dulu keadaan dari pasangan Carla ini, sebut aja insialnya Tsukinami Ruki.
Badannya dari tadi gak berhenti gemetar, bahkan kayak kejang-kejang. Kulitnya yang emang pucat jadi tambah pucat karena kondisinya sekarang.
Nafasnya udah tersenggal, seakan udara dingin itu mencekik dirinya. Tangannya gemetar hebat, bahkan buat meluk dirinya sendiri biar gak kedinginan dia gak bisa.
Ruki rasanya mau pingsan aja karena kedinginan, dia gak tahan. Perutnya mules dan dia kesakitan karena syndrome yang dia di derita.
Harusnya tadi dia minta Carla buat mengecilkan suhu ACnya biar dia gak kambuh lagi.
Apalagi di luar hujan, udara makin dingin dan Ruki gak tahan sama itu semua.
BRAAK
"RUKI!"
Pandangan Ruki sudah mulai kabur, dia udah gak kuat nahan rasa sakit dari perut ke pinggangnya. Yang di denger cuma suara Carla yang manggil-manggil dia panik.
"Ruki! Ruki! Ruki kamu kenapa, sayang? Sayang? Ruki, kita ke dokter ya. Tunggu bentar sayang, maafkan aku. Ruki bertahan ya. Pretty, please?"
Ruki gak tau, Carla panik beneran atau cuma drama aja.
Perlahan juga dia rasain hangat menyelimuti dirinya, mungkin Carla lagi meluk dia?
Gak mungkin juga, mungkin aja dia lagi di selimuti kain tebal.
Tapi kok selimut ada detak jantungnya? Dan sejak kapan selimut bisa ngeluarin cairan?
Oh positif thinking, pasti dari keringatnya.
Tau deh, Ruki pusing. Lebih baik dia pingsan dulu.
.
.
.
Sudah hampir 2 jam Ruki pingsan dan kejang-kejang. Dia sekarang ada di salah satu rumah sakit dan berada di ruangan VVIP.
Carla pesankan khusus buat dia.
Carla sendiri dari tadi gak bisa pergi, dia diem di sebelah ranjang Ruku dengan satu buah IPad ditangan.
Dari tadi Ruki udah genggam lengan Carla dan membuat Carla gak bisa kemana-mana dan hanya duduk di sebelahnya.
Awalnya Carla mau lepasin gitu aja, tapi lihat kondisi Ruki yang masih kedinginan tiada henti dan mengigil, Carla jadi diam.
Bosan dengan IPad, Carla alihkan perhatiannya ke Ruki yang masih setia tutup mata.
Baru dia sadari wajah Ruki yang masih tampak mulai tenang daripada tadi.
Tangannya yang bebas tanpa sadar ada di atas pipi Ruki. Gak ada gerakan atau sentuhan, punggung tangan Carla cuma diam di sana dan matanya sibuk amati Ruki.
"Penyakit yang aneh." Dia berbisik di dalam hati.
Memutar kembali ucapan dokter yang merawat Ruki dan mengatakan diagnosisnya.
Frigophobia Syndrome.
Syndrome langka yang kemungkinan kecil terjadi, dimana pengidap akan merasa mengigil sampai kejang-kejang karena udara dingin AC atau musim dingin.
Carla baru tahu fakta itu. Dia kira alasan Ruki dulu tak tahan suhu dingin hanya karena dirinya sedikit lemah.
Ternyata ada alasan lain.
Carla menghela nafas, memikirkan dia akan mendapat pekerjaan tambahan bila sewaktu-waktu Ruki kumat lagi.
Carla hela nafasnya lagi, tangannya menepuk pelan kepala Ruki yang masih tertidur kemudian berbisik.
"Cepat lah bangun."
.
.
.
Satu jam kemudian Ruki bangun, dia mulai merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya sekarang.
Terima kasih kepada suami duta shampo lainnya karena dia memberikan service baik pada dirinya.
Tapi walau begitu, Ruki tetap saja merasa ditinggal.
Dia sendirian di ruang inap itu, hanya ada suara rintik hujan dan penghangat mesin yang menjadi temannya sekarang.
Saat dia menoleh ke nakas, dia menemukan sepiring buah yang sudah di kupas.
Wajahnya sontak memerah sampai telinga lantas menaruh lagi piring tersebut.
Beranjak duduk, Ruki ambil satu potong buah. Baru sadar jika ada sticky notes kecil lain terselip disana.
''Carla
Aku ke kantor, tetap lah di sana sampai beberapa hari ke depan. Malam aku kesana lagi.''
Walau terkesan dingin dan cuek, tapi Ruki senang. Setidaknya Carla memberikan kabar padanya.
Dia mengambil notes lain, lagi-lagi memerah karena membaca tulisan itu.
''Carla
Makan, aku sudah mengupasnya agar kau tak susah lagi. Panggil lah suster kalau lapar, sudah aku sediakan makanan favoritemu. Ponsel ada di laci, hubungi jika perlu sesuatu. Cepat sembuh''
Yang ini jadi lebih panjang daripada yang tadi dan hal itu juga membuat Ruki tersipu.
Carla jarang memberinya perhatian semenjak mereka menikah, jadi ini adalah sebuah kemajuan menurutnya.
Dia berharap Carla bisa mulai melunak dan berbaik hati membiarkan Ruki untuk mengisi hatinya.
"Ukh... Kangen Carla-kun. Kangen..."
Oke cukup Ruki, kau makin sakit. Apa perlu kupanggil dokter jiwa sekalian?
Ya ya anggap saja ini hari beruntungnya karena dia bisa sedikit mengambil perhatian Carla, walau harus juga mengorbankan dirinya menjadi sakit seperti ini.
Semoga aja kedepannya akan lebih baik.
Semoga.
*~TBC~*
Typo? Maap ngab namanya juga manusya
Btw makin dikit yak yang vote ni book, kgk heran ini udah lama bgt jadi mungkin aja sebagian dah lupa
Maap gan belum bisa update teratur, kehidupan menjadi dewasa tak seindah drama
Sampai jumpa di update yang ntah kapan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top