Perjodohan Itu...

Frigophobia Syndrome.

Tsukinami Carla x Mukami Ruki
CarRu.

Diabolik Lovers milik ©Rejet.

Warning: Modern Au, Typo, OOC, Family, Yaoi, BxB, Shounen-ai, M-preg.

Rate: T

'Perjodohan Itu... '

Pagi itu terasa amat biasa bagi pemuda bersurai putih panjang. Pria berusia 25 tahun bermarga Tsukinami itu pergi ke kantornya seperti biasa, hampir tak ada yang istimewa dari hari itu.

Iris emasnya bergulir membaca setiap dokumen yang bertumpuk di mejanya, lalu membubuhkan tanda tangannya di kertas tersebut setelah dirasa dokumen tersebut sesuai.

Di dalam ruangan yang luas dengan cat berwarna putih gading, pria Tsukinami itu duduk dengan tenang menyelesaikan pekerjaannya.

Hening selalu mendominasi ruangan tersebut, yang terdengar hanya lah suara dengungan pendingin ruangan serta detak jam yang ada di atas pintu keluar.

Namun keheningan itu tak bertahan lama sampai pintunya di dobrak keras oleh adik kandungnya.

BBBBRRAAKKKKK

Iris emas bergulir menatap ke arah pintu, disana berdiri sosok Tsukinami Shin yang merupakan adik kandungnya. Shin nampak ngos-ngosan seraya membungkuk dan bertumpu pada lututnya sepertinya dia lebih memilih lewat tangga daripada lift untuk keruangannya lebih cepat.

Carla berdiri dan berjalan menuju pojok ruangan, dimana terdapat kulkas mini disana. Diambilnya sekaleng coffee dingin dan memberikannya pada si adik yang sudah bernafas dengan teratur.

"Arigatou Nii-san" Ujar Shin menerima kaleng tersebut, Carla mengangguk dan berlalu menuju sofa yang ada diruangan.

Shin mengikuti Carla, pria pemilik rambut strawberry itu duduk di sebelah sang kakak seraya meneguk coffee miliknya dengan rakus.

Tak lama setelah itu, pintu ruangan kembali dibuka. Kali ini sosok pemuda pirang keorenan lah yang masuk, wajah datarnya menatap lurus ke arah Carla yang balas menatap datar.

Sakamaki Shu segera mengambil tempat duduk di hadapan kedua kakak beradik Tsukinami tersebut.

Keadaan disana masih lah hening sampai Shin membuka suaranya untuk mengambil asistensi kedua tertua berbeda klan tersebut.

"Ekhem! Jadi Shu kau bilang ada hal yang ingin kau katakan"

Shu menghela nafas sejenak, dia kemudian mengeluarkan ponsel miliknya dan memberikannya pada Shin.

"Reiji bilang Ruki pulang ke Jepang dan dia tak sengaja bertemu dengan Ayah kalian dan kudengar dari Gisbach-san akan menjodohkan kalian berdua" Ujarnya dengan suara tenang.

Sementara kedua kakak beradik itu melebarkan matanya terkejut, bahkan Shin sampai tersedak minumnya sesaat setelah mendengar perkataan Shu.

"Ka-kami?! Bukannya Otou-san tahu aku sudah bertunangan dengan Kou?! Kenapa ia masih mau menjodohkan ku dengan Ruki? Tsk" Decihnya tak terima seraya memalingkan muka.

Shu mengangkat bahunya acuh, dia kemudian melirik ke arah Carla yang sedari tadi diam. Walaupun wajah Carla itu datar namun Shu masih bisa membaca raut wajahnya yang menahan amarah. Terlihat dari garis bibirnya yang tertarik lurus dengan iris mata yang menajam.

Si pirang lantas berdiri dari duduknya, berniat untuk kembali ke kantornya sendiri.

"Kalau begitu aku pergi dulu" Dia mengambil ponselnya dan dengan begitu segera pergi dari ruangan CEO tersebut meninggalkan dia saudara yang masih bergelut dengan pikiran mereka.

Sesaat setelah pintu di tutup, Carla menghela nafas. Kepalanya mendadak terasa pening karena Ayah mereka yang seenaknya menjodohkan mereka. Dia memijit sejenak pelipisnya guna meredakan rasa pening yang ada.

"Shin, ayo kita pulang" Shiro itu terlebih dahulu berdiri, dia berjalan hendak menuju ruangan sekretarisnya untuk membatalkan semua rapat sampai jam makan siang.

Baru setelah itu dia pergi menuju lift dengan Shin yang mengekor dibelakangnya.

****

Iris biru metalik itu menatap kesana kemari dengan pandangan kagum, sesekali ia menyunggingkan sebuah senyum manis saat melihat sesuatu yang membuatnya menarik.

Mukami Ruki, pemuda berusia 25 tahun April kemarin itu memandang takjub sebuah Universitas yang akan menjadi tempatnya bekerja.

Langkah kakinya mengarahkan pemuda abu-abu itu menuju ke kantor dosen dimana dia akan berkenalan dengan dosen lain dan juga sedikit bertanya-tanya tentang letak kelas.

Pintu di buka dan tak lama setelah itu keluar seorang pria yang berjalan ke arahnya dan karena tak melihat ke depan pria yang tadi keluar tanpa sengaja menabrak Ruki sehingga keduanya terjatuh di depan pintu yang mana membuat beberapa dosen lain melihat ke arah mereka dengan heran.

"I-ittai..." Ringis Ruki saat merasakan dirinya tertiban(?) oleh seseorang.

"Auch.. Gomennasai Gomennasai saya tak- Ruki?!"

Merasa namanya dipanggil, Ruki membuka matanya. Dia hadapannya kini ada sosok Kino yang sepertinya pelaku penabrakan dirinya. Pemuda pemilik iris mawar itu menjulurkan tangannya berharap Ruki menerima bantuannya.

Dengan tampang terkejutnya, dia menerima uluran tangannya tersebut dengan mata setia menatap ke arah Kino yang ada di depan pintu.

"Kino... -kun?" Panggilnya antara tak percaya dan kaget.

Pasalnya pria yang dulu sempat menyukainya itu kini telah berubah walaupun masih ada sebagian yang sama. Setidaknya rambutnya sudah tak acak-acakan lagi seperti dulu dan  hanya menyisakan kumpulan pony yang menutupi salah satu bagian matanya. Serta perawakannya yang tampak lebih berwibawa daripada yang dulu.

"Kino-san kenapa kau.. Ah ara ara~ siapa pemuda manis itu Kino-san? Apakah ia kekasihmu? Dia imut sekali" Puji salah satu dosen wanita yang ada di belakang Kino.

Ruki mengerjap untuk sejenak, tak lama wajahnya memerah dengan cepat. Dia dengan ekspresi gugup melambai-lambaikan tangannya menyangkal ucapan dosen tadi.

"A-anda salah! Sa-saya bukan kekasih Kino-kun. Ka-kami hanya teman sewaktu di SMA saja kok, ti-tidak lebih!"

Penyangkalan Ruki tadi malah menuai tawa ringan dari sang dosen, yang malah membuat Ruki malu.

"Ara begitu, maaf sudah menunduhmu sembarangan ano.. "

"Ruki desu!"

Dosen wanita tadi mengangguk, "Ruki-chan kau harus cepat-cepat menemukan pasangan untuk Kino-san, takut-takut nanti ia tak dapat jodoh jika lama-lama melajang"

Perempatan siku merah muncul di pelipis Kino saat mendengar ucapan dosen wanita itu. Merasa terhina sekaligus tersakiti.

"Yak! Yamamato-san! Aku tentu saja akan mendapatkan wanita ataupun pria manis nanti! Tapi itu bukan sekarang oke? Aku masih ingin menikmati masa mudaku dulu" Seru Kino mencoba membela dirinya sendiri. Dan hal itu membuat Nyonya Yamamato itu langsung memukul kepalanya dengan berkas nilai siswa yang ada didekatnya.

"Waktu mudamu itu sudah berakhir 5 tahun yang lalu. Ini saatnya kau mencari pasangan" Tutur wanita kepala 3 itu seraya memijit pelipisnya.

Heran, padahal Kino bukan anaknya namun malah dia yang rusuh tentang hidup pemuda tanpa marga tersebut.

Ruki terkekeh kecil saat melihat Kino yang memasang wajah jutek karena dipukul tadi. "Benar yang dikatakan Yamamato-san, nanti akan saya carikan wanita untuk Kino-kun secepatnya"

"Ruki-chan!! Kau jangan ikut-ikutan ya!!" Tangan Kino dengan nakal menarik gumpalan lemak di pipi Ruki. Sangking gemasnya dia bahkan menarik berlawanan arah gumpalan itu yang mana malah membuat Ruki meringis kesakitan.

"Sudah sudah Kino-san hentikan! Kau tak kasihan apa melihat Ruki-chan yang kesakitan seperti itu? Nanti pipinya tambah tembam bagaimana?" Peringatan dari Nyonya Yamamato membuatnya harus melepaskan kedua pipi Ruki.

Dengan wajah bersungut-sungut Kino pergi dari sana, hendak pergi ke kelas karena jadwal mengajarnya.

"Astaga anak itu" Lirih Ruki seraya mengelus pipinya yang memerah, selalu saja jika Kino yang menarik ataupun menyentuh pipinya pasti akan memerah dan juga sakit. Tidak seperti Reiji yang terasa lembut.

Huh, memang Kino itu tak bisa bersikap lembut pada dirinya! Kalau setiap bertemu dia dibeginikan bisa bahaya masa depan pipinya nanti.

"Oh ya, Ruki-chan ada urusan apa kamu kesini?" Ruki hampir lupa tujuan awalnya, dia menunjukkan sebuah cengiran kecil pada wanita di depannya.

"Begini, kemarin saya mendapat tawaran kerja di Universitas ini untuk mengajar mata kuliah bahasa dan karena saya tertarik saya pun menyetujuinya. Katanya sih saya harus kesini saat jam kuliah pertama berlangsung" Jelas Ruki singkat.

Yamamato Hana menganggukkan kepalanya paham, dia kemudian mengajak Ruki masuk dan membawanya ke meja miliknya.

"Kebetulan Gisbach-san lah yang menyuruh saya untuk memberikan tugas pada kamu. Dia mengatakan pada saya bahwa kamu bisa langsung mengajar saat jam kuliah ketiga di gedung 5 kelas 2. Ruki-chan mengajar bahasa Norwegia bukan?" Hana memberikan buku yang ada di mejanya ke Ruki.

Dengan sigap Ruki menerima seraya mengangguk, "Un, itu benar"

"Itu hanya beberapa buku referensi, sekarang kamu bisa duduk di meja yang ada di belakang sana seraya menunggu jam ketiga. Saya setelah ini akan ada jam, saya pamit dulu ya Ruki-chan" Dosen mata kuliah Matematika membungkuk sedikit sebelum keluar dari ruangan.

Ruki mengangguk kecil, iris birunya menatap beberapa buku yang akan ia baca seraya menunggu jam mengajarnya. Dia berbalik menuju tempatnya dan mulai membaca sejenak.

****

Ruki baru saja setelah mengajar, dia segera menuju kantor kembali karena tak ada jadwal mengajar di kelas lain setelah ini.

Jujur dia cukup lelah karena tugas pertamanya, para mahasiswa-mahasiswinya selalu bertanya kepadanya. Dan yang paling banyak bertanya itu berasal dari kaum Adam.

Entah mengapa Ruki merasakan bahwa mereka selalu menatap ke arahnya terutama bagian tertentu. Bokongnya misal.

Dan jujur saja, Ruki agak tak nyaman dengan pandangan seperti. Tapi dia berusaha untuk tak memperdulikannya.

"Sumima-"

"Ah! Mukami-san!"

Ruki mendongak saat marganya disebut, dia segera masuk ke dalam dan berjalan menuju meja milik Hana.

Wanita itu tak sendiri, disana juga terdapat seorang pria bersurai strawberry pudar dengan iris emas. Sekilas Ruki seperti tak asing dengan rambut tersebut. Sepertinya ia pernah melihatnya di suatu tempat tapi ia sendiri lupa dimana.

"Ruki-chan, ini adalah Gisbach-san beliau bilang ingin bertemu denganmu" Ujar Hana memperkenalkan pria tadi.

Pria bernama Gisbach itu mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Ruki.

"Tsukinami Gisbach, senang bertemu denganmu Mukami Ruki" Ujar pria paruh baya tersebut dengan sebuah senyum tipis di wajahnya.

Seketika itu pula, dia baru menyadari bahwa temannya dulu juga ada yang memiliki marga Tsukinami dan rambut berwarna strawberry. Tak salah lagi beliau ini adalah Ayah dari Carla dan Shin.

"A-ah iya senang bertemu dengan Anda juga Gisbach-san" Ruki menunjukkan sebuah senyum kaku. Dia terlalu gugup serta kaget karena bertemu dengan ayah dari Carla dan Shin.

"Ruki-san, saya ingin mengajak Anda ke rumah saya. Apa Anda keberatan?" Tanya Gisbach dengan nada halus. Dia tahu bahwa pemuda di hadapannya ini terkejut dan agak takut padanya jadi dia berusaha untuk tak terlalu menakuti pemuda Mukami tersebut.

"Ah, tentu saja tidak"

Gisbach mengangguk, lalu dia segera menyuruh Ruki mengikuti dirinya. Ruki sendiri setelah berpamitan pada Hana segera mengejar langkah Gisbach yang agak jauh.

Keduanya memasuki mobil milik Gisbach dan segera melaju di keramaian kota Tokyo di siang hari.

"Saya ingin bertanya pada Ruki-san" Ucapan Gisbach memecahkan keheningan di dalam mobil. Ruki menoleh dan mengangguk kecil.

"Silakan Gisbach-san"

Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah membuat mobil itu berhenti, orang-orang yang melintas segera berjalan di hadapan mobil mereka. Sangat ramai dan terlihat antri.

"Saya ingin menjodohkan Ruki-san dengan anak saya. Carla"


*~TBC~*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top