2
Nohh... lirik mulmed ada Afkar. Maafkan atas ke typoan, enjoy!!
---
Adeeva Afsheen Putri POV
Seperti biasanya, berangkat sekolah bersama Afkar. Itu sudah menjadi kebiasaan kami semenjak kelas tiga bangku dasar. Satu lagi, pulang sekolah pun juga berjalan bersama.
Untungnya di perumahan elite yang ku tempati ini sudah ada sekolah dengan jenjang yang memadai. Sekolahnya juga tidak kalah dengan sekolah lainnya. Jadi tidak perlu mengendarai apapun untuk pergi ke sekolah. Terkadang saja naik angkot jika tas sedang berat-beratnya.
"Sheen," panggil Afkar.
"Ya?"
"Ada berita bagus nih, aku besok udah ada sepeda motor. Jadi kamu pulang-berangkat sama aku aja. Gak perlu capek-capek buat jalan." Katanya bersemangat. Semangat '45
"Wih... ulang tahun kan masih sebulan lagi udah kasih hadiah aja papa mu. Boleh lah kalau kamu gak keberatan"
Berbincang-bincang sambil berjalan menuju sekolah, itu setiap hari hampir terjadi dengan pengecualian hari Minggu.
"Tau nih papa, tapi gak apalah lumayan. Mulai besok aku tunggu kamu di depan rumah ya, bareng aku naik motor"
"Ceilah baru juga dapet motor baru," senyuman tidak dapat hilang dari bibir ku. Melihat Afkar senang, juga membuat hatiku menjadi senang.
"Yayadong, motorku bagus loh." Sambil menggebu-gebu, dan dengan mata yang berbinar. Seperti tidak ada beban sedikit pun.
"Aih... iya-iya, aku berangkat sama kamu kok. Tenang wae." Tak terasa sampai juga di gerbang sekolah. Kami menaiki anak tangga menuju lantai tiga.
Noh kebayang gak ada rasa sedikit capek? Lantai tiga untuk kelas sebelas, lantai dua untuk kelas sepuluh, lantai satu untuk kelas dua belas, ruang guru beserta staff dan kantin. Setelah berjalan harus menaiki anak tangga, yang jumlahnya cukup ngeri kalau di hitung.
"Adeeva...." panggil seseorang, namun suara nya cewek. Kepalaku memutar menuju sumber suara.
"Athaleta..." pekik ku kaget, pagi-pagi begini sudah dikasih kejutan saja. "Ya ampun... kamu kapan pindahan? Kok gak chat? Sejak kapan kamu jadi gini sama aku huh?"
"Aduh... maafin deh Adee, hp ku habis hilang. Buka email juga gak sempet, bantuin beres-beres buat pindahan say"
"Oh..." kata ku sambil membentuk bibir menjadi huruf O. "Oh ya, ini kenalin sahabat ku, Afkar." Kataku setelah teringat dengan Afkar yang hanya diam dan memandangiku bergantian dengan Athaleta.
"Hai." Ucap mereka serempak. Semoga mereka dapat menjadi sahabat baik.
"Adee, anterin aku ke ruang kepala sekolah dong. Ada yang mau di urus"
"Njirr... capek aku naik turun, aku taruh tas dulu ya, kamu tungguin di sini." Kemudian teringat lagi, "Oh ya, Af kamu di kelas aja aku mau anterin Atha ke ruang kepsek"
"Oh... yaudah, sini tas mu aku taruhin." tanpa basa-basi langsung saja tas ku sudah berada di tangannya.
"Thanks bae," ucapku.
Berjalan lagi dan menuruni anak tangga yang banyak capek juga. Tapi kalau untuk Athaleta? Tidak mungkin aku tolak.
Kekira Athaleta Almeera Rahman, nama yang panjang. Siluetnya cantik, dia teman ku sejak bangku menegah pertama. Afkar sama sekali tidak mengetahuinya, Atha hanya bersekolah selama dua bulan di SMP yang ku tempati dan Afkar sama sekali belum pernah dan tidak mengetahui maupun mengenalnya.
Suara khasnya tidak ada yang memiliki, indah. Orang yang mendengarnya berbicara saja pasti sudah senang, suaranya seperti mengandung emas. Yang kurasa satu banding sepuluh ribu orang yang memilik suara seperti Atha.
"Tuh depan udah mau sampai"
"Oh di situ...."
"Mau aku tinggal atau?"
"Tinggal aja, maaf ya bikin kamu capek. Oh ya, aku juga tinggal di perumahan yang sama. Hanya saja beda satu blok dengan mu. Rumah ku di blok CA, belakang mu bukan?"
"Haduh... Athale, kamu tinggal di perumahan yang sama juga? Aku di blok AB, ya CA satu blok di belakang blok ku. Dekat dong? Kapan-kapan mampir ya...."
"Pasti, kalau rumah ku sudah beres. Thanks ya udah anterin"
"Oke," kemudian lagi-lagi aku harus menaiki anak tangga. Oh ya ada sesuatu yang ku lupakan, Athaleta di kelas mana?
Hosh... hosh... hosh..., sampai di kelas langsung ku tempati tempat duduk ku. Tempat kursi ku berada di sebelah Afkar, dia deskmate ku juga.
"Udah capek?" Nadanya sedikit menyindir.
"Banget," rasanya leher tidak kuat menopang kepala. Kepalaku langsung ambruk di atas meja.
"Bawa minum gak?"
"Enggak."
"Ah kebiasaan, nih minum air mineral ku"
"Makasih ya Af," mataku sedikit terpejam, pusing menggelayuti.
"Hn...." kemudian semua hening, tanpa ada suatu suara pun. Semuanya sibuk dengan tugas PR masing-masing. Contek sana-sini, namun aku dan Afkar memiliki kepribadian yang selalu mengerjakan tugas sesuai tempatnya.
Zeroun Fidelyo Afkar POV
Siapa nama anak baru tadi? Athaleta? Nama yang unik ku pikir. Sheen datang dengan napas menggebu-gebu, kelelahan. Kebiasaan buruknya adalah tidak membawa air mineral saat pergi sekolah. Gadis dengan tipe tidak terlalu suka air mineral.
Dia baru bisa meneguk air putih jika ditambahkan satu tetes sirup, jika tidak dia tidak akan meminumnya sama sekali. Aneh bukan? Apa terkena sejenis syndrome? Ah biarlah, ku rasa itu tidak mungkin.
"Sheen, nama anak baru tadi siapa?" Namun hanya tawa sumbang yang keluar dari bibirnya.
"Athaleta." Jawabnya pendek.
"Nama panjangnya bae!"
"Oh... Kekira athaleta almeera rahman. Kenapa?"
"Panjang juga namanya, ngomong-ngomong kok bisa kenal sama kamu?"
"Dia teman waktu masih SMP, dia juga sekolah di tempat yang sama dengan kita loh. Kamu aja yang jarang bergaul, tapi dia cuman sekolah di situ dua bulan doang." Jelasnya panjang lebar dengan kepala yang masih terkulai di atas meja dengan bantalan lengan tangannya.
"Oh jadi gitu, gak ada apa-apa sih. Kepo doang."
Kemudian hening, Mrs Hecky memasuki kelas dengan sapaan, berdoa, kemudian memulai materi. Semua diam, hanya Mrs Hecky yang bersuara dan semua memperhatikan dengan baik. Mungkin salah satu efek kami baru saja naik kelas. Dan menggunakan 'judul' baru sebagai siswa kelas sebelas.
Jam bergulir, berjalan cepat membuat materi berlanjut juga dengan cepat. Oh tidak, salah besar! Walaupun jam berjalan cepat, namun pelajaran tetap saja membosankan. Membuat rasa kantuk jika terlalu lama.
"Kantin?"
"Gue belum nyatet Af, kamu aja sendiri." Kemudian ia menggambil buku tulis dan mulai menorehkan tintanya. Sepertinya aku lupa memberi suatu hal, Sheen juga memiliki kepribadian yang cukup buruk lagi.
Selalu mencatat jika guru baru keluar dan jika bel istirahat berbunyi. Sehingga sangat jarang untuknya pergi ke kantin barang satu menit saja.
Lagi-lagi berjalan gontai menuju kantin, namun ada satu pikiran yang melintas. Anak baru itu tadi di tempatkan di kelas mana? Tapi masa bodo juga dengannya. Setelah memberi dua bungkus sandwich dengan isi daging sapi dan dua botol air mineral, ku rasa cukup untuk kembali ke kelas.
"Nih, makan!"
"Gausah repot-repot kenapa sih? Aku kan gak minta Af?"
"Ya tapi aku mana tega membiarkan mu dengan tubuh mungil itu huh?"
"Dasar, btw makasih ya"
"Oke." Kemudian kami memakan dalam diam, menikmati rasa yang tertera dalam makanan itu. Sudah cukup untuk mengganjal perut dalam dua jam kedepan bagi ku.
Kekira Athaleta Almeera Rahman POV
Cowok tadi, sahabat Adeeva? Kok gak pernah kelihatan? Ah, mungkin sahabatnya sejak menginjakkan di seragam putih abu-abu ini.
Afkar, ku rasa itu tadi namanya. Baguslah, seperti orangnya. Apa dia pintar? Incaran di sekolah ini? Tapi masa Sheen tidak ada rasa dengan Afkar? Kurasa itu tidak mungkin. Oh tidak-tidak, aku melupakan sesuatu! Tadi Sheen memanggil Afkar dengan sebutan bae!
Banyak hal yang ingin ku pertanyakan kepada mereka. Namun kurasa aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah pendatang baru untuk mereka. Namun apa aku berhak? Aku terlalu lancang dengan semua ini.
Ada satu hal yang ku lewatkan. Tidak memberi tahu letak di mana aku akan di tempatkan.
***
Ombak bergulung. Bergulung kemudian menepi. Begitu seterusnya tanpa henti. Ombak bergulung, sebabkan karang sedikit runtuh.
Ombak menghantam tanpa ampun. Berlabuh dan menepi layaknya hati. Namun, tidak akan selamanya tinggal. Pasti kan pergi juga.
Kembali, ke tempat masing-masing. Jika pergi tinggallah kenangan. Kenangan yang takkan terlupakan. Membuat menunggu kembali, berapa lama untuk mengobati semua ini?
---
Sabtu, 23 Mei 2015 (18:30)
Khafidtazshafanz
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top