12
Gadis itu tampak murung, wajahnya sabak. Penuh dengan bekas air mata yang kering, wajahnya tirus tak se-embul dulu, matanya cekung. Keadaannya mengenaskan.
"Sheen, ayo makan nak! Dari tadi kamu belom makan loh, buka pintunya dong," wanita paruh baya menunggu cemas di depan pintu kamarnya.
Hening tak ada jawaban, Mamanya semakin cemas. "Kamu ini kalo ada masalah, toh ya diselesaiin baik-baik. Jangan ambekan kaya gini dong! Yang ada malah ribet, dan kamu juga rugi. Ayo keluar Sheen, makan! Entar sakit, Mama yang repot nak!" Akhirnya pintu terbuka, membuat kelegaan pada wanita paruh baya itu.
Makan malam tak ada yang berbicara, semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Ada masalah apa sih? Cerita dong, jangan dipendem sendiri, ayo cerita ke Mama!"
"Ah, apasih... masalah sepele doang Ma, tumben kepo hahaha...."
"Kamu ini, masalah cowok ya?" Mamanya sambil menaik turunkan alis. Sheen hanya tersenyum tipis. "Cie... anak Mama udah gede ya, udah main perasaan!" Kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ih, apanya yang main perasaan! Orang biasa aja kok, Mama sok tau!"
"Mama juga pernah muda kali!" Sheen hanya mengangguk-angguk. "Saran Mama, omongin baik-baik sama yang bermasalah. Cari jalan keluarnya dengan kepala dingin, jangan pake baper, jangan egois. Di situ, kamu dan dia juga bermasalah. Kalo kamunya baper, ambekan gimana mau selesai masalahnya? Jadi... lakuin segalanya dengan sabar."
Sheen tersenyum, "Makasih Ma, makin sayang deh!" Sambil mengerling jail.
"Gombal kamu!" Dua insan itu lantas terbahak bersama.
***
Pagi ini Sheen bangun dengan sedikit bersemangat. Dia telah menyusun rencana untuk hari ini. Sesampainya di sekolah, dia langsung mencari orang yang diinginkan. Namun, nyatanya mereka belum sampai di sekolah.
"Afkar, ikut aku yuk, ada yang mau aku selesain. Gak lama-lama amat," cowok yang baru saja memarkirkan motornya sedikit kaget, namun dengan cepat ia mengikuti langkah Sheen.
"Eh-eh, ada yang kurang nih Kar, lihat Atha gak?"
Lagi-lagi cowok itu dibuat bingung, "Eng... barusan nyampe tuh anak, lagi jalan ke kelas mungkin," Dengan sigap Sheen langsung berjalan menuju kelas Atha, dan benar saja gadis itu di sana.
"Wait, ikut aku bentar Tha, ada yang perlu aku omongin." Gadis itu mengangguk kaku, sesaat dia bertemu mata dengan Afkar, seolah matanya mengisyaratkan 'dia-kenapa?-dan-mau-apa?' dan hanya dibalas angkatan bahu kecil oleh Afkar.
Mereka terus mengikuti langkah kaki Sheen, sampai akhirnya tiba di rooftop sekolah. Selama ini, jika sepi melanda maupun kegalauan melanda *ceilah bahasanya* Sheen selalu pergi ke rooftop. Baginya, dia penemu tempat ini.
Sheen duduk dan kakinya menggelantung ke bawah, angin berhembus sepoi-sepoi.
"Gak jatuh kan Sheen? Aman?" tanya Athale. Dia takut ketinggian.
Sheen tersenyum singkat, "Aman kok, paling-paling kalau jatuh ya patah-patah kalau gak ya mati seketika. Siapa tahu," Athale meringis, kata-kata Sheen menakutkan. Namun akhirnya mengikuti juga apa yang dilakukan Sheen.
Semuanya terdiam, tak ada yabg bersuara. Sebenarnya, Sheen sendiri bingung gimana ngomongnya.
"Jadi...." tanya Afkar.
Sheen berdeham, "Jadi gini, entah cara ini bener atau gak. Aku minta, jangan ada yang baper, emosi, dan pake kepala dingin. Akal sehat! Jadi ini intinya di aku sama Afkar. Buat Atha, ini juga ada sedikit nyangkut sama kamu." Hening sesaat.
"Sebenernya, Afkar pernah nyampaiin perasaannya, dan aku pernah ngasih kepercayaannya ke dia tapi dia dengan begitu aja main-main. Aku yakin, di sini Afkar punya perasaan ke kamu, Atha. Aku yakin kamu juga. Iya kan?" tak ada yang membantah.
"Jadi... di sini aku ngelurusin, gimana mau kalian? Terutama Afkar, kamu jangan egois! Aku juga gak mau perasaanku kamu buat main-main. Aku ngedukung kalian." Keadaan masih tenang.
"Kamu ini apa-apaan sih Sheen! Aku kan udah bilang, perasaanku ini buat kamu. Aku kan juga udah bilang, hati ini milik kamu!"
"Di sini kan aku udah bilang jangan pake emosi, kita selesaiin baik-baik. Buat kamu gimana Tha?"
Atha yang sedari tadi diam tersentak. "Ya mau gimana lagi? Cinta gak bisa dipaksain. Yang harus kalian tahu, aku mulai detik ini mundur teratur. Jadi sekarang keputusan di tangan Sheen."
"Oke, aku memutuskan, aku gak pilih Afkar. Aku pilih yang lain," Mimik Sheen tenang, Afkar hampir gak percaya. Gadia itu ngomongnya santai banget.
"Yang lain?" Afkar gak habis piker, siapa yang lain?
---
Yuhu... Publish lagi ^^ Omong-omong kayanya bakal jarang publish. Hpku masuk rumah sakit, dan aku gak seneng kalo ngetik lewat laptop. Jadi ya... pinjem Hp ayah wkwk... *malah curhat gak penting*
Dark readers, tunjukkan wujudmu eh wkwk... Saran, vote, kritik boleh lah ya hahaha.
Oke, ini udah banyak cakap. Sepertinya, gak lama lagi bakal tamat cerita ini.
Selasa, 3 November 2015 (20:54)
Khaf-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top