1
Zeroun Fidelyo Afkar POV
Hari ini, hari pertamaku menginjakkan di bangku kelas sebelas. Sebelas IPA satu, dengan sahabatku Adeeva Afsheen Myesha. Mungkin dia cukup menyebalkan, tapi enak juga kalau diajak untuk berteman. Gak bakal nyesel deh kalian.
Adeeva Afsheen Myesha, nama yang cantik secantik surainya dan hatinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia sangatlah baik untuk dinilai dari luar maupun dalam.
Gadis yang cukup malang, tapi dia tetap berjuang gigih dengan mamanya. Single parent, itu kata yang tepat untuk mamanya. Bahkan sangat tepat.
"Hoi Sheen! Gak ke kantin? Bareng aku yuk," ajakku.
"Males deh, kesana aja sendiri"
"Pasti kamu tadi pagi belum sarapan kan? Entar sakit, kasihan mama kali Sheen...."
"Cerewet kamu ah! Sana-sana! Aku masih mau nyatet yang di papan tulis. Belum kelar catatan ku Afkar."
"Kamu ini bandel banget sih jadi anak, entar sakit baru tau rasa noh!" Kemudian hening, Sheen tidak menanggapi.
Dengan jalan gontai menuju kantin, banyak mata gadis yang tertuju padaku. Aku tahu aku tampan, tapi risih juga kalau dilihatin seperti itu. Rasanya mau diterkam habis-habisan. Percaya deh
Setelah membeli ini-itu, ku langkahkan kaki menuju kelas. Kelas baruku.
"Nih makan," sambil menyodorkan sebungkus plastik.
"Entar, belum kelar"
"Buka mulut sekarang! Makan kok di undur-undur, kasihan yang di dalam gak ada yang diolah," greget juga kalau sama Sheen, selalu keukeuh dengan pendiriannya. Sifatnya dari kecil.
"Apaan sih, gak banget deh Af!"
"Udah ayo, keburu bel masuk Sheeeen...." dan alhasil satu suapan roti masuk ke dalam mulut nya.
"Nah pinter, lagi-lagi habisin"
"Udah sini ah, berasa anak kecil aku. Catatanku udah kelar. Makasih ya Af," sambil tersenyum tipis.
"Emang kamu selalu kayak anak kecil tau! Yaudah nih, sama-sama"
Suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya.
"Af mau gak tinggal separuh, udah kenyang nih aku." Namun Sheen menunjukkan poppy dog eyes nya, imut kalau begitu. Bikin gemes, pingin cubit pipi nya.
"Kok udahan sih? Harus habis Sheen!" Walaupun aku tau itu rotinya ukuran jumbo hehehe... dalemnya juga ada potongan daging sapi dengan bentuk dadu. Dimakan tiga orang pun sudah mengenyangkan.
"Mau bikin aku gembrot hah? Ini banyak dagingnya Af, udah kenyang. Yang ada perut gue meledak"
"Hish... yaudah sini," kata gue sambil mengambil sisa cuilan rotinya.
***
Bel pulang terdengar, semua berhamburan menuju gerbang sekolah. Melangkahkan kaki masing-masing menuju tempat yang akan di singgahi. Begitu pun denganku dan Sheen, berjalan bersama. Rumah kita bersebelahan, jadi ya... sudah sangat lah dekat kami berdua.
Adeeva Afsheen Myesha POV
"Afkar," panggil nya pelan sambil berjalan. Menyamakan langkah kakinya dengan langkah ku.
"Hn...."
"Jujur dong, maaf ya aku lancang. Tapi pasti ada dong cewek yang kamu taksir selama ini?" Kata ku sambil menaik turunkan alisku. Menggodanya
"Apaan sih, ya ada lah Sheen ku...."
"Ooo... masih normal ya, kirain bengkok." Kata ku sambil nyengir lebar, takut jika dia mengamuk.
"Kamu ngira aku selama ini... bengkok huh? Dasar! Yang ada juga kamu Sheen, sendirian mulu. Masa sama aku terus dari dulu?"
"Aku? Normal lah Af, aku punya kok yang lagi di incar"
"Hayoo... siapa? Kasih tau gih! Hayo... siapa?" Katanya sambil menggelitiki. Aku seperti cacing kepanasan. Alhasil, kaki ku tersengkal oleh sepatuku sendiri dan badanku menjadi limbung. Namun, Afkar dengan cepat menangkap tubuhku.
Seperti drama korea, mataku dan mata Afkar saling bertatap. Mendalam, bukanlah tatapan biasa namun... ada sedikit hal yang ku ketahui dari dalam matanya. Mata, indra yang tidak dapat berbohong bukan?
Beberapa detik kemudian kami tersadar. Terpekik kaget berbarengan, atas perlakuan bodo yang kami lakukan. Kikuk, hal itu terjadi saat ini. Atmosfer canggung terasa, bahkan sangat terasa.
"Hahaha..." tiba-tiba tawa kami pecah, entah ada apa. Merasa ada yang lucu, padahal sama sekali tidak ada.
"Sorry Sheen, aku gak bermaksud sama sekali"
"I know bae," kataku sambil meredakan tawa.
Lagi-lagi aku dan Afkar berjalan dengan atmosfir canggung. Tidak enak memang, tapi kurasa kami sedang kehabisan topik untuk dibahas. Sampai akhirnya sampai di rumah masing-masing.
"Hoi Sheen, aku masuk ya"
"Oke, aku juga." Semua kembali, ketempat masing-masing. Terbesit rasa kecewa, namun aku tidak tahu kenapa ada perasaan kecewa setiap kali aku berpisah dengannya?
Tapi, tidak mungkin jika aku mencintainya. Bahkan kasih sayangnya ku ibaratkan seorang ayah. Bukanlah seorang kekasih, hanya sahabat tidak lebih. Itu sudah lebih dari cukup bagiku.
"Mama, Sheen pulang"
"Sheen... cepat ganti baju mu, mama banyak pesanan. Bantu mama buat cheese cake sama brownies ya Sheen!"
"Wih... asik nih banyak pesanan, boleh lah Ma. Oke, Sheen bantu." Kemudian aku langsung menuju kamar dan mengganti seragam dengan T-Shirt pink dan celana jeans pendek.
Capek juga ya, kasihan mama selalu banting tulang sendiri untuk mencukupi kebutuhanku dan mama sendiri. Terkadang aku juga merutuki, kenapa aku tidak bisa mandiri? Berasa anak yang tidak berguna.
Malam hari tiba, jendela kamar ku buka. Menampakkan bintang bertaburan. Menampakkan sinarnya yang indah. Bergumam dan berandai-andai, itulah hobby malam ku. Kesendirian yang menyelimuti diriku.
***
Bintang bertaburan,Menampakkan cahyanya
Tanpa ada kata malu sedikitpun.Dengan bangganya ia muncul
Menampakkan kebolehannya.
Namun,
Di atas sana ada langit, langit hitam kelam. Sekelam hatinya. Yang selalu menunggu, menunggu sosok yang dirindukan. Diinginkan, dan slalu diharapkan
Namun nyatanya, yang ditunggu tak kunjung datang. Kadang ia berfikir, sampai kapan harus menunggu?
—
Jumat, 22 Mei 2015
Khafidtazshafanz
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top