Friendship With(out) Love part 18
Aku berbalik ke arahnya dan berkacak pinggang. Sementara Abi hanya menatapku sambil menaikkan satu alisnya. Aku akan protes tentang kebiasaannya menaikkan salah satu alisnya itu nanti, menurutku itu sangat mengganggu karena dia sialan seksi saat melakukannya.
"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi disini?"
Abi hanya mengangkat bahu.
"Kau sendiri. Apa yang kau lakukan disini? Dengan gaun seperti itu.."
Dagunya menunjuk gaunku.
Aku mendesah, "Aku seharusnya bertanya itu padamu, Bi. Kau seharusnya ada di pelaminan bersama Sofie, dan aku berencana datang ke pesta pernikahanmu.."
"Pernikahannya batal..", ujarnya singkat.
"Aku tahu.."
Sekali lagi Abi menaikkan satu alisnya, meminta penjelasan dariku.
"Sofie yang memberitahuku.."
"Apa?"
"Sudahlah..kita punya banyak waktu untuk menjelaskan nanti. Sekarang..kau..mandi dan aku akan membereskan kekacauan disini!"
Aku mendorongnya menuju kamar mandinya yang terletak di kamar tidur utama.
Abi mendecak kesal, "Aku tidak butuh ocehanmu saat ini Gwen.."
"Oh ya? Dari apa yang kulihat di ruang tengah tadi sepertinya kau membutuhkan lebih daripada ocehanku!"
Abi berbalik, membuat posisi kami jadi sangat dekat. Aku curiga dia bisa mendengar detak jantungku yang bertambah cepat. Matanya yang tajam menatapku, Dia menyelipkan helai rambutku yang jatuh ke belakang telinga. "Ya..aku memang membutuhkannya, Gwen. Sangat membutuhkannya."
Kemudian dia berbalik dan berjalan dengan anggun menuju kamar mandi sambil melepas tshirtnya memberiku tontonan keindahan otot-otot punggungnya.
Uuugh..sial..
***
Aku kembali ke ruang tengah dan mulai membereskan kekacauan disana. Majalah dan koran-koran berhamburan, piring dan gelas kotor berserakan. Selimut, dan bantal berantakan. Dan aku bersumpah menemukan banyak puntung rokok di asbak. Abi merokok? Setahuku sudah hampir dua tahun ini dia berhenti. Dengan kesal kubuang semua isi asbak bahkan beserta rokok-rokoknya yang masih utuh.
Setelah keadaan ruang tengah lebih baik, aku ke dapur untuk mencuci piring dan membereskan keadaan di sana. Sejak tadi pikiranku terus berputar, Abi adalah orang yang sangat kujagokan dalam kelebihannya mengendalikan diri. Dia tidak pernah sekalipun terlihat begitu emosi, marah, atau hancur. Abi begitu tenang dan terkendali, itulah alasannya mengapa aku selalu nyaman berada di dekatnya. Tapi sekarang, seakan-akan dia melepas semua setan dalam dirinya. Dia tidak lagi bisa menyimpan dan mengubur emosinya sendiri. Ada apa dengan dia sebenarnya? Apakah dia kecewa Sofie membatalkan pernikahannya? atau dia merasa bingung dengan perasaannya? mengingat saat dia menyusulku, dia juga bilang kalau dia mencintaiku.
okay, bagi aku dan Abi, i love you adalah kata-kata yang biasa kami ucapkan sehari-hari. tapi tidak setelah berciuman kan seperti kemarin kan?
Aku memutuskan membuatkannya omelette keju. Dia pasti belum makan sore ini. Saat aku membawa omelette dan secangkir kopi ke ruang tengah, Abi sudah selesai mandi, dia bersandar pada salah satu sisi pintu sambil bersedekap. Matanya seperti biasa menatapku tajam
"Makanlah dulu.."
Aku duduk di sofa, dan menepuk sofa di sampingku. Abi berjalan mendekat. Dia memakai celana jeans hitam dan tshirt biru, tampak bersih dan segar, harum bodywash khas Abi menguar dari tubuhnya.
"Kupikir..kau tidak akan datang ke pernikahanku, Gwen.."
Dia menyuap omelettenya kemudian menoleh padaku.
"Tadinya begitu.."
"Lalu apa yang merubah pikiranmu?"
"Kau..", jawabku singkat.
Dia mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud perkataanku.
"Aku sayang padamu Abinaya, sebagai sahabat, kakak laki-lakiku dan segalanya. Sahabat macam apa aku ini yang tidak datang ke pernikahan sahabatnya..", lanjutku.
"Jadi hanya 'sahabat'?" Dia menaikkan alisnya lagi.
"Sial..jangan menggodaku!" Aku menyikut pinggangnya, pura-pura marah.
Abi terkekeh, "Aku tidak akan berani." Dia melanjutkan suapan omelettenya.
"Bagaimana keadaan Sofie saat membatalkan pernikahan kalian?", aku penasaran.
"Dia kecewa, sedih. Tapi dia tahu kalau dia akan lebih kecewa kalau pernikahan ini sudah dilangsungkan dan aku tetap tidak bisa mencintainya..dia meminta maaf karena sudah mendesakku."
"Jadi setelah Sofie membatalkan pernikahan, kau langsung kesini dan mengacak-acak apartemenmu?"
Abi menyelesaikan omelette terakhirnya kemudian menyesap kopinya, matanya yang tajam menatapku hangat "Apartemen ini sudah jadi sasaran kemarahanku sejak dua minggu yang lalu, Gwenny. Saat kau pergi.."
Tiba-tiba rasa bersalah menyerangku. "Maafkan aku.." Ujarku lirih.
Tangan hangat mengelus rambutku dengan sayang. "Jangan lakukan itu lagi Gwen. Kau bisa meminta apapun dariku, apapun. Tapi jangan pergi.."
"Saat itu aku bingung, aku berpikir akan seperti apa aku kalau kau tiba-tiba menikah dengan wanita lain, sedangkan selama ini aku bergantung padamu. Jadi daripada aku mengacau, aku lebih baik pergi."
"Mengapa kau tidak pernah bilang tentang perasaanmu Gwen? "
"...."
"Gwen..jawab.."
Aku mendecak kesal, "ck..Bi, aku kan perempuan!"
Dia mengerutkan keningnya, kemudian tertawa terbahak-bahak. Aku memberengut. "Ha.ha. Lucu!"
"Please jangan marah, Gwen." Dia memegang tanganku.
"Berjanjilah jangan tinggalkan aku lagi."
"Meskipun aku ingin berjanji tidak meninggalkanmu, rasanya tidak mungkin Bi. Suatu hari aku akan menikah dan kau juga akan menikah kan? Kita akan punya kehidupan masing-masing."
"Kau pikir aku akan membiarkanmu menikah dengan pria lain? Tidak akan. Kau milikku, Gwenny."
Abi memegang daguku dan mendekatkan wajahnya. Tiba-tiba bibir tipisnya menyapu bibirku, aku menegang beberapa saat. Dia menciumku dengan lembut, dan perlahan. Tidak terburu-terburu. Ya Tuhan Abi..kau bisa membuatku mati jantungan. Abi memeluk pinggangku dan membawaku ke pangkuannya.
Dia melepaskan ciumannya, matanya berbinar-binar menatapku, "Kau seperti strawberry Gwen. Sejak dulu aku selalu bertanya-tanya, bagaimana rasanya bibirmu. Ternyata bahkan lebih nikmat daripada yang pernah kubayangkan.."
Aku menangkupkan telapak tanganku ke wajah, aku malu sekali, dan sekarang pasti wajahku merah padam. Abi terkekeh. Menggodaku adalah hobinya sejak dulu.
"Gwenny.." Dia melepaskan tanganku. "Menikahlah denganku, please. Aku mencintaimu bahkan sebelum aku mengenal cinta itu apa. Aku ingin memilikimu sejak aku melihatmu pertama kali. Aku hanya terlalu bodoh menunggu selama ini."
Aku terdiam. Menatap ke matanya yang selalu jadi pemandangan indah bagiku. Menyadari bahwa aku mungkin mencintainya lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Aku membutuhkannya. Dia duniaku, semangatku, tempat dimana aku ingin melihat matahari terbit dan tenggelam, tempat dimana aku ingin bersandar selamanya, seseorang yang aku inginkan untuk menghabiskan sisa hidupku. Seseorang yang selalu bisa mengimbangi kelabilan emosiku. Hanya dia.
"Ya.." Ujarku lirih. Dan tanpa sadar air mataku mengalir. Abi mengecup kedua mataku dan mengelap air mataku dengan ibu jarinya. Dia memelukku dan mengucapkan terima kasih sambil mengecup bibirku lagi.
Kali ini aku bukan menangis karena patah hati lagi. Aku menangis karena akhirnya aku pulang ke tempat semestinya. ke dalam pelukan sahabat baikku yang baru saja kusetujui menjadi teman hidupku.
Kalau kau tanya, apakah ada persahabatan antara pria dan wanita yang murni tanpa ada cinta di dalamnya?
Maka aku tidak bisa menjawabnya. Sulit untuk tidak jatuh cinta kepada orang yang selalu ada di sampingmu, selalu setia mendukungmu, memperhatikanmu, memaklumi kekuranganmu dan rela menjadi tameng atas setiap kesalahanmu.
Pertanyaannya adalah,
Jika ada seseorang sesempurna itu di depanmu, mengapa kau harus sibuk mencari lagi?
--THE END--
--------------------------------------------
Haai,
Aakh..akhirnya the end juga. Eh masih ada epilog satu lagi, yang akan langsung di posting tidak lama lagi :D
Saya minta maaf kalau tiap partnya cuma sedikit, karena saya masih pemula. Anggaplah kosakata saya belum banyak dalam membentuk sebuah cerita yang sempurna *halah*. Mudah-mudahan nantinya bisa lebih baik.
Terimakasih ya untuk yang sudah vote, komen dan baca cerita saya, apalagi yang menanti-nantikan part lanjutannya.
I love you all guys!!
Tungguin cerita saya yang lain ya..
*kecupsayangsatu-satu*
Love,
Vy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top