7. MOS Hari Ketiga - II

Setelah adegan bodohku mengajak kencan Kak Kevan di lapangan tadi, acara selanjutnya pergi ke panti asuhan "CINTA KASIH".

Kami bersama-sama naik kendaraan yang telah disediakan pihak sekolah.

Jadwal hari ini bertemakan "Berbagi Antar Sesama".

Setiap anak diminta membawa barang apa aja selain uang. Barang harus dalam kondisi baru, bukan bekas pakai, dan nantinya akan diberikan ke anak-anak panti.

"Lo hebat banget tadi, Frel. Itu kalimat dapet dari mana? Kapan-kapan lo ajarin gue ya, buat nembak Kenn," serbu Dara, saat kami baru memasuki bus dan duduk di nomer dua dari belakang.

Ya. Sekarang aku sudah tahu siapa nama cowok cuek itu.
Namanya, "Kenn Alvaro Pratama".

Semalam, setelah pusing mikirin rayuan buat Kak Kevan, aku langsung nelpon Dara minta penjelasan siapa tuh cowok, yang bisa buat cewek sekelas diam berjamaah.

"Dari mbah dukun," jawabku asal jeplak.

"Hah! Yang bener lo? Mana, mana alamatnya? Temenin gue ke mbah dukun itu ya," seru Dara semangat.
Aku melotot tak percaya.

"Lo serius?" Begitu melihat Dara mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali sambil menyatukan kedua tangannya, memohon, aku geleng-geleng kepala. Makin yakin, nih anak pasti habis kesurupan setan jomblo. "Sinting lo, Ra."

"Ayolah, Frel. Pliiisss...." Aku makin syok, melihat Dara seserius ini.

"Hah? Lo percaya sama omongan gue? Serius lo??" Aku menepuk jidatku, nggak habis pikir. "Tadi kan gue cuma becanda, Ra. Lagian, gue anti sama begituan."

Mendengar perkataanku, Dara yang beberapa menit lalu semangat 45, sekarang berubah drastis, tampak lesu dan loyo.
Aku mengerutkan dahi, bingung sama sikap nih, anak.

Dara itu anaknya manis, rambut sebahu, kaya, tinggi, ya iyalah tinggi, selisihnya sama aku aja sampai 15cm.

Terus, apalagi ya?

Anaknya ceria, dan yang bikin kami kompak, kami itu sama-sama cuek kalau sudah ngobrol bareng, nggak peduli apa kata dunia, somplak, mata kami langsung ijo begitu ketemu cowok cakep dikit aja, tapi kami juga alergi sama cowok yang suka mainin cewek alias playboy.

Yang bikin aku PD saat jalan bareng dengannya itu cuma warna kulit kami. Kalau kulitku putih cerah, sedangkan Dara kulitnya agak hitam.

"Elo sih, enak. Belum apa-apa udah dikasih lampu ijo sama Kak Kevan. Nah, kalo gue?"

Aku ingat cerita Dara waktu itu, saat hari pertama MOS, ada cewek kelas X-4 yang hampir ditampar Kak Farah hanya karena penampilan cupu si cewek, tapi sebelum ia melayangkan tamparannya, tangannya keburu ditahan Kenn.

"Sekali lagi lo berani nyakitin dia, gue nggak bakalan ngelepasin lo. Lo camkan ini baik-baik," ucap Kenn dingin dan dihempaskan tangan itu dengan kasar, sampai-sampai Kak Farah meringis kesakitan.

Dan kata Dara, hampir semua siswa-siswi menyaksikan kejadian itu saat jam istirahat berlangsung. Banyak sekali para cewek terkagum-kagum atas sikap gentle dan ketampanan Kenn.

Udah gentle, ganteng, keren, cool, kaya lagi. Itu, kata Dara.

"Lo yang sabar ya, Ra. Jangan patah semangat gitu, dong. Pepet terus, Ra, pepeeet...."

"Pepet, pepet, lo pikir angkot!" ketus Dara.

Aku sebenarnya pengin banget ketawa ngakak, berhubung aku sadar diri ini di mana, jadi, dari tadi bisanya cekikak-cekikik ngetawain Dara.

Ada satu lagi yang lucu, saat Dara ingin PDKT sama Kenn, ceritanya gini nih ya, saat Kenn jalan dari ujung koridor, Dara sudah siap siaga mengeluarkan rencana terselubungnya.

Saat nanti Kenn lewat, ia mau pura-pura terpeleset dan jatuh, dan pikir Dara, Kenn akan simpatik dan nolongin. Seperti di drama-drama.

Kalian tahu nggak, apa yang terjadi selanjutnya?

Rencana tinggal rencana.
Perkiraan Dara melenceng jauh, saudara-saudara!

Boro-boro Kenn nolongin, lewat aja nggak. Kenn bukannya jalan lurus menuju Dara, eh, dia malah belok ke kanan ambil jalan samping, wkwkwkwk....

"Udah, ah, masa cuma gitu doang, udah nyerah. Mana Dara yang gue kenaaaaal...." Aku berusaha kasih semangat lagi buat Dara sambil tetap menahan senyum.

"Jadi?" tanya Dara kemudian. Alisku berkerut bingung dengan pertanyaannya. "Jadi lo dapet dari mana rayuan maut tadi? Kan lo biasanya demen banget nyontek kutipan rayuan kayak gini, bahkan puisi dari Chairil Anwar, Aan mansyur, Gunawan Maryanto dan penyair lainnya udah lo embat karyanya buat nembak mangsa lo. Jadi, sekarang dari siapa lagi?"
Kuputar bola mataku sambil mendengus kesal. Lagi-lagi mengungkit masalah itu.

"Kali ini bukan dari siapa-siapa, Ra. Setelah menatap Kak Kevan, entah kenapa, kalimat itu meluncur tiba-tiba." Aku terdiam sejenak, "Apa yang gue omongin di lapangan tadi, jujur apa adanya. Gue juga nggak tau, dari awal ketemu Kak Kevan, saat melihat matanya, gue merasa pernah mengenalnya." Kualihkan pandanganku ke luar jendela bus, dengan pikiran yang masih bingung.

Aku juga merasa aneh, baru terpikirkan sekarang, kenapa semalam aku susah-susah belain ngarang, ya? Bukannya aku dan Dara sudah punya setumpuk deretan syair pengarang terkenal yang kami koleksi dari SMP?

Dara memiringkan kepalanya seperti gaya orang yang lagi mikir. "Kayaknya, elo lagi jatuh cinta deh, Frel."

Anehnya, bukannya terkejut, aku malah mengembuskan napas berat.

"Entahlah!"

***
Di dua tempat berbeda pada waktu yang bersamaan, Kevan yang berada dalam bus khusus anggota OSIS, juga terdiam melihat ke arah luar jendela. Pikirannya berkecamuk memikirkan kejadian yang terjadi di lapangan beberapa puluh menit yang lalu.

"Elo kenapa, Kev? Gue perhatiin dari tadi lo diem terus," tanya Ari, yang berada di sebelahnya.

Tiba-tiba kepala Alvin muncul dari kursi depan. "Elo masih mikirin kejadian tadi ya, Kev? Jujur lo? Nggak nyangka gue, si kecebong bisa romantis juga." Ia geleng-geleng dengan wajah penuh kekaguman. "Elo harusnya bersyukur sama gue, Kev. Sama tantangan yang gue buat. Daripada nungguin si Putri yang nggak ada kabarnya, nggak ada kejelasannya, kan?" cerocos Alvin yang nggak mau berhenti bicara sebelum dipelototi Ari.

Ups!

Alvin cengengesan setelah menyadari mulutnya yang nggak bisa direm.

Sudah menjadi rahasia umum, Kevan dan Putri adalah sepasang kekasih yang dulunya sangat serasi.

Sama-sama tampan dan cantik. Sama-sama kaya dan sama-sama populer dalam prestasi akademik maupun non akademik. Tapi sayangnya, hubungan mereka terpaksa kandas setelah Putri pindah sekolah ke luar negeri.

"Kalo boleh jujur, gue juga ngerasain apa yang Frel rasain. Gue merasa, seperti pernah bertemu dia sebelumnya, dan gue merasa nyaman." Tanpa sadar, Kevan tersenyum mengingat tingkah laku Frel, yang menurutnya konyol dan lucu. Sedangkan Ari dan Alvin saling pandang, sikap Kevan tidak seperti biasanya.

Setiap kali mendengar nama Putri disebut, seketika itu juga raut wajahnya akan berubah mendung dan kecewa. Tapi, ini malah sebaliknya.

Di bangku lain, tepat di belakang kursi yang diduduki Kevan dan Ari, seorang cewek sedari tadi terlihat menguping pembicaraan mereka dengan sangat baik dan jelas.

Siapa lagi kalau bukan Farah!

Farah yang dulunya tidak bisa berkutik lantaran, Putri, saingannya lebih kaya dan cantik, ketika mendengar kabar mereka putus, ia langsung bersorak hore, dan sok berkuasa di sekolah ini.

Ia menjadi lebih gencar mendekati Kevan, meskipun tidak ada respons balik darinya. Tapi, begitu mendengar satu nama lain yang disebut mereka akhir-akhir ini, ia kembali meradang. Apalagi saingannya kali ini hanya seorang cewek pendek dan dari kalangan kelas bawah. Ia merasa terhina.

Ia mengepalkan tangannya erat, giginya gemeretak saking marahnya dan darahnya semakin mendidih kala telinganya mendengar sendiri, Kevan mengucapkan kata nyaman dengan santainya untuk cewek pendek seperti dia.

..........................***.............................
Susah sekali ternyata mencari kata kata yang tepat sesuai emosi peran masing-masing. Dan saya harap kalian menghargai jeri payah ini ya.
Comentnya di tunggu...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top