The Marionette

    Di dunia yang penuh dengan kejahatan, terdapat negara Daimand yang menjadi sarang anggota kepolisian. Pada abad ke-20 ini, tidak heran jika mendapati penganiayaan serta pembunuhan secara terang-terangan di depan banyak orang. Namun, semua itu hanya dongeng bagi negara Daimand. Maka dari itu semua orang berlomba-lomba untuk tinggal disana, mereka ingin terbebas dari kejahatan yang menghantui.

    Bagi kebanyakan orang negara Daimand bagaikan surga dunia, dapat menjamin keamanan dan kenyamanan penduduknya. Namun, tidak untuk orang yang menginginkan kebebasan sepertiku.

    “Membaca berita lagi?” tanya Jennifer, “kau sudah membaca ulang koran itu sebanyak empat kali, Ros! Setidaknya jangan abaikan sarapanmu itu.”

    Aku menaikkan alis bingung, “apa masalahmu?”

    Sebelum Jennifer membalas ucapanku, datang dua orang bodyguard bertubuh kekar menghampiri meja kami. Salah satu bodyguard itu merampas koran pagiku, dan melemparkannya kasar pada dinding ruang makan. Aku sempat ingin protes, tetapi ini bukanlah waktu yang tepat. Banyak sekali orang di ruangan bernuasa biru ini, jam sarapan pagi memang sangat ramai, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian. 

    “Rosaline Eisenberg, bos besar memanggilmu!” ucap bodyguard itu, “temui dia sekarang juga!”

    Aku mengangguk, lalu meninggalkan ruang makan tanpa sepatah kata. Dengan langkah cepat aku menuju ruangan bos besar dari organisasi rahasia di bawah pimpinan Presiden Daimand. Di dalamnya hanya terdapat remaja berkemampuan khusus, sepertiku yang sangat ahli berkelahi. Mereka menyebut organisasi ini, G.S.C.D (Guarantee of Safety Country Daimand). 

    Setelah sampai di depan ruangan bos besar, aku mengeluarkan kartu keanggotaan khusus, dan memidainya secara cepat. Perlahan terbukalah pintu berbahan aluminium berwarna putih itu, segera aku masuk ke dalamnya.

    “Lama sekali, seperti siput!” suara berat dan dingin itu menyambutku.Aku tersenyum lebar, meskipun tangan bergetar. Mr. Wilson, bos besar sekaligus pendiri GSCD, orang yang sangat aku hormati juga takuti. 

    Terlihat disana Mr. Wilson terduduk di kursi kerjanya, menatapku setajam elang seolah aku anak ayam yang siap diterkam. Aku sadar dimana posisiku berada, Mr. Wilson seorang bos besar organisasi pemberantas kejahatan, sedangkan aku hanyalah seorang pegulat wanita kelas bawah. Saat itu aku bertanding melawan wanita yang dikenal dengan sebutan ‘Ratu Kelas Menengah’, lalu aku kalah telak, kakiku dipatahkan olehnya. 

Ibu dan ayah membawaku ke rumah sakit, kemudian dokter berkata aku akan lumpuh jika tidak dilakukan operasi. Namun, kedua orangtuaku tidak mempunyai uang untuk biaya operasi, dan datanglah Mr. Wilson sebagai penolong, dia membayar semua biaya rumah sakitku. Bukan hanya itu saja, Mr. Wilson memasukkan diriku ke dalam organisasi GSCD, dan itulah alasan sampai sekarang aku masih menghormatinya.

    “Maaf, kenapa Mr. Wilson memanggil saya?” tanyaku.

    “Aku ada misi yang cocok untukmu,” jawabnya dengan santai, aku semakin melebarkan senyuman, jujur aku sangat senang menjalankan misi, “culik putri Keynand dan bawa padaku.”

    Mataku membola saat mendengar ucapannya, apa aku tidak salah dengar. Untuk apa aku menculik putri kecil Presiden Daimand, apa Mr. Wilson sedang bercanda?! Banyak sekali pertanyaan yang melintas di kepalaku.

    Mr. Wilson mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja, “kau tidak salah dengar, aku memang memerintahkan dirimu untuk menculik anak itu,” ucapnya seolah tau pikiranku. 

    “Bukankah itu kejahatan tingkat atas? Bagaimana saya melakukan hal sekeji itu?!” aku menaikkan nada bicaraku, memprotes Mr. Wilson dengan segala kekesalan yang menjadi satu. Aku menggigit kuat bibir bawah, membuat cairan asin itu mengalir deras pada mulutku. Kulihat pria berusia tiga puluh tahun itu terkekeh pelan, membuatku bertanya-tanya, apa yang lucu.

    “Aku tahu kau sangat menginginkan kebebasan, kau itu koleksi bonekaku yang sangat langka. Disaat remaja lain berusaha memberantas kejahatan negara ini, kau malah ingin pergi dan terbebas dari semua peraturan yang ada.”

    Aku terdiam, mencerna perkataan yang dilontarkan Mr. Wilson. Harus aku akui semuanya benar, memangnya siapa yang tahan berada di negara yang setiap sudutnya terdapat polisi yang berjaga. Namun, bukan seperti ini caraku mendapat kebebasan, menculik anak berusia delapan tahun.

    “Besok kau harus menjalankan misinya, sendirian. Aku tidak menerima penolakan, kau harus menyelesaikan tugas ini, jika tidak maka kau dan seluruh keluargamu akan mendapat akibatnya!” ancamnya padaku.

    “Bukankah Mr. Keynand sahabat Anda? Bukankah Anda mendirikan organisasi ini untuk memberantas kejahatan, tetapi kenapa malah Anda sendiri yang melakukan kejahatan itu?!” lenganku terkepal erat, sementara kepalaku tertunduk, guna menghalangi wajah yang memerah menahan marah.

    Mr. Wilson terkekeh pelan, “sudah saatnya kau tau tujuan utama aku membentuk organisasi ini,” dia berdeham pelan, “dulu aku dan Keynand memiliki tujuan yang sama, menjadi seorang pemimpin.”

    Aku terdiam menunggu perkataan selanjutnya dari Mr. Wilson, lenganku yang awalnya terkepal erat kini mulai melemas.

    “Kita sepakat bertanding untuk menjadi yang terbaik, meskipun begitu kami tetap menjaga persahabatan dengan baik. Namun, disetiap pertandingan aku selalu kalah, Keynand berhasil satu tingkat diatasku, sampai puncaknya dia berhasil menjadi presiden dan mengubah negara miskin ini menjadi idaman semua orang,” Mr. Wilson menatapku dalam, lalu bangkit dari duduknya, “kau pikir dia becus mengurus negara ini? Menjadikannya seperti kandang kelinci, dan membatasi gerak-gerik penduduknya!”

    “Hanya kau yang bisa menyelesaikan rencanaku, membalas dendam atas semua kekalahan, dan membebaskan rantai yang membelenggu negara ini. Kau pion yang paling berharga, koleksi boneka yang paling istimewa,” Mr. Wilson terdiam sejenak dan menghela napas panjang. 

    “Hanya kau, hanya kau, Rosaline Eisenberg! Hanya kau yang bisa membantuku merebut semua yang dimilikinnya! Asal kau tahu aku mendirikan organisasi ini untuk menusuk Keynand dari belakang, bukankah itu menyenangkan?” ujarnya sembari tertawa layaknya seorang psikopat.

    Dahiku berkedut, apa yang dilontarkan Mr. Wilson sungguh membuatku muak. Sosok yang aku hormati, ternyata hanya memanfaatkan kami semua, untuk mencapai tujuannya dia malah menggunakan cara menjijikan ini. 

    Saat aku membuka mulut ingin protes, datang kedua bodyguard menarik kedua lenganku secara paksa. Aku memberontak dan mencoba melepaskan diri. Namun, tubuhku mendadak lemas ketika salah satu bodyguard itu menyuntikkan cairan hijau pada leherku. Oh sial, itu obat bius!

***

    Cahaya lampu menyilaukan mata, aku bangkit dari tidur, dan mengedarkan pandangan pada sekeliling. Setelah beberapa saat aku tersadar ada dimana sekarang, ruangan khusus untuk menghias para boneka sebelum dimulai pertunjukkan. Singkatnya jika boneka akan diberi baju untuk memikat orang, maka aku diberi obat penguat tubuh guna melancarkan misi yang diberikan.

    Tidak lama kemudian, pintu ruangan ini terbuka lebar, menampakkan seorang wanita paruh baya yang memakai jas putih kebanggaannya. Wanita yang mempunyai keriput di wajahnya itu menyuntikkan cairan kental berwarna hitam padaku, aku terdiam pasrah, toh sekarang aku hanya berperan sebagai boneka Marionette yang sedang dikendalikan oleh seorang Manipulator. Aku baru menyadarinya, bahwa aku hanya dianggap boneka selama ini oleh pria itu.

    “Semoga kau berhasil menjalankan misi dengan baik,” ucapnya sembari tersenyum hangat padaku.

    Setelah selesai berias, aku pergi menuju gudang senjata, mengambil satu handgun dan beberapa bom asap, kurasa kedua senjata itu cukup.

    “Rosaline, ingat jika kau gagal menjalankan misi, maka nyawa keluargamu taruhannya!” aku mendelik tajam dan mengabaikan perkataan pria tua itu, lalu pergi meninggalkan gedung bertingkat lima ini menggunakan menggunakan mobil berwarna hitam. 

    Mobil yang aku kendarai melaju sangat cepat, pikiranku sedang kalut saat Mr. Wilson berkata akan melibatkan kedua orangtuaku. Aku memang terlahir dari keluarga sederhana, dan tidak kaya raya. Namun, kenapa di negara Daimand yang menjadi impian semua orang ini, perbedaan kasta selalu diutamakan.

    Bibirku tertarik keatas, senyum merekah tercetak sempurna, “pak tua bodoh, apa dia tidak sadar aku merekam semua percakapan kita kemarin,” ujarku sembari mempercepat laju mobil ini.

    Aku memandang benda kecil yang berisi bukti untuk menjebloskan Mr. Wilson ke penjara, tetapi rekaman video ini tidak bisa menjadi alasan yang kuat. Aku harus bisa menyulik putri Presiden Keynan, agar pihak kepolisian percaya dengan isi video ini. Kurasa rencana ini akan berhasil, sekarang aku mulai bisa menghirup aroma kebebasan. Aku tidak bisa terus-menerus menjadi Marionette Mr. Wilson, karena aku manusia. Dengan rencana ini aku bisa memutus tali yang membelenggu sejak dulu, berjalan sendiri tanpa digerakkan oleh orang lain.

    Tidak jauh di depan sana rumah Presiden negara berdiri kokoh dikelilingi oleh pepohonan yang rindang, senyumku merekah senang saat melihat penjagaan rumah itu tidak terlalu ketat. Dengan cepat aku menyembunyikan mobil ini, lalu memanjat tembok penghalang rumah ini dengan sekali lompatan, dan mendarat dengan mulus. Tidak lupa masker dan topi hitam aku pakai guna melancarkan penyamaran. 

    Aku berjalan pelan, mengendap-endap menuju halaman belakang, berencana masuk lewat sana. Namun, tidak semudah itu, banyak cctv disini, aku harus waspada. Setelah cukup dekat dengan pintu belakang, aku melempar bom asap untuk menghalangi daerah penglihatan cctv. Dengan cepat aku menuju pintu, lalu mengeluarkan handgun untuk membukanya, pintu ini dikunci aku harus menembaknya terlebih dahulu.

    Suara tembakan pistol membuatku semakin waspada, pintu itu terbuka. Namun, saat aku akan masuk ke dalamnya, ada seorang bodyguard yang berdiri di hadapanku sembari membawa belati tajam. Jantungku berderup kencang, pantas saja tidak ada yang datang, ternyata mereka sudah menunggu kehadiranku di balik pintu.

    Ada lima bodyguard berdiri di depanku, setiap orangnya membawa senjata yang berbeda. Keringat dingin mengucur deras di dahi, sedangkan tanganku bergetar tidak karuan. Meskipun aku sudah beberapa kali berkelahi, tetap saja kali ini aku melawan lima orang sekaligus. Namun, aku tidak bisa menyerah begitu saja, kalau aku kalah disini, dapat dipastikan kehancuran siap melanda.

    “Siapa kau?!” aku tersadar saat suara berat itu menginterogasi. Dengan cepat aku melemparkan bom asap kepada mereka, dan menerjang bodyguard yang paling depan, membuatnya tersungkur keras. Karena tidak ingin membunuh mereka, aku hanya menembak kakinya agar tidak dapat mengejar.

    Aku menerobos masuk saat ada celah, mereka berteriak supaya aku berhenti, tetapi dihiraukan. Setelah selesai membereskan para bodyguard aku pergi ke dalam rumah dengan cepat, tidak lupa pintu belakang sudah terkunci. Tidak heran jika isi dari rumah ini sangat mewah, tentu saja pemiliknya seorang Presiden dari negara idaman di dunia.

    Lama aku mencari kamar putri Presiden ternyata dapat juga, anak kecil itu tengah meringkuk dengan selimut yang membungkus badannya. Sungguh aku tidak tega memberikan anak itu kepada Mr. Wilson, apalagi aku mendengar kabar bahwa anak ini mengidap penyakit kronis yang cukup parah. Namun, aku sudah membulatkan tekad, menculik anak ini dan membongkar kedok Mr. Wilson kepada semua orang.

    Aku mengangkat tubuh anak ini, wajahnya yang tenang membuat hatiku menghangat. Namun, tidak lama kemudian kedua kelopak mata anak itu perlahan terbuka. “Engh, mamah sudah pulang kerja?” ujarnya sembari menguap lebar. Aku tersenyum lega saat anak itu menganggapku ibunya.

    “Mamah akan membawamu bermain,” ucapku pelan, dengan langkah cepat aku menggendong anak ini untuk melompat keluar jendela kamarnya. 

    “Benarkah?” tanyanya dengan senang, tetapi kedua mata kecil itu masih tertutup rapat. Aku menjawab pertanyaan anak itu dengan gumaman pelan, setelah kita berdua berhasil keluar dari rumah aku mengendarai mobil hitam yang aku sembunyikan untuk membawa kita pulang ke markas.

***

    “Bagus, Rosaline!” 

    Mr. Wilson menyeringai lebar, aku meletakkan anak yang sedari tadi berada dipangkuanku. “Tugasku sudah selesai,” aku berucap dengan senyum yang dipaksakan. 

    “Tentu, letakkan saja anak ini,” titahnya padaku. Aku meletakkan anak itu di sofa yang berada di ruangan Mr. Wilson, setelahnya aku melangkah menuju pintu keluar. Namun, suara pria tua itu menghentikan langkahku.

    “Berikan!” aku berbalik, menatapnya dengan heran. Mr. Wilson balik menatapku dengan tajam, membuat pertahananku runtuh seketika. Tanganku kembali bergetar saat melihat tatapan itu.

    “Maksud Anda?” 

    “Rekaman itu, berikan padaku!” mataku membelalak, sementara jantung berderup kencang. Tidak hanya itu, hawa ruangan ini mendadak panas membuat keringat bercucuran di dahiku.

    Perlahan aku mundur ke belakang, membuka pintu berbahan aluminium itu dengan tangan bergetar. Namun, saat pintu itu terbuka ada seseorang yang langsung mencekal kedua tanganku dengan kuat. Aku memberontak, menendang ke belakang, tetapi suara tembakan itu membuatku lumpuh seketika, timah panas itu mengenai kakiku dengan sempurna. Seketika aku tersungkur ke depan saat orang itu menendang punggungku dengan keras.

    “Bawa flashdisk itu padaku, Jennifer!” 

    Aku langsung bangkit saat orang itu mencoba membawa flashdisk yang berada di saku jaketku, tidak hanya itu aku memukul wajahnya dengan telak, membuat darah segar mengucur deras di hidungnya. “Jen, apa yang kau lakukan?” ucapku pada orang yang telah melepaskan peluru padaku, Jennifer pelakunya, sahabatku sendiri.

    Jennifer menatapku kosong, seperti boneka hidup. Dengan gerakan cepat aku menghindar dari serangannya yang ingin memukul wajahku, “Jenny, sadarlah!”

    Aku meringis kesakitan, darah berceceran di lantai. Harapanku mulai menipis saat datang semua anggota dari organisasi ini, tatapan mereka seperti Jennifer, kosong dan tidak berperasaan. “Mamah tolong, Ara!” jerit tangis itu membuatku langsung menoleh ke belakang. Sial, anak yang aku culik sedang ditodongi handgun oleh Mr. Wilson. 

    “Serahkan, atau mati?” suara tegas itu membuyarkan lamunanku. Aku tersadar, Jennifer sudah mendapatkan flashdisk itu. Jantungku berdetak sangat cepat, tidak terasa cairan kristal bening mengalir deras di kedua mata, duniaku hancur seketika. Apa semua akan baik jika aku tidak menculik putri Presiden, atau sejak awal ini salahku karena menuruti perkataan pria tua itu?

    Aku menangkap kaki Jennifer, membuatnya terjatuh. Bom asap yang sisa dua lagi aku lemparkan secara bersamaan, kepulan asap putih memenuhi seisi ruangan. Flashdisk yang berada di lengan Jennifer aku ambil paksa, setelah itu aku menuju tempat Ara, putri Presiden Keynand yang namanya baru aku ketahui. 

    “Rosaline! Kau pikir bisa lolos dariku?!” aku langsung menendang wajah Mr. Wilson, setelah itu aku membawa Ara pergi. Namun, tidak lama setelahnya, timah panas itu kembali menembus kakiku, seketika aku terjatuh. Ara terisak pelan, saat Mr. Wilson bersiap untuk menembak Ara, aku menariknya.

    Aku memeluk Ara untuk melindunginya, “maaf, aku melibatkanmu.” 

    Ara semakin terisak sembari menyebut ibunya, aku semakin menyesal telah melibatkan anak ini, seharusnya sejak awal aku tidak menculik dia. Seketika aku menjerit kesakitan, Mr. Wilson menginjak kakiku yang terluka. “Berikan, berikan, berikan rekaman itu padaku!” serunya sembari terus menginjak luka tembakan tadi, membuat kakiku ngilu, bahkan seperti mati rasa.

    Tidak hanya itu, semua orang yang berada di ruangan ini menghantamku menggunakan besi keras. Aku meringis sembari mengeratkan pelukan pada Ara, dia tidak boleh terluka. Belum cukup sampai disitu, mereka menginjak lenganku yang terkepal erat, berusaha mengeluarkan flashdisk yang sedari tadi aku genggam. Dapat kurasa kepalaku seperti bocor, sakit sekali, kesadaranku mulai hilang. Namun, aku tidak boleh tertidur, jika itu terjadi maka semuanya akan berantakan.

    Suara tembakan menggema di ruangan ini, aku tersadar, bala bantuan telah datang. Sebelumnya aku sengaja menjatuhkan handgun di ranjang Ara, agar mereka tahu dimana keberadaannya. Tentu saja mereka langsung menuju kemari, karena handgun itu dibuat khusus organisasi ini, dan juga terdapat logo dari GSCD yang membuatnya mudah dikenali. 

    Aku tersenyum lega, Mr. Wilson sudah dibawa anggota kepolisian. Presiden Keynand juga ada disini, dia menjemput putrinya. Tubuhku melayang saat pihak medis membawaku, tetapi sebelum itu aku menyerahkan bukti rekamannya pada Mr. Keynand. Ternyata aku berhasil, melepaskan rantai yang membelengguku selama ini. Sekarang aku bukan lagi sebuah Marionette yang dikendalikan Manipulator, hanya Rosaline Eisenberg, orang yang akan menentukan jalannya sendiri disetiap tindakan, ya hanya itu.

***

    Beberapa bulan kemudian, Mr. Keynand membuat banyak sekali perubahan bagi negara ini, melonggarkan aturan yang ada. Aku tentu senang mendengarnya, harapanku selama ini terkabulkan. Tidak hanya itu, Mr. Wilson diasingkan dari negara ini, dia melakukan kejahatan kelas atas, dan pantas mendapat hukuman.

    Teman-temanku para anggota organisasi GSCD semuanya sudah sadar dari efek obat yang dapat memanipulasi pikiran mereka. Semuanya berakhir bahagia, Ara pun sudah kembali pada keluarganya. Tidak terasa cairan kristal bening ini mengalir deras di pipi, aku mengusapnya kasar, 

    Ku pandang jeruji besi yang mengurungku ini, entah sudah berapa hari aku berada disini. Mr. Keynand memberikan hukuman penjara selama dua tahun padaku, bagaimana pun juga aku yang telah menculik putri kecilnya. Namun, ini bukan masalah besar bagiku, yang terpenting di penjara ini aku bebas, tidak ada yang memperlakukanku layaknya boneka. Kebebasan seperti inilah yang aku inginkan, meskipun semua orang menanggapku penjahat, tetapi aku merasa sudah melakukan hal yang benar dengan menggagalkan rencana Mr. Wilson.  

-TAMAT-

-----------------------------------
A story by : Alanaquella_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top