TROUBLE

Prilly's POV

"Nte Ii," suara Eek terdengar dari arah depan. Dia berlari ke arahku. Aku bangkit dari meja makan hendak menghampirinya. Ku gendong tubuh mungilnya lalu ku cium pipinya gemas.

"Eek sama siapa?' aku bertanya kepada Eek yang sibuk memainkan rambutku.

"Tuh."tunjuknya ke arah Alya dan Rico yang sudah menghampiri kami.

" Eh kak Alya bang Rico," sapaku ramah kepada kakak iparku.

"Duduk kak, biar aku buatin minum," tawarku.

"Gak usah Prill, kita gak lama kok,"cegah Alya. Mataku beralih menatap koper pink yang dibawa Bang Rico. Kualihkan pandanganku ke arah Ali, raut mukanya cemberut.

"Prill kita boleh minta tolong gak?"kini bang Rico yang angkat bicara. Aku yang masih tidak mengerti hanya tersenyum.

"Minta tolong apa Bang?" tanyaku.

"Gini Prill, bang Rico dapat tiket gratis dari kantor perjalanan umroh ke mekkah bareng Kak Alya,"sahut Kak Alya.

"Wah bagus dong Kak. Alhammdulilah,"ungkapku tulus.

"Bagus apaan? Kalau ujung-ujungnya ngerepotin kita,"sahut Ali keki. Aku mencubit perutnya pelan,"Aww!Sakit tahu,"lanjutnya memanyunkan bibir.

"Ya ampun Li, gue cuma mau nitipin Ekana seminggu doang. Kan kasihan kalau dititipin sama mama. Mama udah tua. Loe tahu sendiri kan Ekana nggak bisa diam."beber Alya.

" Gapapa kan Prill?Kakak titip Ekana seminggu disini,"

Aku yang dasarnya menyukai anak kecil tidak keberatan jika Eek dititipkan pada kami. Apa lagi Eek anak yang tergolong aktif dan menggemaskan. Lumayan bisa menjadi hiburan di padatnya aktifitas persiapan ujian nasional.

"Justru karena anak loe gak bisa diem malah ngerepotin. Lagi pula Prilly mau ujian. Nanti malah terganggu. Kagak dah. Loe cari baby sister aja. Biar mama yang ngawasin," sungut Ali masih dengan muka kekinya.

"Ya ampun Li. Kalau gue gak terdesak gue juga gak bakal minta bantuan loe. Ini tuh perginya mendadak banget. Gue gak mungkin cari baby sister secepat itu. lo tau sendirikan sekarang banyak modus penculikkan anak berkedok babysister. Mama juga gak mungkin bisa ngawasin Ekana 24 jam. Mama lagi sibuk ngurus bisnis restoran barunya," beber Alya dengan wajah memelas.

"Gapapa kok kak. Ekana di titipin disini aja. Aku malah seneng ada Ekana disini, jadi gak sepi-sepi banget,"ucapku dengan senyuman. Ali memutar bola matanya melotot ke arahku.
Aku balas dengan menjulurkan lidah ke arahnya.

"Aduh Prilly. Loe emang adik ipar yang paling pengertian deh." sindir Alya seraya merangkul tubuhku dan melirik Ali dengan tatapan meledek.

"Eh jangan senang dulu loe.Eek emang mau di tinggal disini?" sahut Ali masih dengan tatapan kekinya.

"Eek mama sama papa mau pergi ninggalin Eek loh. Emang Eek mau?"Tanya Ali pada Eek yang sedang sibuk memainkan rambutku. Tiba-tiba Eek menghentikan aktivitasnya. Dia menatap Ali dengan tatapan kosong. Lalu Eek menangis kencang tepat ditelingaku.

"Ahhh mama papa angan meninggal!"ucapnya di sela-sela tangisnya. Eek yang masih polos akhirnya terprovokasi juga oleh ucapan Ali,disangkanya mama papanya akan meninggal. Oh Eek,maafkan om Ali nak.

Eek masih terus menangis menengadahkan tangannya ke arah Alya. Ingusnya sudah menggantung di hidung kecilnya. Ku dengar dia sesekali menarik ingusnya sesenggukkan.

Alya yang melihat putrinya menangis, langsung mengambilnya dari gendonganku.

"Mama papa gak meninggal kok. Om ai bohong,"ucap Alya mengelus-elus punggung Eek.

Aku mencubit perut Ali. "bukan begitu cara ngasih tahu anak kecil,"ucapku melotot.

" Aw!hobby banget nyubit sih,"protes Ali.

"Eek, mama sama papa mau ketemu Allah. Eek tinggal sama nte Ii dan om Ai dulu yaa. Mau kan?"bujukku mengusap pipi Eek.

Eek sudah berhenti dari tangisnya. Namun dia menggeleng, " Gamau. Eek mau itut mama aja,"jawabnya pelan sembari memeluk Alya.

"Nte Ii punya ice cream loh. Ada cokelat juga.Eek di sini aja ya?" bujukku kembali. Namun Eek tetap menggeleng.

"Kalau anaknya ngga mau ngga usah dipaksa,"sahut Ali. kembali ku hadiahkan cubitan di perutnya.

"Om Ai ama nte Ii punya ipad loh sayang. Bagus deh ipadnya banyak mainannya." kali ini Bang Rico yang membujuk Eek.

Tiba-tiba Eek terdiam seperti berpikir. Kemudian dia mengangguk setuju. Inilah model anak jaman sekarang, tidak mempan dibujuk dengan ice cream dan cokelat. Maunya dibujuk dengan ipad. Aku hanya menggeleng menahan senyum. Sementara ku lihat Ali mulutnya komat-kamit tidak jelas.

"Syukurlah, selesai sudah. Ya udah mama sama papa pergi dulu ya sayang."ucap Alya menyerahkan Eek ke gendonganku setelah mengecup pipinya.

"Dadah Ma. Kiss bye. Muachhhh." ucap Eek sambil memberikan kiss bye ke Alya dan Rico.

Dan mulailah hari ini aku dan Ali menjadi babysister baru Eek.

***

"Li, loe bawa Eek kekantor ya.Gue mau sekolah,"pintaku pada Ali yang sedang sibuk memasang dasinya. Dia melirikku sekilas.

"Kok gue. Tadi siapa ya yang ngizinin Eek di titipin disini," sindirnya tepat sasaran. Aku bergidik. Memang aku yang memberi ijin Eek tinggal bersama kami,karena aku kasihan pada kak Alya dan bang Rico kalau sampai umrohnya gagal gara-gara tidak ada yang menjaga Eek. Bukankah membantu orang yang akan pergi beribadah kita juga akan dapat pahala?

"Ya ampun Li,kan gue nggak mungkin bawa Eek ke sekolah. Kalau gue bolos kan sayang. Bentar lagi gue udah mau ujian,"kataku memelas.

"Ya gue juga nggak mungkin dong. Masa ke kantor bawa anak kecil." jawabnya tanpa menatapku.

"Li, please,"mohon ku memasang puppy eyes.

"Nggak."

"Ayo dong."

"Sekali engga tetap engga."

"Pokoknya iya nggak mau tahu."

"Nggak."

"Pelit."

"Biarin."

"Ah Ali."rengekku. Namun tidak mendapat balasan dari Ali.

Tiba-tiba ide gila terlintas di otakku. Aku berjalan ke arahnya, menarik pundaknya agar menghadapku. Lalu kurapikan dasinya.

"Please,"ucapku memohon sembari menggigit bibir bawahku. Sungguh,mungkin jika kalian melihatku,kalian pasti akan mentertawakanku. Aku mirip wanita jalang yang sedang menggoda om-om.

"Kalau bisanya cuma menggoda doang gak mempan,"ucapnya acuh. Menyingkirkan tanganku yang sedang merapikan dasinya.

"Ya udah loe mau apa?nanti gue masakin deh."

"Lanjutin yang tadi."

Aku terkejut, maksudnya yang tadi apa?otakku memutar apa yang aku lakukan tadi.

"Yang tadi yang mana?"tanyaku ragu-ragu memastikan bahwa pemikiranku salah. Ali tersenyum jahil.

"Nggak usah sok-sok nggak paham,"katanya mendekatiku. Reflek aku berjalan mundur.

"Li, ada Eek loh,"ucapku memperingatinya. Dia melirik sekilas melihat Eek yang sedang asyik tiduran di ranjang miliknya sembari bermain ipad. Mulutnya merancau tidak jelas. Mirip seperti Ali kalau sedang mendumel. Tapi bedanya Eek sedang main game. Like uncle like niece!

Ali makin merapatkan tubuhnya, aku menggeleng menutup mulutku. " Ngga mau." gumamku tak jelas.

"Kalau ditutupin gitu gue makin nafsu," ucapnya cengar cengir tidak jelas.

Aduh mama Prilly takut!! Ku rasakan tubuhku sudah bergetar. Aku tidak mau dicium lagi!anggap saja yang tadi itu khilaf. Dalam hati aku mentertawakan kebodohanku,mana ada khilaf sampai dua kali!dan anehnya aku menikmatinya,padahal di sisi lain aku juga tidak rela.Enak saja dia bisa cium-cium aku sembarangan tapi dia masih pacaran dengan Niken yang sok cantik itu. Ku rasakan tubuhku terbentur Lemari. Tak ada jalan lagi selain teriak.

"Aaaaaa!" dengan cepat dia membungkam mulutku.

Kulihat Eek menoleh ke arah kami. Dia menaikkan sebelah alisnya. Oh Eek tolong tantemu ini nak!

"Sssst angan icik!"omelnya. Lalu kembali fokus ke ipadnya. Dasar Eek!tidak bisa di harapkan!

"Udah tenang aja. Gue gak bakal nyentuh loe kalau loe gamau," katanya mengelus-elus kepalaku yang hanya setinggi pundaknya. Kemudian menyentil keningku pelan. Ali so sweet. Tapi ada rasa tidak rela Ali tidak jadi menciumku.

"Jadi loe mau jagain Eek?"tanyaku lagi. Dia menghela nafas berat lalu mengangguk terpaksa. Aku hanya tertawa puas.

"Nanti pulang sekolah langsung balik. Loe baru sembuh."

Aku senang dengan perhatian yang Ali berikan padaku,namun aku tidak mau besar kepala,aku harus buang jauh-jauh pikiran itu,pikiran jika Ali juga mencintaiku.

***

"Prilly.."

"Hay Te!"sapaku balik pada sahabatku

"Lo kenapa?muka lo pucet gitu? Tanya Gritte mengerutkan kening.

"Gapapa. Gue kemaren cuma agak demam aja, ya udah yuk bentar lagi bel."ucapku menggandeng tangan Gritte menuju kelas.

"Prill,"suara Halik menghentikan langkahku dan Gritte, aku menoleh ke belakang mendapati Halik berlari ke arah kami dengan terengah-engah.

"Hay Lik. Ada apa?" tanyaku ramah. Ku lihat Gritte hendak beranjak meninggalkanku dan Halik berdua. Namun dengan cepat aku menahan tangannya. Otakku kembali berputar mengingat perkataan Ali. apa benar Halik seorang playboy?aku tahu dia memang dikelilingi banyak wanita. Tapi setahuku tidak satu wanitapun yang berhasil menarik perhatiannya. Bahkan aku tidak pernah mendengar desas-desus Halik kencan dengan seorang wanita.

"Maaf ya kemarin gue nggak nganterin loe pulang."ucapnya menyesal.

"Gapapa kok. Kan kemarin gue balik sama Ali."sahutku dengan tersenyum agar dia tidak merasa bersalah.

" Oh jadi kemarin kalian nge date nih?"ledek Gritte mengayunkan tangannya yang ku genggam.

Diledek seperti itu oleh Gritte membuatku malu. Aku tidak tahu pasti bagaimana perasaanku dengan Halik sekarang ini. Aku masih saja malu jika diledek dengannya.

"Ah Itte apaan sih?"kilahku. kulihat Halik hanya tersenyum dan sesekali menggaruk tengkuknya yang ku yakin tidak gatal.

" Oh ya gue jadi lupa mau nanya. Lo kok bisa kenal Bang Ali?"

Pertanyaan Halik membuatku bungkam sesaat. otakku menyiapkan jawaban yang tepat untuk Halik.Tidak mungkin aku mengatakan jika Ali adalah suamiku.

Baru aku mau membuka mulut setelah mendapatkan jawaban yang tepat. Gritte terlebih dahulu buka suara,"Ali? Ali suaminya Kakak loe Prill?"

Halik terkejut mendengarnya.

"Hah?Bang Ali suami kakak loe?Dia kan pacar kakak gue. Kak Niken. Bahkan mereka mau menikah. Brengsek!" ucapnya sambil menggenggam tangannya kuat. Terlihat di sorot matanya dia menahan emosi.

Aku jadi bingung sendiri. Kenapa semuanya jadi runyam begini? Salahku juga kenapa aku tidak jujur pada Gritte. Aku bingung harus menjawab apa.

"Hmm gini Lik aa emph."ucapku yang malah menjadi salah tingkah.

"Loe gak usah jelasin apa-apa Prill. Biar gue hajar si brengsek itu," ucap Halik sarkatik berlalu meninggalkanku dan Gritte.

Aku jadi khawatir sendiri,apa yang akan dilakukan Halik pada Ali? Ku lihat Gritte yang sedang menunggu penjelasan dariku.

"Sorry Te,gue belum bisa jelasin sekarang."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top