SELFISH
"Prill." panggil Ali. Aku menoleh sesaat sembari mengunyah nasi gorengku,"mama nanyain,kapan kita bulan madu?" seketika aku tersedak mendengar ucapan Ali. Apa dia bilang, bulan madu?
Ali memberikan ku segelas air," kalau makan pelan-pelan dong."ucapnya sambil memijat tengkukku pelan.
"Bulan madu?"tanyaku memastikan pendengaranku tidak salah.
" Yap."
"Trus loe bilang apa?"tanyaku penasaran. Ali tersenyum tipis.
"Secepatnya." jawabnya ringan. Aku membulatkan mataku. Seenaknya saja ia mengambil keputusan. Memutuskan secara sepihak tanpa memberitahuku dulu.
"Gue ngga mau."protesku sambil mengerucutkan bibir, Ali kemudian menarik bibirku.
"Itu bibir nggak usah digituin.Bikin nafsu aja."ujarnya santai.
Sontak wajahku terasa panas. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu setelah semalam dia mengajak kekasihnya kesini. Aku menepis tangan Ali yang menarik bibirku.
"Dasar mesum!"umpatku kesal. Dia malah tertawa, seakan-akan aku sedang melawak.
" Pokoknya gue ngga mau ada acara honeymoon segala."
Ali mengerutkan keningnya,"kenapa?"tanyanya polos.
Ya Tuhan, terbuat dari apa otak manusia yang satu ini. Ternyata dia bukan hanya mesum tapi juga lemot. Tentu saja aku tidak mau honeymoon. Pasti dia akan memanfaatkan situasi seperti tempo hari. Mending kalau dia mencintaiku,sedangkan ini?Oh my God! Memikirkannya membuatku ingin menangis lagi.
"Ya ngapain sih pake honeymoon segala, kayak pernikahan ini beneran aja."
Ali terdiam sejenak, ku lihat senyumannya menghilang.
"Apa aku salah ngomong? itung-itung liburan sih," jawabnya kemudian.
"Ogah banget gue liburan sama om-om mesum,wlekk!" aku menjulurkan lidahku ke arah Ali, terlihat lagi senyum mengembang di bibirnya.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, "ini mah namanya loe nantangin gue."
Sontak aku mendorong kepalanya menjauh,"ah Ali!!!!"rengekku manja.
"Hahaha gue bercanda kok," aku menghela nafas lega.
"Tapi kalau loe mau juga boleh."sambungnya dengan mengedip-ngedipkan matanya.
" Ih genit."sahutku menepuk lengannya keras,membuat Ali tertawa karenanya. Akupun memasang wajah mencebik melihat tingkahnya kali ini,Ali yang jahil sudah kembali.
***
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke perpustakaan. Kurang dari dua minggu lagi, aku akan menghadapi ujian nasional.
"Prilly,"panggil seseorang dari arah lapangan. Ku lihat Halik sedang tersenyum ke arahku sembari melambaikan tangannya.
" Hei."aku membalas sapaannya dengan senyum ramah. Halik berlari kecil menghampiriku. Menyeka keringat yang keluar dari tubuhnya. Sumpah, Halik looks so hot!
'Mau ke perpus ya?"
"Iyaa. Mau ikut?" tanyaku iseng.
"Hmm mau sih sebenarnya, tapi gue masih kringetan. Bau. Nanti loe ogah lagi deket-deket gue."jawabnya mengibas-ngibaskan bajunya. Dia menyibakkan rambutnya yang basah kebelakang.
" Haha santai aja kali."jawabku di selingi tawa. Tidak tahu kenapa kalau dekat Halik,bawaannya ingin nyengir terus.
"Nanti pulang sekolah ada waktu nggak?"Aku diam sesaat. Aduh, Halik mau mengajakku jalan?serius nih?Ah mama Prilly mau teriak!
Halik yang melihatku hanya diam menyambung kalimatnya," gue mau minta bantuan loe buat belajar fisika. Ada yang gak gue ngerti."
Halik, oh my God! Modus-nya so cute. Aku tahu dia banyak sekali kegiatan di luar, tapi itu tidak menjadikan dia jadi anak yang bodoh. Aku tahu dia pintar. Nilainya pun di atas rata-rata. Ya walaupun aku tidak sekelas dengannya. But you know lah, aku secret admirer nya. Otomatis aku tahu segalanya tentang dia. Minta diajari Fisika pula. Jelas-jelas dia wakil sekolah di OSN Fisika tahun lalu. Masa dia tidak mengerti? Aku tertawa dalam hati,Alibinya membuatku senang.
"Ada kok,"jawabku dengan senyum menggoda. Aku rasa aku sudah ketularan Ali. Dih kok jadi mikirin Ali? Merusak suasana saja!
" Yaudah nanti pulang sekolah gue tunggu di depan sekolah ya. See you."
Halik berlalu meninggalkanku. Aku pun melanjutkan perjalananku menuju perpustakaan.
***
"Yang mana Lik yang nggak ngerti?"tanyaku pada Halik yang sibuk menyeruput frozen mochanya.
Sekarang aku dan Halik sedang berada di salah satu café di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Kami memutuskan untuk belajar bersama di sini. Karena suasana café ini sangat tenang. Café ini memang di desain untuk belajar. Di sudut café terdapat perpustakaan mini dengan interior klasik.
Halik menggaruk tengkuknya,"hmm yang ini,tunjuknya pada buku Fisika." Aku mengerutkan dahiku bingung.
"Besaran dan satuan?"tanyaku tak percaya. Bukankah ini materi dasar? Aku tidak percaya kalau Halik tidak paham masalah ini.
Halik tersenyum simpul sembari mengangguk,"iya."
Aku menarik nafas.
"Jadi besaran itu sesuatu yang memiliki nilai, ada yang memiliki satuan ada juga yang engga. Besaran itu terdiri dari 2. Ada besaran pokok ada juga yang turunan. Besaran pokok contohnya panjang, nama satuannya meter." jelasku panjang lebar.
Aku memutar bola mataku ke arah halik. Dia sedang menggigit sedotannya sembari menatapku dengan senyumannya yang memabukkan.
Aku yang gugup karena tatapannya segera mengalihkan pandanganku.
"Loe ngerti nggak?"tanyaku.
"Loe cantik."
WHATTT?!!
Ini anak yang ditanya apa jawabnya apa,tidak nyambung sama sekali. Kurasakan pipiku panas, pasti mukaku sekarang sudah memerah. Aku hanya terdiam menunduk. Aku tidak mau melihatnya.
"Loe cantik Prill,"ucapnya lagi. Siapa pun tolong pegangi aku. Rasanya aku mau terbang. Lebay!
Aku yang merasa gugup buru-buru meneguk iced coffee with milk milikku. Rasanya tenggorokanku kering di gombali seperti ini olehnya.
" Kalau minum pelan-pelan dong,sampai belepotan gini."ucapnya lembut. Tangannya mengambil tissue yang ada di meja, mengelap bibirku dengan lembut. Kurasakan jari-jarinya tidak sengaja menyentuh permukaan bibirku.
Oh my God!!!! Aku merasa sekujur tubuhku lemas. Aduh Halik, you really so sweet baby ,hingga sebuah tangan menghentikan tangan Halik yang sedang mengelap bibirku.Mengganggu saja!
Ku lirik seseorang pemilik tangan itu. Ali.
"Ngapain lo di sini?"tanyanya memicingkan mata sinis ke arahku.
" Aku menatap Halik sekilas. Terlihat ekspresi kaget dari wajahnya.
"Bang Ali?" Ali memutar bola matanya ke arah Halik.
"Halik?" ucapnya kaget.
Akupun ikut terkejut,melihat kedua orang ini ternyata saling kenal.
"Abang kenal sama Prilly?Dunia ternyata sempit banget ya." ucap Halik tersenyum ramah. Ali hanya tersenyum kemudian menarik tanganku menjauh.
"Sebentar ya Lik, bang Ali mau ngomong dulu sama Prilly."ujarnya sembari menarikku.Halik hanya mengangguk.
Setelah jauh dari Halik, aku melepaskan tanganku dari cengkraman Ali.
"Ngapain loe di sini?"apa hubungan loe sama Halik?"tanyanya mengintimidasiku.
Aku memalingkan wajahku.
"Bukan urusan loe," jawabku ketus lantas meninggalkannya.
"Lik kita pulang aja yuk. Loe juga udah ngerti kan?"pintaku sembari membereskan buku-bukuku yang ada dimeja. Aku sudah gak mood.
Ali berjalan menghampiri kami lagi.
"Ngapain Bang di sini?"Tanya Halik masih dengan senyum ramahnya.
Meeting," jawab Ali singkat. Tiba-tiba seorang wanita datang menggandeng tangan Ali.
"Sayang, kamu ke toiletnya lama banget sih?" ku lihat Niken menggelayut manja di lengan Ali. Hatiku rasanya panas.
"Oh meeting,"tawaku remeh.
"Kak Niken?"seru Halik kembali.
" Kamu ngapain di sini?" Niken melirik ke arahku lalu tersenyum manis di buat-buat.
"Ciye cewek baru ya.Cantik Lik."ledek Niken pada Halik yang membuatku rasanya mau muntah.
Halik tertawa renyah, "Kak Niken bisa aja. Bang Ali ternyata juga kenal loh sama Prilly."
"Ohh ya?dunia sempit ya. Gimana kalau kita ngopi-ngopi dulu." tawarnya sok manis.
"Mau kan sa-yang?" tanya Niken pada Ali dengan memberi penekanan pada kata sayang sembari melirik sinis ke arahku.
Ya Tuhan,Rasanya aku ingin muntah sekarang. Baskom mana baskom?!! Menjijikkan sekali sikap wanita ini.
Aku menggandeng tangan Halik,"Lik, gue mau pulang."pintaku.
Ali yang melihat aku menggandeng Halik menyentakkan tanganku dan menggenggam tanganku kuat. Hingga Aku merasakan sakit di pergelangan tanganku.
"Prilly biar balik sama gue aja Lik. Kebetulan kita searah. Permisi."ucapnya lalu berlalu meninggalkan Halik dan Niken di cafe sembari menarikku.
Ali mendorong tubuhku masuk ke dalam mobilnya.
"Loe apa-apaan sih?"umpatku kesal sembari mengelus-elus pergelangan tanganku yang mulai memerah.
"Gue nggak suka loe dekat-dekat sama Halik!" ku lihat rahang kokohnya mengeras.
Aku tersenyum kecut,"kenapa?suka-suka gue dong mau dekat sama siapa pun!"
Ali membanting stir, menepikan mobilnya. Matanya menatapku tajam.
"Pokoknya gue ngga mau melihat loe dekat sama Halik lagi!" Gertaknya keras. Ku lihat amarah di bola matanya.
Aku syok, baru kali ini aku melihat Ali marah. Aku yang dasarnya cengeng berusaha menahan tangisku. Kurasakan mataku memanas. Air mataku sudah mengembang di pelupuk mata.
"Loe egois Li. Kenapa gue nggak boleh dekat-dekat sama Halik? Sementara loe?loe bebas pacaran sama Niken-Niken itu,bahkan loe bawa dia ke apartemen." sekarang aku sudah tidak mampu lagi menahan tangisku.
Dadaku sesak, aku belum pernah dibentak oleh orang lain seperti itu,bahkan orang tuaku saja tidak pernah membentakku. Tangisku pecah. Ku lihat Ali hanya terdiam dengan tatapan kosong.
"Jawab jangan diam aja Li!Bukannya pernikahan ini cuma main-main?kenapa loe ngatur-ngatur hidup gue?Seolah-olah loe suami dalam artian sebenarnya!" ucapku di sela-sela tangisku.
Ali masih diam, dan tak berapa lama kemudian tiba-tiba dia memelukku. Kurasakan bibirnya mengecup pucuk kepalaku singkat. Aku yang masih terisak hanya pasrah dipeluknya. Walaupun aku sebal dengan sikapnya yang seenaknya. Namun harus ku akui pelukannya lah yang aku butuhkan saat ini.
Hatiku bertanya-tanya akan sikapnya yang marah berlebihan hanya karena aku dekat dengan Halik. Apa dia cemburu?bukankah cemburu itu artinya cinta?apa Ali mencintaiku?aku membuang pikiran itu jauh-jauh. Aku tidak mau sakit untuk kedua kalinya. Ali sangat mencintai Niken. Pacarnya sejak 8 tahun yang lalu. Tidak mungkin dia mencintaiku. Tipe laki-laki setia seperti Ali tidak mungkin jatuh cinta denganku yang baru dikenalnya kurang dari tiga bulan. Apalagi Niken jauh lebih cantik dan modis dariku. Walaupun sikapnya seperti iblis.
"Maaf,"gumam Ali. Aku mendongak melihat wajahnya. Terlihat raut penyesalan.
"Gue terlalu keras. Gue tahu banget Halik itu playboy. Gue ngga mau loe sakit hati."ucapnya tanpa melepaskan pelukannya.
Benar saja, Ali tidak mungkin mencintaiku. Apa dia bilang?Dia tidak mau aku sakit?Ingin rasanya aku meneriaki di depan telinganya. Aku sudah lebih dulu sakit hati karenanya. Aku tersenyum kecut. Setidaknya walaupun Ali tidak mencintaiku, tapi dia sudah peduli terhadapku.
" Sekarang kita pulang ya."ucapnya melepaskan pelukanku dan menyetir kembali mobilnya menuju apartemen.
***
Behind the scene
Me. : ping!
Senja: ada apa kak?
Me. : Freaky weddingmu kakak revisi trus kakak kirim naskahnya ke guepedia atas nama kamu ya?
Senja: guepedia?apaan itu kak?
Me. : penerbit buku online sayang,selfpublisher,kamu bisa kirim naskah kamu dan di terbitin sama guepedia.
Senja: wkwk jangan kakak FWku itu cerita alay,bahkan ancur banget,aku aja ngga mau baca lagi,malu hahaha
Me : kata siapa freaky weddingmu hancur,FWmu itu bagus Nja,bahkan sampai sekarang aja kakak gagal move on sama FW,fans kamu juga banyak yang kangen sama FW
Senja: tapi benar kak,FWku belum layak untuk di beli lol
Me.: ya udah kalau ngga mau,FW kakak revisi trus kakak publish lagi ya?nanti kakak publish di akun kakak atau di akun satunya lagi.
Senja:seterah kakak asal jangan di guepedia,aku aja malu baca lagi.
Makasih kakak :*
Me.: sama2,kakak yg harusnya makasih sama kamu,akhirnya FW bisa publish lagi,nungguin kamu revisi sampai lebaran monyet juga belum tentu kamu publish lagi.
Senja:wkwkwklol nanti kalau udah publish kasih tahu ya kak,biar aku tulis di bio
Me. : okey :* ({})
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top