BROKEN BOY
Prilly's POV
Aku mengetuk pintu rumah mama mertuaku sementara Ali sedang memarkirkan mobilnya di garasi. Pintu terbuka, ku lihat Alya, kakak iparku memandangku sambil tersenyum.
"Hai Prill apa kabar?" tanyanya antusias sembari mengecup pipi kanan dan kiriku bergantian.
Aku mengulum bibirku membalas senyumannya,"Alhamdulilah baik Kak."
"Nte Ii,"seru Ekana anak Alya yang berjalan menghampiriku.
" Hai sayang,"sapaku sembari berjongkok meregangkan tanganku untuk memeluknya.
Dia berlari kecil,"anen Nte!"serunya dengan suara yang masih cadel.
Aku tertawa mendengar si kecil yang menggemaskan ini. Walaupun usia perkawinanku dan Ali masih sangat muda. Namun aku yang notabennya sangat menyukai anak kecil memang sudah sangat akrab dengan Ekana yang masih berusia tiga tahun namun masih cadel.
Ali yang sudah selesai memarkirkan mobilnya berjalan menghampiri kami.
"Jadi Eek cuma kangen ama nte Ii doang nih?ama om Ai engga?" cibir Ali mencubit pipi gembil Ekana gemas.
Kak Alya memandang Ali dengan tatapan sarkatik.
"Udah gue bilang berkali-kali, nama anak gue Ekana Nasya Putria bukan Eek!Nama bagus-bagus loe rusak."
Ali hanya tertawa renyah mendengar omelan Alya.
"Eek uga anen om Ai,"sahut Ekana yang mengundang gelak tawa.
Ali tersenyum kemenangan ke arah Alya.
"Tuh dengerin, orang anak loe sendiri yang seneng dipanggil Eek. Tos dulu dong Ek," sahut Ali sembari mengacungkan tangannya untuk bertos ria dengan Ekana. Sementara Ekana membalas tosan Ali dengan semangat.
"Loe ya bener-bener!" Alya mencubit perut Ali. Aku hanya bisa tertawa melihat kakak beradik ini. Tiba-tiba aku jadi teringat Sania.
"Hey ada apa sih nih ribut-ribut?" Tanya mama yang menghampiri kami. "Nggak malu apa sama Prilly. Udah pada gede juga!"
"Ali tuh mah gara-garanya." rajuk Alya meminta pembelaan dari mama seperti anak kecil.
Ali mendengus kecil,"dih nyalahin gue lagi loe."
"Eh sudah-sudah. Maaf ya Prill."ucap mama melerai Alya dan Ali.
"Ya udah masuk yuk."
Sekarang Ekana sudah berada di gendongan Ali. sementara aku, Alya dan mama bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan. Aku membantu mama mengiris bawang Bombay yang akan di buat bistik.
"Maaf ya Prill, makanannya belum siap. Kamu jadi ikut-ikutan masak deh."ucap mama sembari mengaduk-aduk soup iga yang masih berada di atas kompor.
" Engga papa kok Ma. Kayak sama siapa aja. Lagi pula Prilly memang suka masak kok," sahutku dengan seulas senyum.
Dari dapur, aku bisa memandang ke arah ruang TV. Ku lihat Ali yang sedang bercanda dengan Ekana. Ali membungkukkan badannya dan berjalan dengan kedua tangan dan kakinya sembari meraung seolah-olah harimau. Ekana tertawa geli sambil berlari menjauhi Ali.
"Acan elek!" ucap Ekana.
Ali dengan cepat menangkap tubuh mungil Ekana.
"Aku makan kamu. Hmm."ucap Ali seraya menggigit-gigit kecil perut Ekana. Ekana tertawa geli. Aku baru sadar Ali ternyata begitu manis dan dekat dengan anak kecil. Aura kebapakannya bahkan sudah terlihat. Tanpa sadar aku tersenyum melihat keponakan dan om itu bermain.
"Hmm Ali ganteng ya Prill."
"Iyaa,"jawabku tak sadar.
"Ciyee kayaknya udah jatuh cinta nih."
Aku tersenyum malu mendengar godaan kakak iparku itu. entah mengapa aku merasa senang mendengar godaan Alya.
"Ah kak Alya." ucapku malu-malu.
"Hahaha gapapa kita ngerti kok Prill. Makasih ya kamu udah bersedia menjadi istri Ali." ucap mama tulus.
Aku memandang mama mertuaku itu. terlihat sekali rona bahagia di wajahnya.
"Aku yang harusnya minta maaf Ma. Gara-gara kakakku, keluarga mama hampir di buat malu."sahutku sedih mengingat kejadian itu.
Mama menggenggam tanganku,"Jangan minta maaf. Mungkin ini memang udah jalannya. Bukan Sania jodoh Ali. tapi kamu."
Aku menatap mama nanar. Bagaimana bisa wanita ini masih memperlakukanku semanis ini setelah apa yang kakakku lakukan. Aku yang memang gampang terharu mengeluarkan air mataku yang tak bisa dibendung. Mama kemudian memelukku erat.
"Makasih Ma," ucapku disela-sela pelukannya.
***
Setelah makan siang, aku memutuskan untuk tetap di rumah mertuaku. Sementara Ali kembali ke kantor. Mama sudah melarang Ali untuk pergi ke kantor. Namun Ali menolaknya. Ali bilang dia tidak mau sesuka hatinya keluar masuk kantor, walaupun dia anak pemilik perusahaan. Aku sedikit kagum akan sikapnya, dia tidak mau terlihat berbeda dengan karyawan lainnya. ternyata dia bukan anak manja yang bisa seenak jidatnya. Loh aku kok jadi muji-muji dia?cih!
Sekarang aku telah berada di kamar Ali. mama menyuruhku untuk beristirahat di sini. Aku menatap kamar Ali. kamar yang berada di lantai 2 ini tidak terlalu besar. Hanya ada sebuah kasur dengan lemari di sudut ruangan. kamar yang bernuasa gelap ini memang mencirikan sekali dengan karakter Ali yang menyukai music rock. Hal ini bisa kulihat dengan adanya audio besar di sudut ruangan. dindingnya pun kedap suara.terdapat pula balkon kecil yang menghadap kolam renang. Mataku beralih kesebuah nakas. Entah apa yang menarikku. Aku membuka laci nakas tersebut. Ku lihat ada beberapa benda-benda kecil. Seperti gunting, pulpen beserta surat-surat. Mataku beralih ke album foto yang beda dipaling bawah. Sepertinya album itu sengaja di letakkan di bawah agar tidak ada orang lain yang melihatnya. Rasa penasaran mendorongku untuk mengambil album tersebut. Aku sadar bahwa perbuatanku ini lancang. Tapi aku kan istrinya. Memangnya salah jika seorang istri ingin melihat atau sekedar mengetahui barang-barang apa saja yang disimpan suami. ya walaupun pernikahan ini tak akan lebih dari setahun.
Aku duduk diatas ranjang Ali yang berbalut sprei Barca. Ku tatap cover Album berwarna coklat tua itu. ku buka di lembar pertama. Terdapat tulisan.
Ali & Niken
15 Oktober 2005
You're my true love
"Hmm jadi ini album bersama pacarnya?lama juga mereka pacaran. Apa sudah putus?"tanyaku penasaran dalam hati. Di lembar kedua ku lihat foto Ali dan seorang wanita cantik, yang kurasa bernama Niken sedang mengenakan pakaian SMA. Di lembar selanjutnya ku lihat foto mereka berdua sedang berpelukan mesra. Yang ku taksir mereka sudah berada di bangku kuliah.
Di halaman selanjutnya, terdapat foto-foto mereka yang tak kalah mesra. Diantaranya terdapat foto mereka saat berada di pesta promnight. Mereka terlihat serasi, menyandang sebagai queen and king.
Di lembar selanjutnya pula ku lihat foto Ali sendiri memegang nama Niken yang sudah ditulisnya di kertas saat berada diatas awan. Mungkin ini di saat Ali sedang mendaki gunung. Aku tersenyum melihat foto-foto mesra Ali. Di satu sisi aku merasa kagum, sosok Ali yang ku kenal cuek ternyata begitu romantic. Namun di sisi lain, hatiku merasa sakit melihat foto-foto mereka yang terlihat sangat dekat. Seperti tertusuk hunusan pedang es, hatiku merasa hancur. Apa ini yang namanya cemburu?apa aku sudah mulai mencintainya?
Di lembar terakhir, terdapat tulisan Happy anniversary Niken beserta beberapa wish.
ku lihat pula sepucuk surat yang terselip di cover. Kurasa surat itu memang tidak ingin dilihat. Ku buka kertas berwarna pink itu.
15 Oktober 2013
Hari ini harusnya kita merayakan hari jadi kita yang ke delapan tahun.
Tau kah kamu aku sudah menyiapkannya.
Kamu yang selalu menuntutku untuk bersikap lebih romantic.
Aku yang selalu menuruti permintaanmu.
Aku sudah menyiapkan kado dan makan malam sesuai keinginanmu.
Tapi sepertinya kamu tidak pernah menghargai usahaku.
Sudah terlalu sering aku melihatmu pergi dengan pria lain.
Namun aku masih bisa menahan segala emosiku.
Karena aku masih sangat mencintaimu.
Tapi sekarang di hari jadi kita yang kedelapan tahun.
Aku ingin mengakhiri segalanya.
Sudah cukup, aku tidak mau menjadi pria bodoh lagi.
Walaupun aku sendiri tau, tidak akan ada yang pernah bisa menggantikanmu.
Aku menangis membaca surat itu. Air mataku mengalir tak tertahan. Aku tidak menyangka Pria seperti Ali bisa merasakan sakit hati. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar. Aku tidak menganggap Ali bodoh. Karena aku tahu cinta tidak pernah bisa kita duga. Kita tidak bisa meminta dengan siapa kita jatuh cinta. Seperti halnya diriku yang mencintai Halik dalam diam. Padahal aku tahu banyak wanita cantik disekelilingnya.
Entah rasa iba atau yang lainnya. aku bertekad membantu Ali melupakan wanita yang tidak tahu diri itu.
***
Ali's POV
Aku membuka pintu kamarku hati-hati. Mama bilang Prilly sejak dari tadi sore masuk ke kamarku. Sepertinya dia tertidur. Ku lihat Prilly sedang berbaring di ranjangku. Aku mendekatinya, lantas aku duduk di tepi ranjang. Menyelimuti tubuhnya pelan agar dia tidak terbangun. Ku lihat dia yang sudah mengganti seragamnya dengan baju milik Alya. Ku singkirkan rambut tipisnya yang menutupi wajahnya.
Aku memperhatikan wajah istriku ini dengan seksama. Wajahnya mulus tanpa luka maupun jerawat. Hidungnya mancung, serta bibir tipisnya yang merah merona. Aku baru sadar, ternyata Prilly memiliki wajah yang cantik. Ku usap pipinya perlahan, aku tidak mau dia bangun dan berteriak menuduhku macam-macam. Lalu tanganku beralih ke bibirnya yang terlihat basah.
Entah apa yang ada di pikiranku, aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Ku kecup bibirnya perlahan. Aku merasakan sensasi yang aneh. Bibirnya terasa hangat di mulutku. Ku jilat perlahan bibirnya dengan lidahku, merasakan lipgloss rasa strawberry yang dia gunakan. Dia membuka sedikit bibirnya, memberikan akses untuk memasukkan lidahku ke mulutnya. Aku melakukannya dengan perlahan. Namun sepertinya dia menikmati ciumanku, meskipun dia tidak membalas,
aku merasakan lidahnya yang bergerak-gerak menyentuh lidahku yang berada dimulutnya. Aku melakukannya dengan sangat hati-hati agar dia tidak terbangun. Aku menghentikan aksiku dengan berat hati. Ku lirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. lebih baik, aku dan Prilly menginap disini karena aku tidak tega membangunkannya. Ku baringkan tubuhku disebelah Prilly. Ku lingkarkan tanganku diperutnya. Mengecup pipinya ringan. Lalu memejamkan mataku.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top