3
Siapa cinta pertamamu dan bagaimana caranya ia membuatmu jatuh cinta?
.
.
.
[POV 3 : Arinka, Neva, Lavender]
Bibi Jane terkekeh sendiri saat mengakhiri cerita lucunya, sambil mengisi ulang teh di cangkir Arinka yang sudah hampir habis. Arinka menggumamkan kata terima kasih dan kembali menyesap teh hangat tersebut sambil menyimak cerita bibi Jane malam itu.
Ngomong-ngomong, mereka saat ini sedang berbincang santai di ruang makan, sambil menunggu masakan yang bibi Jane buat matang. Neva duduk di hadapannya, sementara bibi Jane duduk di sebelah kirinya, dan kursi sebelah kanannya diisi oleh gadis bermata ungu yang baru tadi sore mereka kenal, Lavender namanya.
Singkat cerita, bibi Jane adalah pemilik dari salah satu rumah kayu berlentera yang berada di salah satu dahan pohon raksaksa. Tadinya, mereka terbangun di dunia antah berantah yang sama sekali tidak mereka kenal. Apalagi posisi mereka lumayan ekstrem. Arinka dan Neva duduk bersandar pada dahan pohon raksasa yang mana saat ia mengintip ke bawah sana, tidak nampak apapun kecuali kabut putih--atau mungkin awan--yang menandakan bahwa mereka sedang berada di ketinggian yang tidak jelas seberapa tingginya.
Setelahnya, mereka memutuskan untuk mencari tempat yang aman. Yaitu di salah satu rumah kayu berlentera yang tersebar di atas dahan-dahan lainnya. Arinka dan Neva mati-matian berjuang agar tidak jatuh terpeleset dari jalan sempit tanpa pembatas yang lumayan licin itu. Beruntung, pada akhirnya mereka bisa sampai di rumah kayu terdekat--rumah bibi Jane.
Saat berhasil sampai dan disambut hangat oleh pemilik rumah, ada seorang gadis lain yang rupanya juga sedang mengungsi di sana.
"Dulu, Kheelan adalah orang sangat kaku. Meski begitu bibi sangat menyukainya." Bibi Jane membuka cerita barunya setelah menyelesaikan satu cangkir teh aroma mawarnya dengan wajah berseri.
Arinka, Neva, dan Lavender mulai menyimak cerita baru bibi, tampak tertarik. Bibi Jane sangat suka bercerita tentang dirinya di masa lalu. Namun baru yang kali ini ia bercerita mengenai orang lain. Arinka rasa, sosok yang diceritakan ini memiliki pengaruh besar pada bibi Jane.
"Kalian anak muda, pasti pernah tahu yang namanya cinta pertama 'kan?"
Ah, cinta pertama.
Mereka bertiga mengangguk serentak. Senyum bibi kembali mengembang, kali ini diikuti rona merah di pipinya.
"Kheelan adalah cinta pertama bibi, waktu itu. Ia mungkin tidak terlalu tampan, tapi senyumnya manis sekali. Rupa dari Kheelan sendiri sudah kalian jumpai dari tadi, dalam bingkai foto yang kujajar di ruang tamu, kalau kalian penasaran bagaimana rupanya."
Pantas saja, ada banyak foto dengan wajah yang sama di sepanjang dinding ruang tamu rumah bibi Jane yang sempat menarik perhatian Arinka. Karena hanya ada bibi Jane di sana, sementara foto dalam bingkai kayu tersebut dipenuhi oleh sosok lain alih-alih foto dari bibi Jane semasa muda.
"Bibi dulu juga tidak terlalu suka saat didekati oleh kaum pria. Mereka sangat aneh, suka sekali menggoda dan hanya bermain-main saja. Tapi tidak dengan kheelan. Pria itu baiknya bukan main. Sampai bibi akhirnya jatuh hati padanya."
Arinka mengangguk-anggukkan kepalanya. Bibi Jane punya selera yang tinggi, sepertinya.
Ngomong-ngomong, bicara soal cinta pertama. Ia jadi teringat akan sosok seseorang yang dulunya selalu membuatnya tersenyum senang. Sosok yang memang tidak terlalu tampan--persis seperti apa kata bibi Jane--tapi sifat ceria dan baiknya yang meluluhkan hati Arinka.
Sederhana sekali perlakuannya. Tapi mampu membuat jantung Arinka seakan hendak loncat dari tempatnya saking senangnya. Hatinya ikut menghangat saat mengingat sebuah boneka pemberian dari sosok tersebut. Ah, Arinka jadi rindu. Tapi mau bagaimanapun juga, keadaannya sudah tidak lagi seperti dulu.
Ya... cinta pertamanya, hanya tinggal kenangan. Tapi entah kenapa, sangat berkesan untuknya.
"Kau memikirkanku ya? Kenapa dari tadi senyum-senyum terus?" celetuk Neva yang sukses menyadarkan Arinka dari lamunannya.
Arinka makin merona karena malu. Tapi itu semua salah paham. Cinta pertamanya bukan Neva!
"Oh? Kalau begitu Neva cinta pertamanya Arinka ya?" tebak bibi Jane memanas-manasi.
Arinka panik meski tidak terlalu memperlihatkannya. Ia membalas dengan tenang setelahnya. "Tentu tidak. Cinta pertamaku jatuh kepada teman masa kecilku di desa. Kalau ada kesempatan, apa Pangeran mau bertemu dengannya?"
Kini balik Neva yang tersenyum masam. Ia lupa, seharusnya tidak mencari gara-gara dengan gadis di depannya ini.
"Pangeran?" tanya Lavender dan bibi Jane bersamaan.
Sontak, seluruh perhatian kini tertuju pada Neva.
"Arinka..." Neva memijit pelipisnya sambil menghela napas. "Sudah kubilang untuk tidak membocorkan identitasku ke sembarang orang 'kan?"
Arinka mengendikkan bahunya. "Maaf, tapi tadi aku kelupaan."
Neva menepuk dahinya pelan seraya menjelaskan, "Aku memang seorang pangeran, tapi itu di duniaku. Di dunia ini anggaplah aku sebagai kenalan yang sederajat."
Bibi Jane dan Lavender mengangguk-angguk tanda mengerti. Sebenarnya, terasa aneh saat mengetahui fakta bahwa mereka bersikap seakan pangeran adalah teman biasa yang sudah akrab dengan mereka.
"Kalau begitu, siapa cinta pertamamu, Neva?" kini giliran Lavender yang bertanya untuk mencairkan suasana yang mendadak canggung di antara mereka.
"A-aku?" Neva tergeragap.
Sementara itu, Arinka mati-matian menahan tawanya. Karena reaksi Neva yang seperti itu, Arinka jadi ingin balas dendam.
"Ah, kau pasti punya cinta pertama juga 'kan? Coba katakan, apa itu Mere--"
"Tidak tidak! Tentu saja ada, tapi tidak boleh dibocorkan begitu saja," potong Neva sambil memberi kode pada Arinka agar tak melanjutkan ucapannya.
"Kenapa? Kan orangnya tidak ada di sini?" balas Arinka sambil tersenyum lebar.
Orangnya ada di sini, bodoh! batin Nevada setengah kesal.
Sepertinya Arinka memang sudah salah paham dengannya selama ini. Yah, mau bagaimana lagi. Gadis itu memang agak menyebalkan dan tidak peka.
"Sudah-sudah, tidak apa-apa kalau tidak mau memberi tahu. Sekarang giliran Lavender. Bagaimana denganmu?" tanya bibi Jane berusaha melerai Arinka dan Neva yang sepertinya hendak berdebat lagi.
Kini semuanya menoleh ke arah Lavender yang hanya mampu tersenyum kaku.
Bagaimana ya menjawabnya?
Jujur, Lavender tidak tahu. Jangankan cinta pertamanya, bahkan umurnya sendiri saja ia tidak tahu.
Lavender meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku... tidak tahu."
Bibi Jane, Arinka, dan Neva sukses menjatuhkan rahangnya. Sebuah jawaban yang tidak diduga oleh ketiga orang yang menunggu kisah cinta pertama manis dari Lavender.
Padahal gadis itu manis sekali. Cantik dan imut, sudah pasti banyak yang menyukainya.
"Ah benarkah?"
Lavender tertawa canggung sambil mengangguk. "Itu benar. Dunia tempatku tinggal sama sekali tidak membuatku kepikiran sampai sana. Aku sendiri sebenarnya sudah hidup lama, mungkin ratusan tahun. Kerjaku sebagai seorang pemandu, mengerjakan misi kematian, berburu barang-barang ajaib, dan mempelajari ramuan beserta sihir pertahanan diri," jelas Lavender.
Semuanya menyayangkan akan hal itu. Ternyata, hidup Lavender sangat penuh dengan kerja keras sampai ia sendiri tidak mengenal cinta.
"Oh ya, ngomong-ngomong soal itu, bibi jadi ingat kalau kau tadi berencana untuk mencari teman dan saudara kembarmu yang terpisah darimu. Barangkali, Neva dan Arinka mau membantu?"
Perkataan bibi Jane membuat Lavender kembali teringat oleh tujuan utamanya.
Ah benar! Astaga ia terlalu nyaman mengobrol dengan teman-teman barunya sampai lupa dengan tujuan utamanya.
"Oh begitukah? Baiklah aku akan ikut menbantu," putus Neva secepat itu.
"Kalau Neva ikut, aku juga ikut," tambah Arinka.
Eh? Secepat itu?
"Kalian ini... sungguhan?" tanya Lavender tak percaya.
Ia bersyukur sekali bisa mendapat bantuan dari dua orang yang baru dikenalnya, yang entah kenapa juga bisa langsung akrab dengannya.
Memang aura positif di rumah bibi Jane tersebut membawa keberuntungan, batinnya.
"Tentu saja. Lagipula, kita juga perlu menyelidiki masalah mengapa kita bisa berada di sini. Seharusnya, kita ada di dunia kita masing-masing 'kan?"
Perkataan Neva masuk akal.
"Kalau begitu, bolehkah kita berangkat setelah makan malam, bibi Jane?" izin Lavender dengan tatapan memohon.
"Jangan terlalu teburu-buru, sayang," ucap bibi Jane pada Lavender sambil menepuk pelan pundaknya.
"Malam hari sangat berbahaya. Besok, saat sinar matahari sudah bersinar, akan kuantar kalian turun dan kutunjukkan lokasi portal yang bisa kalian gunakan untuk pergi ke kota. Akan lebih mudah bagi kalian untuk mencari seseorang di kota utama. Di sana, juga ada portal ke mana saja yang bisa kalian gunakan. Semisal orang yang kalian cari tidak ada di kawasan kota utama."
.
.
.
Tbc
************************************
Published : 3 Februari 2022
Tema : Cinta pertama
A/N :
Ya ampun... AKU GA EXPECT DPT TEMA KEK GINI...
Oke yang penting kelar.
Btw ini jadinya slow pace banget ya... tapi gapapa. Selama masih bisa nyambung, masih oke //plak
Aku uda ga kuat nulisnya. So see u di tema berikutnya gais!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top